BI-Miliarder Elon Musk pada Rabu (28/5/2025) mengumumkan bahwa masa tugasnya sebagai penasihat resmi Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan segera berakhir. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai masa depan inisiatif efisiensi pemerintahan yang selama ini ia pimpin, yakni Department of Government Efficiency (DOGE).
“Masa tugas saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus telah usai. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan yang diberikan untuk mengurangi pemborosan anggaran,” tulis Musk di platform media sosial miliknya, X. “Misi @DOGE akan terus menguat seiring waktu dan menjadi bagian dari budaya pemerintahan.”
Secara hukum, status Musk sebagai pejabat pemerintah sementara dijadwalkan berakhir paling lambat 30 Mei, meskipun tanggal pastinya masih bergantung pada perhitungan hari kerja aktualnya. Seorang pejabat Gedung Putih yang mengetahui hal ini—namun enggan disebutkan namanya karena menyangkut urusan personalia—mengungkapkan bahwa proses pelepasan tugas Musk dimulai pada Rabu malam. Ia menegaskan bahwa keputusan ini diambil langsung oleh Musk dengan dukungan dari Presiden Trump.
Pengunduran diri Musk terjadi tak lama setelah ia mengkritik prioritas utama legislasi Trump, yakni rancangan pemotongan pajak bertajuk “One Big Beautiful Bill”. Menurut Musk, proposal tersebut tidak cukup ambisius dalam memangkas defisit anggaran federal.
Upaya Musk untuk merampingkan pemerintahan AS sempat mengguncang Washington. Beberapa lembaga dibubarkan, dan puluhan ribu pegawai federal diberhentikan atau ditawari pensiun dini. Meski demikian, inisiatif tersebut dinilai gagal memenuhi target penghematan biaya yang ditetapkan sejak awal.
Trump awalnya memberikan tenggat waktu hingga 4 Juli 2026 bagi proyek ini, memberi DOGE waktu sekitar 18 bulan untuk menemukan potensi penghematan sebesar US$2 triliun, sesuai janji awal Musk. Namun kemudian, target itu diturunkan menjadi US$1 triliun, lalu kembali direvisi menjadi US$150 miliar.
Musk, 53 tahun, sempat bercanda bahwa jabatannya di Gedung Putih hanyalah “kepala pejabat yang tidak penting” dan mengklaim dirinya bukan sosok penting dalam proyek tersebut. Meski begitu, ia menjadi sasaran kritik publik karena perannya sebagai orang terkaya di dunia yang turut memangkas anggaran dan fungsi pemerintahan.
Baik Trump maupun Musk tidak pernah secara terbuka mengumumkan rencana suksesi untuk DOGE. Proyek ini memang murni gagasan Musk—termasuk akronim “DOGE” yang merupakan penghormatan terhadap meme anjing internet favoritnya.
“DOGE itu seperti gaya hidup, mirip seperti Buddhisme,” ujarnya dalam sebuah pengarahan, menyiratkan bahwa program ini akan terus berjalan meski dirinya hengkang. “Buddha juga sudah tiada. Tapi Anda tidak akan bertanya: ‘Siapa yang akan memimpin Buddhisme?’”
Tiga orang kepercayaan Musk—Steve Davis, Antonio Gracias, dan Anthony Armstrong—telah menempati posisi strategis di sejumlah lembaga seperti General Services Administration, Social Security Administration, dan Office of Personnel Management. Ketiga lembaga ini menjadi ujung tombak dalam menjalankan misi DOGE yang berfokus pada pemberantasan penipuan dan penghematan anggaran.
Namun, proyek DOGE juga menuai gugatan hukum terkait kewenangan dan aksesnya terhadap data pemerintah. Beberapa klaim penghematan juga terbukti tidak akurat, memicu pertanyaan seputar akuntabilitas proyek tersebut. Musk juga dikritik atas potensi konflik kepentingan mengingat keterlibatannya dalam berbagai bisnis yang mendapat kontrak besar dari pemerintah federal.
Kontroversi politik Musk telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai dampaknya terhadap perusahaan-perusahaannya, terutama Tesla Inc. Penjualan kendaraan Tesla anjlok ke titik terendah dalam hampir tiga tahun pada kuartal pertama tahun ini, disusul dengan penurunan tajam harga sahamnya. Banyak analis di Wall Street pun merevisi proyeksi pertumbuhan perusahaan.
Mobil, showroom, dan stasiun pengisian daya Tesla menjadi sasaran protes dan vandalisme, dengan Cybertruck menjadi target utama kritik terhadap Musk. Presiden Trump dan sekutunya menunjukkan dukungan terhadap Musk, termasuk dalam sebuah acara di Gedung Putih di mana Trump melihat berbagai model Tesla sebelum akhirnya memutuskan membeli satu unit Model S berwarna merah—suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Musk mengakui bahwa mengatur berbagai bisnisnya—Tesla, SpaceX, XAI Holdings, Neuralink, dan The Boring Co—bersamaan dengan aktivitasnya di Washington bukan perkara mudah.
Pada April lalu, CEO Tesla itu mengatakan kepada para investor bahwa ia akan segera mencurahkan “lebih banyak” waktu untuk perusahaan otomotifnya. Pernyataan tersebut langsung berdampak positif terhadap harga saham Tesla. Awal bulan ini, Musk juga menyatakan kepada Bloomberg News bahwa ia berniat mengurangi pengeluaran untuk urusan politik.
“Saya rasa, saya sudah cukup,” ucapnya.***