Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, JAKARTA- WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan Jaringan Tambang (Jatam) lembaga swadya masyarakat (LSM) yang secara terang-terangan menuduh PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL/INRU) sebagai salah satu penyebab utama banjir bandang di Sumatera Utara, khususnya di wilayah seperti Simalungun dan sekitar Danau Toba.
Walhi menegasakan bahwa itu terjadi akibat deforestasi dan pengelolaan hutan tanaman industri yang merusak. WALHI Sumatera Utara secara spesifik menyoroti operasi TPL yang diduga mengurangi daerah resapan air, memperparah longsor dan banjir pasca-hujan deras November-Desember 2025
PT Toba Pulp Lestari (TPL) saat ini dimiliki mayoritas oleh Allied Hill Limited (AHL), perusahaan berbasis di Hongkong, dengan kepemilikan saham sekitar 92,5 persen. AHL dimiliki oleh pengusaha Singapura, Joseph Oetomo.
Namun seperti biasa, seluruh perusahaan konsesi hutan di Indonesia selalu tutip mulut, soal tuduhan-tuduhan itut. Mereka seolah menjadi entitas tak berdoa dan tidak bersalah, bahkan negara pun tidak mampu mengusiknya, meskipun kini bencana banjir bandang dan longsor itu telah menelan korban jiwa hampir 2000 orang.
Semua tuduhan WALHI itu bukan dicueki oleh PT TPL, bahkan pemerintah khususnya Kementrian Kehutanan, justru menempatkan WALHI sebagai musuh negara ketimabngan sebagai partener untuk menjaga pelestarian alam.
PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL, kode saham INRU) mengalami perubahan kepemilikan saham signifikan pada Juni 2025, dari Pinnacle Company Pte. Ltd. menjadi Allied Hill Limited (AHL) yang berbasis di Hong Kong dengan porsi 92,54 persen. AHL, didirikan pada April 2025 dan dimiliki 100 persen oleh Everpro Investments Limited, sepenuhnya dikendalikan oleh Joseph Oetomo, pengusaha asal Singapura sebagai pemilik manfaat akhir.
Perusahaan ini awalnya didirikan pada 26 April 1983 sebagai PT Inti Indorayon Utama oleh Sukanto Tanoto dan beroperasi di bidang pulp serta hutan tanaman industri di Sumatera Utara. Pada 2007, mayoritas saham diakuisisi oleh Pinnacle Company Pte. Ltd., yang mempertahankan kendali hingga perubahan 2025, meskipun ada afiliasi historis dengan grup RGE milik Sukanto Tanoto.
Sisa saham TPL dimiliki publik (masyarakat warkat 2,14 persen dan non-warkat 5,32 persen), dengan operasional di lima lokasi seperti Aek Nauli dan Porsea, Sumatera Utara, seluas 167.912 hektare izin Hutan Tanaman Industri. Perubahan ini didokumentasikan dalam keterbukaan informasi BEI pada Juni 2025.
Joseph Oetomo adalah pemilik manfaat akhir (beneficial owner) Allied Hill Limited (AHL), pengusaha asal Singapura yang mengendalikan perusahaan tersebut melalui Everpro Investments Limited.
Allied Hill Limited dimiliki 100 persen oleh Everpro Investments Limited, yang sepenuhnya dimiliki Joseph Oetomo sebagai pemilik manfaat akhir, sebagaimana tercatat dalam keterbukaan informasi BEI terkait akuisisi PT Toba Pulp Lestari pada Juni 2025. Joseph Oetomo juga menjabat sebagai direktur di struktur ini, memungkinkan kendali tidak langsung atas 92,54 persen saham TPL.
Sebelumnya, pada 2022, Sim Sze Kuan tercatat sebagai pemilik manfaat akhir melalui Pinnacle Company Pte. Ltd., tetapi berganti menjadi Joseph Oetomo sejak awal 2025, konsisten dengan perubahan kepemilikan saham TPL dari Pinnacle ke AHL. Struktur ini dikonfirmasi oleh dokumen resmi per Oktober 2025, menegaskan posisi Oetomo sebagai pengendali utama.
Joseph Oetomo (juga disebut Joseph Utomo dalam beberapa sumber) merupakan pengusaha asal Singapura yang dikenal sebagai pemilik manfaat akhir Allied Hill Limited (AHL), perusahaan berbasis Hong Kong yang menguasai 92,54 persen saham PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU). Ia mengendalikan AHL melalui Everpro Investments Limited, yang dimilikinya 100 persen, sebagaimana tercatat dalam keterbukaan informasi BEI per Oktober 2025.
Oetomo mengambil alih kendali mayoritas saham TPL dari Pinnacle Company Pte. Ltd. pada awal 2025, menggantikan Sim Sze Kuan yang sebelumnya tercatat sebagai pemilik manfaat akhir pada 2022. Sebagai warga negara Singapura, ia terlibat dalam investasi sektor kehutanan dan pulp melalui struktur perusahaan offshore, meskipun detail riwayat bisnis lengkapnya terbatas di publik.
Nama Oetomo mencuat pasca-bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara, di mana WALHI menuding operasi TPL memperparah deforestasi, meskipun perusahaan membantah dan mengklaim taat regulasi KLHK. Tidak ada hubungan langsung dengan figur publik seperti Luhut Binsar Pandjaitan, meskipun spekulasi beredar di media sosial. **






