Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, JAKARTA-Seorang gadis berusia tiga tahun menjadi buta dan meninggal secara tragis setelah disuntik dengan stimulan jantung di sebuah klinik.

Peristiwa itu terjadi pada hari Selasa (25 Februari) sekitar pukul 9 pagi di sebuah rumah sakit di Perak, Malaysia.
Bibi gadis itu membagikan cerita itu di Instagram-nya, menjelaskan bahwa anak itu, Yao Yao (nama ditransliterasikan dari bahasa Mandarin), menderita flu dan pergi ke rumah sakit untuk konsultasi dan minum obat.
Namun, setelah pemeriksaan, dokter mengatakan dia mengalami dehidrasi dan perlu disuntik untuk memudahkan tes darah.
Sang bibi menyebutkan, saat proses penyuntikan, beberapa dosis cairan diberikan kepadanya, yang menyebabkan detak jantungnya meningkat dari normal menjadi 180 detak per menit.
Gadis itu mengeluhkan penglihatannya kabur dan kegelapan total setelah disuntik.
Menurut bibinya, anak itu gemetar dan menangis saat ia berkata kepada ayahnya: “Ayah, aku tidak bisa melihat.”
“Tanpa kami sadari, itulah kata-kata terakhirnya,” ungkapnya.
Dua jam setelah menerima suntikan, gadis itu meninggal dunia meskipun telah menjalani CPR selama 40 menit , demikian laporan media berita Malaysia Sin Chew Daily News.
Ketika pihak keluarga menanyakan kepada petugas medis suntikan apa yang diterima anak tersebut, awalnya mereka mengatakan bahwa itu hanya obat biasa. Namun, belakangan mereka mengakui bahwa itu adalah obat perangsang jantung.
Bibinya, yang frustrasi, mempertanyakan apakah persetujuan orang tua diperlukan sebelum memberikan stimulan jantung.
Ia juga menyatakan ketidakpercayaannya atas laporan kematian, yang menyebutkan infeksi bakteri sebagai penyebab kematian.
Keluarga juga marah dengan sikap buruk staf medis, terutama ketika mereka diberitahu bahwa jika mereka tidak puas, mereka dapat meminta otopsi untuk memastikan penyebab kematian.
Dia mengutuk kelalaian staf dan kurangnya kepedulian terhadap nyawa yang hilang.
Keluarganya mengajukan laporan polisi sehari setelah kematian gadis itu.
Mereka juga berkonsultasi dengan profesional hukum dalam upaya mencari keadilan bagi putri mereka.***