Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SURABAYA– Psikiater mengungkap tiga alasan utama mengapa korban perselingkuhan kerap memilih membalas dengan cara yang sama. Perselingkuhan memang meninggalkan luka emosional yang dalam karena kepercayaan yang terbangun lama bisa runtuh seketika.
Dr. Santi Yuliani M.Sc Sp.KJ (K) menjelaskan, respons balas dendam sering muncul akibat emosi yang meluap. Menurutnya, “Yang pertama pastinya balas endam, ngerasain rasa sakit yang luar biasa dan ingin membalaskan rasa sakit yang sama kepada pelaku.” Dorongan ini muncul agar pasangan merasakan kepedihan serupa.
Alasan berikutnya berkaitan dengan upaya memulihkan harga diri. Korban perselingkuhan kerap merasa tidak berharga setelah dikhianati. Melalui perselingkuhan balik, muncul keinginan membuktikan diri bahwa mereka masih layak dicintai. “Ini ingin membuktikan bahwa aku gak sejelek-jelek itu amat kok. Nyatanya ada orang lain yang mau sama aku.” Cara instan ini dipilih untuk mendapatkan pengakuan.
Faktor ketiga adalah pencarian rasa nyaman sebagai pelarian dari luka batin. “Yang kedua adalah ingin mencari kenyamanan sebagai obat dari rasa lukanya.” Namun, Dr. Santi menilai langkah ini sering keliru karena tidak menyentuh akar persoalan.
Selain itu, perselingkuhan juga dapat mengubah cara pandang korban terhadap kesetiaan. Kejujuran dianggap tak lagi bermakna karena dikhianati lebih dulu. Mereka pun berpikir,
“Sehingga untuk apa saya setia ketika memang pasangan saya juga tidak setia.” Pola pikir ini berpotensi merusak cara seseorang membangun hubungan di masa depan.***











