Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, INCHEON– Di tengah gemuruh sorak 15.000 penonton di Incheon Samsan World Gymnasium, tim putri Jung Kwanjang Red Sparks menutup musim 2024-2025 dengan air mata.

Mereka tumbang dengan skor 2-3 dalam lima set sengit melawan Hungkuk Life Insurance Pink Spiders di pertandingan penentuan V-League. Namun, kekalahan ini bukan akhir dari segalanya—ini adalah awal dari legenda baru.
Perjuangan di Atas Puing Cedera
Jung Kwanjang bukan sekunder, bukan antagonis —mereka adalah *bintang utama dalam drama epik ini*. Meski harus puas sebagai runner-up, perjalanan mereka adalah kisah tentang – kegigihan melawan segala rintangan-
Tim ini ibarat “bangsal cedera berjalan.” Jelang akhir liga reguler, dua pilar andalah Vanja Bukilic dan Park Eun-jin, terkapar karena cedera pergelangan kaki. Setter Yeom Hye-seon bertarung dengan nyeri lutut kronis, sementara libero Noh Ran harus mengandalkan suntik penghilang rasa sakit untuk bertahan. Bahkan Mega, sang penyerang andalan, juga tak luput dari cedera.
Baca juga:Cara Ampuh Atasi Bau Badan, Daripada Ricuh di Pesawat
Baca juga: Baterai Nuklir Sebesar Koin, BV100, Sekali Dicas Bertahan 50 Tahun
Mereka bukan hanya bertarung melawan lawan, tetapi juga melawan keletihan fisik dan mental. Dalam 16 hari, mereka menjalani 8 pertandingan brutal itupun sebelumnya main Playoff tiga laga yang menguras tenaga.
Namun, Jung Kwanjang Red Sparks mendorong Hungkuk Life Pink Spiders ke ujung jurang tinggal 5 cm saja, ini membuktikan bahwa mereka layak menjadi pemenang meski tak berhasil memahkotai perjuangan mereka. mereka memenangkan di hati para penggemarnya.
Pengakuan dari Sang Lawan
Marcelo Abbondanza, pelatih Hungkuk Life, mengakui: “Mereka adalah tim terberat yang kami hadapi dalam dua musim terakhir. Mereka tak pernah menyerah, memiliki motivasi dan karakter yang kuat. Aku sempat berharap Hyundai Engineering lolos ke final, karena Jung Kwanjang jauh lebih berbahaya.”
Bahkan Kim Yeon-koung, megabintang Hungkuk Life, memberi penghormatan:
“Mereka bermain hebat meski cedera menghantam. Dalam bola voli, tidak ada hasil imbang — pasti ada yang menang dan kalah — Tapi Jung Kwanjang berjuang sampai akhir. Mereka layak dapat apresiasi.”
13 Tahun Menunggu, Kurang 5 Cm untuk Keajaiban
Ini adalah final pertama Jung Kwanjang dalam 13 tahun terakhir, dan mereka hampir menciptakan keajaiban. Di bawah kepemimpinan pelatih Ko Hee-jin yang jenius sekaligus berani ambil risiko, tim ini berevolusi menjadi kekuatan baru.
– Megawati Hangestri, sang striker Asia, menjadi pilar ofensif.
– Bukilic beradaptasi brilian dari posisi opposite ke outside hitter.
-Pyo Seung-ju, rekrutan transfer, memberikan dampak instan.
– Park Hye-min jadi Libero dadakan langsung MPV
Ketika Noh Ran cedera di Playoff, Ko dengan cepat memasukkan Park Hye-min sebagai libero darurat sebuah keputusan cemerlang yang membawa mereka ke final. Setelah kalah di dua laga awal, Jung Kwanjang bangkit dengan dua kemenangan beruntun , memaksa laga kelima yang dramatis. Sayang, kurang 5 Cm keberuntungan tak berpihak.
Air Mata Kebanggaan
Pelatih Ko Hee-jin tak menyembunyikan emosinya: “Aku bangga pada para pemainku. Mereka bertarung sampai titik darah terakhir, menciptakan pertandingan yang akan dikenang sejarah. Mereka lebih dari sekadar pemenangan mereka adalah pejuang sejati.”
Dan di tengah kepedihan kekalahan, satu momen menghangatkan hati seluruh tim mengangkat plakat bertuliskan “Terima kasih, Kim Yeon-koung”, mengiringi sang legenda yang memutuskan pensiun.**