Menu

Mode Gelap

Headline

Vitamin Alami Dalam Kemasan vs Vitamin Sintetis, Ternyata Beda

badge-check


					Vitamin Alami Dalam Kemasan vs Vitamin Sintetis, Ternyata Beda Perbesar

Penulis: Jayadi | Penulis: Aditya Prayoga

KREDONEWS.COM, FORD AVENUE– Dipasaran banyak sekali berbagai produk vitamin, namun lebih dari 98% suplemen di pasaran berasal dari nutrisi sintetis. dan jarang vitamin berbasis alami (natural)

Apa itu nutrisi alami dan sintetis?

Nutrisi alami mencakup vitamin, mineral, antioksidan, dan senyawa bermanfaat lainnya yang secara alami terdapat dalam makanan utuh.

Proses ekstraksinya biasanya melibatkan penggilingan atau pengejusan, lalu dikeringkan menjadi bubuk untuk dibuat kapsul atau tablet.

Sebaliknya, nutrisi sintetis dibuat melalui reaksi kimia di laboratorium untuk meniru struktur senyawa alami.

Perbedaan antara vitamin alami dan sintetis

Vitamin sintetis umumnya sulit diserap tubuh dan efeknya lebih lemah dibandingkan vitamin alami. Dalam jangka panjang, konsumsi vitamin sintetis bisa menyebabkan efek samping.

dr. Berg, lulusan sekolah chiropraktik, penulis puluhan buku termasuk jurnal ilmiah, menjelaskan bahwa banyak orang menyangka vitamin sintetis sama saja dengan yang alami, padahal kenyataannya berbeda jauh, terutama dari segi manfaat kesehatan.

Baca juga: Bedanya Tes DNA Legal vs Non Legal, Untuk Mengetahui Sang Ayah

Baca juga: Bongkar Rahasia yang Paling Diinginkan Wanita dari Pria, Bukan Makhluk Rumit

Baca juga: Bukan Herbal, 10 Makanan Ini Bisa Meningkatkan Aliran Darah ke Penis

Tiga alasan mengapa vitamin alami lebih baik

1. Lebih efektif diserap tubuh
Vitamin alami lebih mudah diserap karena mengandung ko-faktor (seperti asam amino atau mineral) yang membantu penyerapan. Vitamin sintetis diproduksi tanpa ko-faktor, sehingga penyerapannya buruk dan sering kali harus diberikan dalam dosis tinggi.

2. Bebas dari zat tambahan buatan
Vitamin sintetis biasanya mengandung bahan tambahan seperti pewarna, pemanis, dan pengawet. Vitamin alami cenderung lebih murni dan bebas dari kontaminan seperti logam berat atau minyak bumi.

3. Risiko efek samping lebih rendah
Tanpa zat buatan juga bisa menimalisir risiko efek samping, vitamin alami menghindarkan hipervimitaninosis yang berbahaya bagi penderita hati.

Contoh Vitamin Alami

Vitamin alami yang terbuat dari sumber nabati, hewani, atau mineral. Namun, sebelum dimasukkan ke dalam botol suplemen, mereka menjalani pemrosesan dan pemurnian yang signifikan.

Contohnya vitamin D dari ekstrak minyak hati ikan, vitamin E dari minyak nabati, dan beta-karoten alami. vitamin A berasal dari ekstrak hati sapi atau ayam.

Adakalanya ketika vitamin ditandai “alami”, vitamin hanya mencakup 10% bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan alami. 90% lainnya bisa jadi sintetis. masing masing negara punya aturan yang berbeda terhadap pelabelan ini, jadi perhatikan.

Pertimbangkan label GMP pada produk yang memastikan bahwa produk yang dihasilkan aman, bermutu, dan sesuai standar yang ditetapkan. GMP juga membantu perusahaan mengurangi pemborosan sumber daya dan waktu dalam proses produksi.

Apakah aman mengonsumsi vitamin sintetis?

Pada pemakaian jangka panjang ketergantungan pada vitamin sintetis bisa menyebabkan kekurangan nutrisi penting karena penyerapannya buruk.

Selain itu, proses pembuatannya menggunakan bahan kimia keras yang tidak aman dikonsumsi manusia Penelitian juga menemukan bahwa suplemen sintetis bisa mengandung logam berat, pestisida, minyak bumi, hingga zat beracun seperti PCB dan dioksin.

Paparan bahan tersebut jangka panjang terhadap zat ini dapat memicu gangguan saraf, hormon, hati, kekebalan tubuh, hingga meningkatkan risiko kanker.

Dr. Thiel menegaskan bahwa banyak vitamin sintetis diproduksi di luar negeri dengan standar yang beragam, dan konsumen tidak tahu pasti kualitas atau keamanan produk tersebut.

Contoh vitamin sintetis

Berikut ini adalah daftar berbagai vitamin sintetis yang sesuai dengan bentuk alaminya:

Vitamin A. Retinoid sintetis seperti retinil asetat atau palmitat

Vitamin B1 atau tiamin. Tiamin hidroklorida atau tiamin mononitrat

Vitamin B2 atau riboflavin. Riboflavin sintetis

Vitamin B3 atau niasin. Niasin sintetis yang dibuat menggunakan formaldehida dan amonia

Vitamin B5 atau asam pantotenat. Pantotenat sintetis sebagai garam kalsium atau natrium

Vitamin B6 atau piridoksin. Piridoksin hidroklorida sintetis

Vitamin B9 atau folat. Asam pteroilglutamat

Vitamin B12. Sianokobalamin dibuat dengan memfermentasi vitamin B12 dengan sianida

Vitamin C. Asam askorbat sintetis tanpa bioflavonoid

Vitamin D. Vitamin D3 sintetis

Vitamin E atau tokoferol. Tokoferol all-rac sintetis

Vitamin H atau biotin. Biotin sintetis yang terbuat dari asam fumarat

Vitamin K. Dihidro-vitamin K yang diproses selama hidrogenasi minyak.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Supermodel Taiwan Lin Chi Ling Lari di jalanan Prancis Menuju Sebuah Acara Akibat Kemacetan Lalin

24 Juni 2025 - 21:55 WIB

Trik Sederhana Ini Bisa Usir Nyamuk, Bisa Dibikin Sendiri

24 Juni 2025 - 21:26 WIB

Botol Kaca Lebih Banyak Mengandung Mikroplastik, Dibanding Botol Plastik

24 Juni 2025 - 19:54 WIB

Ayu Ting Ting Masih Dirawat di Rumah Sakit, Kondisinya Membaik

24 Juni 2025 - 14:18 WIB

Semangat Pejuang Pelajar Hadir dalam Muskerda Paguyuban MAS TRIP Jawa Timur

24 Juni 2025 - 10:44 WIB

Gawat! Data Pribadi Pengemudi Diduga Dibocorkan Produsen Mobil

23 Juni 2025 - 20:51 WIB

Putri Anne Dihujat Gegara Video Pole Dance Berbusana Terbuka

23 Juni 2025 - 20:09 WIB

Balon Udara Terbakar di Brasil, 21 Wisatawan Terjun Bebas 8 Orang Tewas

23 Juni 2025 - 10:31 WIB

Bupati Warsubi Luncurkan Pantun Meriahkan Sedekah Dusun Bulak Mojokrapak

23 Juni 2025 - 09:28 WIB

Trending di Headline