Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, STOCKHOLM-Dua minggu lalu, band psychedelic rock bernama The Velvet Sundown sama sekali belum dikenal. Namun hari ini, mereka telah memiliki lebih dari 500 ribu pendengar bulanan di Spotify dan sedang bersiap merilis album ketiga mereka.
Kehadiran The Velvet Sundown mengundang tanda tanya besar. Apakah mereka band paling produktif dan kreatif dalam sejarah, atau hanya bermain dengan aturan yang berbeda? Sejak kemunculannya yang tiba-tiba, band ini telah merilis dua album dan mengumumkan album ketiga akan segera tayang di Spotify. Dengan laju produksi yang luar biasa dan jumlah pendengar yang mengesankan, banyak pihak mulai curiga bahwa ini bukan band biasa.
Kecurigaan itu menguat setelah beberapa bukti ditemukan. Foto-foto band yang diunggah ke akun Instagram mereka tampak dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Nama-nama personel seperti Gabe Farrow (vokal), Lennie West (gitar), Milo Rains (synth), dan Orion “Rio” Del Mar (perkusi) hanya dapat ditemukan di akun Instagram tersebut yang baru dibuat akhir bulan lalu. Di Deezer, mereka bahkan mencantumkan peringatan: “Beberapa lagu dalam album ini mungkin dibuat menggunakan kecerdasan buatan.”
Setelah kontroversi merebak, pihak di balik proyek ini mengonfirmasi bahwa The Velvet Sundown memang sepenuhnya merupakan proyek buatan AI.
Bio resmi mereka menyatakan:
“The Velvet Sundown adalah proyek musik sintetis yang diarahkan oleh ide kreatif manusia, serta dikomposisi, disuarakan, dan divisualisasikan dengan bantuan kecerdasan buatan.”
“Ini bukan tipu daya — ini adalah cermin. Sebuah provokasi artistik yang dirancang untuk menantang batas-batas kepengarangan, identitas, dan masa depan musik di era AI.“
Semua karakter, cerita, lagu, suara, dan lirik adalah hasil kreasi orisinal yang digenerasikan dengan bantuan alat AI, bukan manusia sungguhan. Kemiripan dengan tempat, peristiwa, atau orang nyata sepenuhnya kebetulan.
Lagu mereka yang paling populer di Spotify, “Dust on the Wind,” telah diputar lebih dari 500 ribu kali dan masuk ke berbagai playlist populer seperti “Vietnam War Music” dan “Good Mornings – Happily Positive Music to Start The Day.”
Fenomena ini membuka diskusi luas tentang masa depan industri musik dan peran AI dalam menciptakan seni.