Penulis: Mayang Kresnaya Mahardhika | Editor: Priyo Suwarno
KREDONDEWS.COM, SUBANG– Gumpalan busa hitam mirip buih itu muncul di beberapa lokasi di terutama di terutama di Kampung Kondang, Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat,
Busa hitam tersebut jatuh dan beterbangan hingga memasuki area permukiman warga serta persawahan di wilayah tersebut. Beberapa titik munculnya busa ini meliputi depan warung warga, sawah, dan bahkan di dekat makam di kampung itu.
Fenomena ini menimbulkan keresahan terutama karena busa tersebut berbau asam meski tidak menyengat, dan ketika disiram air langsung hilang.
Fenomena munculnya gumpalan busa hitam mirip buih di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, terjadi mulai dari hari Jumat, 24 Oktober 2025, dengan busa tersebut terbawa angin ke wilayah Patokbeusi.
Kemunculan busa juga dilaporkan masih terjadi hingga hari Senin, 28 Oktober 2025, pasca hujan dan membuat warga setempat heboh. BMKG mencatat kondisi cuaca saat itu pada 27 Oktober 2025 wilayah Subang berawan dengan hujan di bagian selatan.
Fenomena tersebut bukan merupakan kejadian alam melainkan terkait aktivitas permukaan bumi, diduga dari limbah pabrik di Karawang yang terbawa angin ke Subang.
Munculnya busa ini diduga berasal dari limbah pabrik di wilayah Karawang yang terbawa angin hingga ke Subang. Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan kepolisian terus melakukan investigasi dan monitoring di lokasi-lokasi tersebut.
Para ahli, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat, menyatakan bahwa gumpalan busa hitam seperti buih sabun yang muncul di Kecamatan Patokbeusi, Subang, pasca hujan masih dalam tahap investigasi dan analisis laboratorium.
Tim Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup telah menurunkan petugas untuk mengambil sampel dan melakukan penelusuran sumber serta kandungan zat busa tersebut, demikian pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, ST., MT.
BMKG Stasiun Bandung menyatakan bahwa fenomena ini bukan kejadian alam, seperti awan atau fenomena meteorologi, melainkan kemungkinan berasal dari aktivitas permukaan bumi, seperti proses industri atau limbah pabrik yang terbawa angin.
Sedangkan DLH Jabar belum dapat memastikan sumber dan kandungan zat busa tersebut karena hasil laboratorium dan laporan resmi dari tim PPLH masih belum keluar.
Oleh karena itu, masyarakat masih diminta bersabar menunggu hasil penelitian yang akan diumumkan setelah investigasi selesai.
Belum ada kesimpulan resmi terkait zat apa yang terkandung dalam busa hitam itu, tetapi ada dugaan bahwa busa tersebut berasal dari limbah industri pabrik di sekitar wilayah, terutama dari pabrik di daerah Karawang yang anginnya terbawa ke Subang.
Warga mencium bau menyengat khas limbah yang membuat kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi bahaya lingkungan dan kesehatan.
Para ahli menekankan agar masyarakat tidak kontak langsung dengan busa tersebut sampai hasil uji laboratorium keluar dan memberikan kepastian keamanan atau bahaya bahan tersebut. Pemerintah daerah terus memantau dan melakukan investigasi menyeluruh atas fenomena langka. **






