Menu

Mode Gelap

Life Style

Analemma Menara Menggantung 50.000 Km di Atas Dubai, Pondasi Asteroid

badge-check


					Beginilah visi arsitek masa depan berupa bangunan menara mengambang di udara. Bangunan ini berpondasi asteroid di ketinggian 50.000 km di atas kota Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: Dezeen Perbesar

Beginilah visi arsitek masa depan berupa bangunan menara mengambang di udara. Bangunan ini berpondasi asteroid di ketinggian 50.000 km di atas kota Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: Dezeen

Penulis: Jacobus E. Lato   | Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, DUBAI- Kantor Arsitektur Clouds (Clouds Architecture Office), New York,  telah mengajukan proposal revolusioner untuk membangun sebuah gedung pencakar langit yang menggantung di udara, menggunakan asteroid sebagai pondasi di atas kota Dubai, Uni Emirat Arab.

Gedung ini dinamakan “Menara Analemma” dan dirancang untuk menjadi gedung tertinggi di dunia dengan konsep yang sangat inovatif, menggantung pada sebuah asteroid yang mengelilingi Bumi, yang telah dirilis sejak 2017 silam oleh arsitek kenamaan dunia, Norman Foster, 90.

Analemma adalah pola berbentuk angka delapan (∞) yang dihasilkan oleh posisi Matahari di langit pada waktu yang sama setiap hari selama satu tahun, jika diamati dari tempat yang sama di Bumi. Pola ini menunjukkan variasi posisi Matahari akibat kemiringan sumbu Bumi dan orbit elipsnya mengelilingi Matahari.

Konsep ini bertujuan mengatasi batasan tinggi gedung konvensional dengan mengaitkan gedung ke asteroid sebagai pondasi, sehingga bangunan bisa berdiri di udara dan dipindahkan ke lokasi manapun di dunia.

Menara Analemma ini akan menggantung pada sebuah asteroid sejauh 50.000 km di angkasa. Foto: Dezeen

Menara ini akan memiliki bentuk menyerupai angka delapan yang berputar antara belahan bumi utara dan selatan setiap hari. Gedung ini akan menggunakan panel surya di bagian atas yang berada di atas atmosfer untuk mendapatkan paparan sinar matahari yang konstan, serta mengumpulkan air dari kondensasi awan dan hujan.

Bangunan ini akan dibagi menjadi beberapa zona fungsi, dengan ruang bisnis di lantai bawah, hunian di dua pertiga lantai atas, dan ruang ibadah serta pemakaman di lantai paling atas. Penghuni gedung bahkan dapat turun ke bumi menggunakan parasut dari bagian bawah menara yang melewati kota Manhattan, New York, saat gedung berada di orbit terendahnya.

Dubai dipilih sebagai lokasi pembangunan karena kota ini sudah terkenal dengan banyak gedung super tinggi, meskipun harga properti di sana relatif lebih murah dibandingkan kota besar lain seperti New York. Modul-modul gedung akan diprefabrikasi dan kemudian diangkut ke lokasi serta dihubungkan ke asteroid dengan kabel.

Proposal ini menunjukkan visi futuristik yang menggabungkan arsitektur dengan teknologi luar angkasa, dan didukung oleh kemajuan misi luar angkasa seperti pengambilan asteroid oleh NASA, yang menunjukkan bahwa manipulasi asteroid bukan lagi sekadar fiksi ilmiah.

Singkatnya, Kantor Arsitektur Clouds mengajukan proposal ke Dubai untuk membangun kota atau gedung super tinggi di angkasa bernama Menara Analemma, yang menggantung pada asteroid sebagai pondasi dan menawarkan konsep baru dalam pembangunan gedung pencakar langit di luar batas konvensional.

Maksud dari “gedung menggantung dengan pondasi asteroid” pada Menara Analemma adalah bahwa gedung pencakar langit ini tidak dibangun di atas tanah seperti bangunan konvensional, melainkan secara teknis “digantung” pada sebuah asteroid yang mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 50.000 kilometer. Asteroid tersebut berfungsi sebagai pondasi atau titik tumpu utama bangunan.

Konsep ini menggunakan sistem yang disebut Universal Orbital Support System (UOSS), di mana kabel super kuat diturunkan dari asteroid ke permukaan Bumi, lalu menara super tinggi ini digantungkan pada kabel tersebut sehingga tampak melayang di udara.

Dengan demikian, gedung ini secara fisik terhubung ke asteroid di orbit, bukan ke tanah, sehingga gedung dapat bergerak mengikuti orbit asteroid dalam pola angka delapan yang melintasi belahan bumi utara dan selatan setiap 24 jam.

