Penulis: Adi G | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SURABAYA– Eric Trump akhirnya bersedia memberikan penjelasan setelah momen ketika ayahnya, Presiden Donald Trump, kedapatan berbicara melalui mikrofon yang bocor dan menjadi viral.
Mikrofon tersebut ternyata masih menyala saat mengatur panggilan telepon antara dirinya dan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dalam KTT Perdamaian Gaza dua pekan lalu,
Pertemuan tersebut berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir, pada Senin, saat mikrofon di podium menangkap percakapan Prabowo yang bertanya, “Bisakah saya bertemu Eric?”
Trump kemudian menjawab, “Nanti saya suruh Eric menelepon. Haruskah saya lakukan itu? Dia anak yang baik. Saya suruh Eric menelepon Anda.”
Percakapan ini menimbulkan kontroversi karena dianggap berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Eric Trump adalah Wakil Presiden Eksekutif Trump Organization perusahaan yang masih dimiliki dan memberikan keuntungan bagi Donald Trump.
Sementara sang presiden sedang bertemu Prabowo dalam kapasitas politik, bukan pribadi, selain itu Prabowo sendiri adalah mantan jenderal yang pernah dituduh melakukan kejahatan perang oleh Barat.
Kelompok pemantau etika Citizens for Responsibility and Ethics in Washington (CREW) menulis, “Sangat tidak normal jika presiden berbicara tentang mengatur pertemuan antara anaknya yang menjalankan bisnis yang masih dimilikinya dengan kepala negara lain.”
Dalam wawancara di program Real America’s Voice bersama Eric Bolling, Eric Trump menjelaskan, “Saya punya dua proyek di Indonesia. Kami memulainya pada 2014 dan 2015. Salah satunya adalah lapangan golf terbaik di negara itu, luar biasa, dibangun di lereng gunung berapi di dekat Jakarta.”
Ia menambahkan, “Saya sebenarnya belum pernah bertemu presiden. Semua orang di Indonesia mungkin tahu soal dua proyek kami. Satunya lagi di Bali, kami sedang membangun hotel besar yang akan segera dimulai. Saya sering ke sana dulu untuk mengelola tim.”
Eric menegaskan bahwa dirinya “tidak terlibat dalam politik di Indonesia” dan mengaku terkejut Prabowo mengenalnya. Namun ia tidak ditanya lebih lanjut mengenai potensi konflik kepentingan.
Ketika diwawancarai kembali oleh Kaitlan Collins di CNN, Eric ditanya apakah ayahnya sudah menghubunginya. Ia menjawab, “Belum, tapi saya senang beliau bilang saya anak yang baik. Memang saya anak yang baik.”
Collins lalu menantangnya, “Bagi orang yang melihat momen ayah Anda dengan presiden Indonesia dan berpikir seharusnya ada pemisahan antara jabatan presiden dan bisnis keluarga, bagaimana Anda menjelaskan bahwa seorang pemimpin dunia masih menganggap ayah Anda terlibat dalam bisnis keluarga?”
Eric menegaskan bahwa ada “tembok besar” antara pemerintahan Trump dan Trump Organization. Ia menekankan proyek-proyek di Indonesia sudah dimulai jauh sebelum Trump terpilih pada 2016 dan menegaskan kembali bahwa ia belum pernah bertemu Prabowo.
“Saya pikir tembok itu sangat besar,” katanya. “Buktinya, presiden Indonesia belum pernah bertemu saya. Ia hanya ingin bertemu karena tahu kami punya dua proyek besar di Indonesia yang dimulai lebih dari sepuluh tahun lalu, sebelum kami terjun ke politik. Saya justru menganggap itu sebuah kehormatan.”
Ia menutup dengan berkata, “Kami punya dua proyek besar, dan dia ingin bertemu karena belum pernah bertemu saya. Jadi menurut saya, itu justru menunjukkan bahwa tembok pemisah itu memang sangat besar.”.****








