Menu

Mode Gelap

Headline

Memahami Taksonomi Bloom untuk Pembelajaran yang Lebih Baik

badge-check


					Memahami Taksonomi Bloom untuk Pembelajaran yang Lebih Baik Perbesar

Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga

KREDONEWS.COM, SURABAYA– Taksonomi Bloom adalah kerangka hierarki yang mengklasifikasikan keterampilan berpikir dan tujuan pembelajaran dari tingkat rendah hingga tinggi, yang pertama kali dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956.

Tingkatan Ranah Kognitif (versi revisi Anderson & Krathwohl, 2001), dikutip dari Unesa, 7 November 2024.

1. Mengingat (Remembering)
2. Memahami (Understanding)
3. Menerapkan (Applying)
4. Menganalisis (Analyzing)
5. Mengevaluasi (Evaluating)
6. Mencipta (Creating)

Tujuan Taksonomi Bloom

1. Membantu merumuskan tujuan pembelajaran yang sistematis dan terukur.

2. Memudahkan perencanaan kurikulum dan penilaian hasil belajar.

3. Mengidentifikasi dan mengembangkan keterampilan berpikir dari yang sederhana hingga kompleks.

4. Mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam proses pembelajaran.

Singkatnya, Taksonomi Bloom adalah alat penting dalam pendidikan untuk mengklasifikasikan dan mengembangkan tujuan pembelajaran secara bertingkat dan menyeluruh sesuai dengan kemampuan berpikir dan sikap siswa.

Berikut contoh peristiwa sosial yang sama, dengan respon berbeda sesuai tingkatan Taksonomi Bloom versi Anderson (1–6):

Peristiwa Sosial: Banjir terjadi di permukiman akibat buang sampah sembarangan ke sungai.

1. Mengingat (Remembering)

Apa penyebab utama terjadinya banjir di permukiman tersebut?
Respon: Karena banyak warga membuang sampah ke sungai.

2. Memahami (Understanding)

Mengapa membuang sampah ke sungai bisa menyebabkan banjir?
Respon: Sampah menyumbat aliran air sehingga air meluap ke permukiman.

3. Menerapkan (Applying)

Apa tindakan yang bisa kamu lakukan agar kejadian ini tidak terulang?
Respon: Saya akan membuang sampah pada tempatnya dan ikut kerja bakti membersihkan selokan.

4. Menganalisis (Analyzing)

Analisis hubungan antara perilaku warga dan dampak lingkungan yang terjadi!
Respon: Perilaku tidak disiplin dalam membuang sampah menyebabkan sungai tersumbat dan akhirnya merugikan warga sendiri karena banjir.

5. Mengevaluasi (Evaluating)

Apakah sanksi sosial efektif untuk mencegah warga membuang sampah sembarangan? Jelaskan!
Respon: Cukup efektif jika disertai sosialisasi dan pengawasan, karena bisa membuat warga lebih sadar dan jera.

6. Mencipta (Creating)

Buatlah rencana program kampanye lingkungan untuk mencegah banjir akibat sampah!
Respon: Saya akan membuat program “Sungai Bersih, Warga Sehat” dengan kegiatan edukasi ke sekolah, lomba bersih kampung, dan bank sampah berbasis RT.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemkab dan DPRD Jombang Sahkan Perda BPR, Kontribusi BPR Jombang Rp 8,3 Miliar

16 September 2025 - 10:41 WIB

Cukup Setor Muka, KAI Jakarta Bisa Hemat 5.502 Rol Kertas Senilai Rp 81 Juta Lebih

16 September 2025 - 10:03 WIB

Untuk perluas layanan MBG di Kota Mojokerto diresmikan SPPG Meri 439

16 September 2025 - 07:52 WIB

Pameran Jogja Paradise 2025, Stand UMKM Pemkab Jombang Raih Juara 2 Nasional

15 September 2025 - 14:59 WIB

Tujuh ASN Inspektorat Jombang Ikuti Pelatihan 120 Jam Analis Standar Belanja

15 September 2025 - 14:18 WIB

100 Warga Gresik Ikuti Edukasi Keamanan Umum dari PT PGN, Arief Nurrachman: Jangan Segan Melapor

15 September 2025 - 13:51 WIB

56 ASN di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto menerima SK Kenaikan Pangkat

15 September 2025 - 13:03 WIB

Viral Aksi Demo Siswa SMK 1 Kampak Trenggalek: Urusan Uang tak Pernah Selesai!

15 September 2025 - 03:09 WIB

Delapan Tewas, Bus Wisata Angkut 52 Penumpang Alami Rem Blong di Jalur Bromo

15 September 2025 - 02:43 WIB

Trending di Nasional