Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SURABAYA– Kim Kiyosaki, pengusaha, investor properti, sekaligus penulis Rich Woman, dikenal lantang menyuarakan pentingnya kebebasan finansial.
Sebagai istri Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad Poor Dad, ia tak hanya berbicara soal uang, melainkan juga akar persoalan mengapa banyak orang gagal beradaptasi di dunia nyata: sistem pendidikan.
Dalam podcast TechSchool sebulan lalu, Kim melontarkan kritik tajam tentang bagaimana sekolah membatasi kreativitas dan menanamkan rasa takut akan kegagalan sejak dini. Berikut rangkuman pemikirannya:
1. Antusiasme Anak yang Dibungkam
Kim menyoroti momen awal ketika anak masuk sekolah dengan semangat belajar.
“Anak-anak yang masuk sekolah semuanya punya tujuan: ‘Ya, saya akan belajar dan itu akan bagus.'” Namun, kenyataannya mereka segera dihadapkan pada aturan kaku.
“Dan kemudian guru berkata: Duduk dan diam. Jangan berbicara. Kami tidak peduli apa yang kamu inginkan.”
Menurut Kim, inilah titik awal sistem sekolah mematikan inisiatif demi ketertiban massal.
2. Kurikulum yang Tak Mengenal Minat Siswa
Kim menekankan hilangnya personalisasi dalam pendidikan. Ia menantang audiens untuk mengingat masa sekolah:
“Apakah ada orang (guru) di sekolah yang pernah bertanya: ‘Apa yang kamu inginkan?’ Tentu jawabannya tidak pernah.”
Sekolah lebih sibuk mengikuti kurikulum ketimbang memberi ruang pada minat anak, sehingga passion alami sering terabaikan.
3. Mitos “Satu Jawaban Benar”
Kritik paling tajam Kim adalah filosofi ujian yang menuntut jawaban tunggal.
“Hanya ada satu jawaban yang benar. Padahal ada banyak jawaban untuk satu masalah.”
Padahal, di dunia nyata, bisnis, investasi, maupun hubungan jarang memiliki solusi tunggal. Pola pikir biner ini membuat orang kaku dalam menghadapi masalah.
Dampak Jangka Panjang: Takut Gagal
Indoktrinasi “satu jawaban benar” menciptakan generasi yang takut salah.
“Karena hanya ada satu jawaban, jadi saat kamu keluar dari sekolah, kamu takut membuat kesalahan.”
Kesalahan di sekolah dihukum dengan nilai buruk, sementara di dunia nyata terutama dalam entrepreneurship kesalahan justru guru terbaik.
Akibatnya banyak lulusan sekolah:
– Enggan mengambil risiko.
– Minim pemikiran alternatif.
– Terjebak mencari validasi eksternal ketimbang solusi kreatif.
Pesan Kim Kiyosaki jelas: pendidikan formal sering kali menyiapkan anak untuk dunia yang sudah tidak relevan. Dunia nyata menuntut keberanian mencoba, kemampuan melihat banyak solusi, dan mentalitas yang tidak takut salah.***











