Penulis: Yoli Andi Purnomo | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, BANYUWANGI– I Gusti Agung Abdurrahman, 57, berasal dari kecamatan Silo, kabupaten Jember menabrak patung Minak Jinggo di simpang tiga jalan utama Cluring, Banyuwangi, 29 Desember 2024.

Akibat benturan keras, I Gusti Agung dilaporkan meninggal di tempat kejadian mobil Toyota Avanza yang dikemudikan ringsek, parah di bagian mesinnya. Sedangkan pantung ikon Banyuwangi Menak Jinggo dan Dayung’ ambrol. Bahkan patung Dayung pun ambruk di jalan.
Dia menambahkan mobil tersebut melaju dari arah timur menuju barat, sebelum pengemudi kehilangan kendali dan menabrak patung, yang mengakibatkan sopir mengalami luka parah dan meninggal di lokasi kejadian. Polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini.
Menurut Kanit Gakkum Satlantas Polresta Banyuwangi, Iptu Heru Slamet Hariyanto, patung Minak Jinggo mengalami kerusakan parah, bahkan ambruk akibat benturan keras dari kendaraan. Pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati saat berkendara di area tersebut, terutama di jalur yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan.
Kejadian ini menambah catatan kecelakaan lalu lintas di wilayah tersebut, dan pihak berwenang sedang menyelidiki lebih lanjut untuk menentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap insiden ini
Kecelakaan tragis terjadi di Banyuwangi, di mana sebuah mobil Toyota Avanza menabrak patung Minak Jinggo, mengakibatkan sopir kendaraan tersebut meninggal di lokasi kejadian. Kecelakaan ini dilaporkan terjadi pada tanggal 29 Desember 2024, di persimpangan jalan Cluring, Banyuwangi
Ia diangkat menjadi adipati baru di Blambangan setelah berhasil mengalahkan Kebo Marcuet, yang dianggap sebagai ancaman oleh Ratu Kencana Wungu dari Majapahit.Untuk menaklukkan Kebo Marcuet, Ratu Kencana Wungu mengadakan sayembara. Jaka Umbaran berhasil memenangkan sayembara tersebut dan mendapatkan gelar Minak Jinggo, namun hubungan antara keduanya menjadi rumit ketika Ratu Kencana Wungu tidak memenuhi janjinya untuk menikah dengan Jaka Umbaran
Dalam beberapa versi cerita, Minak Jinggo digambarkan sebagai sosok yang kuat namun tragis. Ia terlibat dalam konflik dengan Damarwulan, pahlawan Majapahit yang akhirnya mengalahkannya. Minak Jinggo tewas dalam pertempuran tersebut, dan kepalanya dipenggal sebagai syarat bagi Damarwulan untuk menikahi Kencono Wungu.
Patung Minak Jinggo dibangun oleh warga sekitar sebagai simbol untuk mengangkat kembali sejarah lokal dan memperkenalkan budaya Blambangan kepada generasi muda. Patung ini menjadi ikon penting yang menggambarkan warisan sejarah dan perjuangan masyarakat Banyuwang. Dengan demikian, patung Minak Jinggo bukan hanya sekadar monumen, tetapi juga merupakan pengingat akan sejarah yang kaya dan kompleks dari daerah tersebut. **