Pendekatan ini memungkinkan gedung memiliki ketinggian ekstrem hingga 32 kilometer dan mobilitas yang terus-menerus, serta mengatasi batasan konstruksi gedung tinggi tradisional yang bergantung pada fondasi di tanah.

Gedung ini juga akan mendapatkan energi dari panel surya berbasis ruang angkasa yang terpasang di atas atmosfer, serta menggunakan sistem daur ulang air dari kondensasi awan dan hujan.

Singkatnya, gedung “menggantung” berarti bangunan ini secara struktural ditambatkan pada asteroid di orbit, bukan di tanah, sehingga gedung tampak melayang di udara dan dapat berpindah lokasi sesuai orbit asteroid tersebut.**

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bupati Lantik Pengurus Baznas: Jalankan Penuh Ikhlas dan Bertanggung Jawab

14 Oktober 2025 - 15:08 WIB

Petrokimia Perkenalkan Pemupukan Petro Spring, Gunakan Drone 8 Jam Rp 6 Juta

14 Oktober 2025 - 14:23 WIB

Kepsek Tampar Siswa Ketahuan Merokok, Orang Tua Lapor Polisi 630 Pelajar Demo

14 Oktober 2025 - 12:39 WIB

Prabowo Hapus PIK 2 dari Daftar Proyek Strategis Nasional, Saham Langsung Anjlok!

14 Oktober 2025 - 11:51 WIB

Ian Douglas Martin Penulis Buku Politik Jatah Preman: Isinya Bikin Merinding

14 Oktober 2025 - 10:58 WIB

Nvidia DGX Spark Superkomputer AI Operasi 1.000 Triliun/Detik, Harga Rp 67 Juta

14 Oktober 2025 - 10:03 WIB

Film Getih Ireng, Kala Pasangan Titi Kamal dan Darius Sinathrya Diteror Kakek Misterius

13 Oktober 2025 - 20:10 WIB

HomeShowBizFilm Titi Kamal dan Darius Sinathrya Reuni Usai 20 Tahun Pisah di Film Getih Ireng, Tayang 16 Oktober 2025 Titi Kamal dan Darius Sinathrya dipertemukan kembali dalam film Getih Ireng yang akan tayang pada 16 Oktober 2025. Hosana Solagracia Sifra Oleh Hosana Solagracia Sifra Diterbitkan 12 Oktober 2025, 17:00 WIB 1 Komentar Share Copy Link Batalkan Getih Ireng Perbesar Film Getih Ireng yang diperankan oleh Titi Kamal dan Darius Sinathrya akan tayang pada 16 Oktober 2025. (Foto: Dok. Hitmaker) Jadi intinya... Film "Getih Ireng" adaptasi thread @JeroPoint, rilis 16 Oktober. Titi Kamal dan Darius Sinathrya reuni setelah 20 tahun di film ini. Film ini bukan hanya horor, tapi tentang integritas keluarga dan obsesi wanita. Liputan6.com, Jakarta - Hitmaker Studios kembali dengan film terbaru Getih Ireng yang diangkat dari cerita thread terseram karya JeroPoint. Cerita ini dikemas menjadi film yang akan membuat para penonton tegang sekaligus emosional. Disutradarai Tommy Dewo dan diproduseri Rocky Soraya, Getih Ireng menceritakan pasutri bernama Pram dan Rina yang baru nikah lalu menantikan kehadiran buah hati. BACA JUGA: Gaya Rambut Poni Lempar Darius Sinathrya Saat Syuting Film Getih Ireng, Klimis dan Diminta Berkumis Getih Ireng dibintangi Titi Kamal, Darius Sinathrya, hingga Sara Wijayanto. Film ini menandai reuni Titi Kamal dan Darius Sinathrya setelah 20 tahun pisah. Pada 2005, keduanya pernah membintangi sinetron Hantu Jatuh Cinta. Titi Kamal senang akhirnya bisa adu akting lagi dengan Darius Sinathrya. “Aku senang banget bisa bekerja sama dengan Darius. Dia sangat open untuk kita diskusi supaya menemukan chemistry yang tepat sebagai pasangan suami istri,” kata Titi Kamal. 2 dari 4 halaman Bertemu Kembali Setelah 20 Tahun Getih Ireng Perbesar Titi Kamal, Darius Sinathrya, dan Sara Wijayanto, para pemain film Getih Ireng.

Tolak Enam Atlet Senam, Israel Gugat Indonesia ke Peradilan CAS di Swiss

13 Oktober 2025 - 19:03 WIB

Diangkut ke Puskesmas, 38 Siswa SMPN 1 Mojolangu Tulungagung Keracunan BMG

13 Oktober 2025 - 18:44 WIB

Trending di Headline