Penulis : Jayadi | Editor : Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM-PAMEKASAN: Musim produksi garam tahun ini di Pamekasan, Jawa Timur, mencatat kemajuan signifikan berkat adopsi teknologi geomembran. Petani garam tradisional yang sebelumnya bergantung pada metode konvensional kini beralih ke sistem ini, menghasilkan garam dengan kualitas lebih tinggi dan jumlah produksi yang meningkat.

Teknologi geomembran tidak hanya mempercepat proses pengkristalan garam, tetapi juga memastikan produk akhir lebih bersih dan putih, membawa angin segar bagi perekonomian lokal.
Mengenal Teknologi Geomembran dalam Produksi Garam
Geomembran adalah lapisan plastik kedap air yang digunakan sebagai alas kolam produksi garam. Inovasi ini menjadi kunci utama peningkatan efisiensi dan kualitas garam rakyat. Prosesnya dimulai dengan mengalirkan air laut ke kolam penampungan awal, kemudian dilakukan penyaringan bertahap menggunakan bahan alami seperti ijuk sapu , batok kelapa, dan batu zeolit.
1. Penyaringan dengan Ijuk Sapu: Fungsinya menyaring kotoran besar dan partikel kasar dari air laut sebelum masuk ke kolam berikutnya.
2. Batok Kelapa dan Batu Zeolit sebagai Karbon Aktif: Kedua material ini berperan sebagai penyaring kimiawi. Batok kelapa menghilangkan bau tidak sedap, sementara zeolit menetralkan kandungan logam dan mineral berlebih. Hasilnya, air laut menjadi lebih jernih dan siap untuk proses penguapan.
Proses Penguapan dan Kristalisasi yang Lebih Efisien*
Setelah melalui penyaringan, air laut dialirkan ke — meja kristalisasi — yang telah dilapisi geomembran. Lapisan plastik ini mencegah kontaminasi dari tanah, sehingga garam yang dihasilkan tidak tercampur lumpur atau kotoran. Berbeda dengan metode tradisional yang mengandalkan tanah sebagai alas, geomembran membuat proses penguapan lebih optimal karena:
– Permukaan Kedap Air: Tidak ada air yang meresap ke tanah, sehingga seluruh volume air laut terfokus pada penguapan oleh sinar matahari.
– Refleksi Panas: Warna gelap geomembran menyerap panas lebih baik, mempercepat penguapan.
Keunggulan Produksi dengan Geomembran
1. Waktu Produksi Dipangkas Hingga 50%: Dengan geomembran, garam mengkristal hanya dalam — 14 hari — jauh lebih cepat dibanding metode tradisional yang memakan waktu — 30 hari —
2. Produksi Meningkat Dua Kali Lipat: Hasil panen garam mencapai 70-80 ton per hektar, sementara cara konvensional hanya menghasilkan 30-40 ton.
3. Kualitas Premium: Garam lebih putih, bersih, dan rendah kadar kalsium sulfat (gypsum) karena tidak terkontaminasi tanah.
Baca Juga
Parameter Kualitas BBM Bukan Hanya RON, Kerugian Konsumen Bisa Jauh Lebih Besar
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Adopsi geomembran tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga ramah lingkungan. Penggunaan bahan penyaring alami seperti ijuk dan batok kelapa mengurangi limbah kimia. Selain itu, geomembran dapat digunakan berulang kali selama 2-3 tahun, menekan biaya operasional jangka panjang.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski menjanjikan, sosialisasi teknologi ini masih perlu ditingkatkan. Sebagian petani enggan beralih karena biaya awal pembuatan kolam geomembran relatif tinggi (Rp15-20 juta per hektar). Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memberikan subsidi atau pelatihan untuk memperluas implementasi inovasi ini.
Teknologi geomembran membuktikan bahwa modernisasi sektor tradisional tidak harus rumit atau mahal. Dengan kombinasi material lokal dan prinsip sains sederhana, petani garam di Pamekasan berhasil memproduksi garam berkualitas ekspor. Langkah ini patut menjadi model bagi daerah penghasil garam lainnya di Indonesia untuk meningkatkan daya saing di pasar global. ***