Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, TOKYO – Jepang kembali diuji oleh gempa bumi besar berkekuatan magnitudo 7,5 yang terjadi pada Senin malam, 8 Desember 2025, pukul 23.15 waktu setempat (21.15 WIB). Episenter gempa berada di lepas pantai timur Prefektur Aomori, kedalaman sekitar 50 km, akibat pergerakan subduksi antara lempeng Pasifik dan Okhotsk dengan mekanisme thrust fault.
Pemerintah Jepang dengan sigap mengaktifkan pusat krisis darurat yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Sanae Takaichi. Peringatan dini tsunami hingga 3 meter dikeluarkan dan hampir 90.000 warga di wilayah berisiko, seperti Aomori, Hokkaido, dan Iwate, langsung dievakuasi ke tempat aman.
Meski gelombang tsunami yang tercatat hanya antara 20-70 cm, langkah cepat tersebut menunjukkan kesiapsiagaan tinggi dalam menghadapi bencana.
Sistem transportasi utama, termasuk layanan kereta JR East, dihentikan sementara untuk memastikan keselamatan penumpang dan integritas jalur. Tim penyelamat segera dikerahkan untuk melakukan pengecekan kerusakan infrastruktur dan membantu warga yang terdampak.
Sekitar 2.700 rumah mengalami pemadaman listrik, dan kerusakan ringan seperti kebakaran dan runtuhan rak di toko-toko juga dilaporkan.
Rekaman kamera pengawas memperlihatkan guncangan hebat yang berlangsung selama sekitar 90 detik, memaksa warga meninggalkan bangunan. Meski terdapat sekitar 30 orang luka-luka, dengan satu kasus serius, hingga Selasa pagi tidak ada laporan korban jiwa.
Japan Meteorological Agency (JMA) memperingatkan potensi gempa susulan yang lebih kuat, mengingat aktivitas tektonik di lempeng Pasifik masih sangat aktif.
Pemerintah dan lembaga terkait terus memantau situasi dan mengimbau masyarakat tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan gempa besar lainnya.
BMKG Indonesia memastikan masyarakat nusantara aman dari potensi tsunami yang berasal dari gempa ini, sementara Jepang berfokus pada penguatan sistem mitigasi bencana dan pemulihan cepat pasca-gempa.
Kejadian ini kembali menegaskan betapa pentingnya kesigapan respons dan koordinasi antarinstansi dalam mengelola bencana alam di wilayah rawan seperti Jepang.







