Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDOTNEWS.COM, IRAN– Iran sangat berani dan supernekad melakukan pembalasan serangan di wilayah Israel, sehingga negera kecil itu mengalami banyak fasilitas yang hancur selama pewrtempuran udara sejak 13 hingga 19 Juni 2025 ini. Banyak pihak bertanya-tanya, setelah fasilitas nuklir Natanz, sudah dibombardir habis-habisan, ternyata Iran masih sangat mampu melakukan balasan.

Iran baru saja meluncurkan serangan rudal balistik menggunakan rudal Sejjil dengan muatan peledak sekitar 1 ton ke Israel pada Rabu malam, 18 Juni 2025, dalam gelombang serangan ke-12 dari operasi yang dinamakan “True Promise 3” oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
IRGC menyatakan bahwa serangan rudal Sijjil ini merupakan serangan pertama kali dan memiliki kemampuan menembus pertahanan udara Israel secara mudah. Rudal-rudal ini menargetkan sejumlah lokasi strategis di wilayah pendudukan Israel, termasuk gedung bursa efek Tel Aviv dan rumah sakit di selatan Israel, sehingga menimbulkan korban sipil.
IRGC memperingatkan bahwa serangan rudal ini akan berlangsung terus-menerus dan menegaskan bahwa “gerbang neraka akan terbuka untuk rezim Zionis,” memperingatkan pemukim Israel untuk meninggalkan wilayah yang diduduki. Meski Israel mengklaim berhasil mencegat sebagian rudal yang diluncurkan Iran, beberapa rudal tetap berhasil mengenai targetnya.
Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik terbuka antara Iran dan Israel yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir
Sasaran Pengayaan Uranium
Serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Natanz tidak bisa dikatakan salah sasaran secara teknis, karena Natanz merupakan fasilitas utama pengayaan uranium Iran yang sangat penting dalam program nuklirnya. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan serius, termasuk penghancuran seluruh aula pengayaan di atas tanah dan infrastruktur daya yang berdampak pada fasilitas pengayaan bawah tanah yang vital.
Namun, serangan ini juga menimbulkan kontroversi karena fasilitas nuklir, termasuk Natanz, secara internasional dianggap sebagai instalasi yang harus dilindungi dari serangan militer karena risiko kontaminasi radiasi dan dampak lingkungan yang serius.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menegaskan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh diserang dalam keadaan apa pun karena membahayakan manusia dan lingkungan, meskipun ia mengakui kerusakan yang terjadi dan kesiapan IAEA untuk membantu mengamankan lokasi tersebut.
Dari sisi intelijen internasional, belum ada bukti konkret bahwa Iran sedang menjalankan program senjata nuklir aktif, sehingga serangan Israel lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa Iran bisa segera memproduksi bahan fisil untuk senjata nuklir.
Israel mengklaim serangan itu sebagai tindakan pelestarian nasional untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, sementara Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Kesimpulannya, serangan Israel mengenai sasaran yang memang penting dalam program nuklir Iran, tetapi tindakan militer terhadap fasilitas nuklir seperti Natanz tetap kontroversial dan berisiko tinggi dari perspektif hukum internasional dan keselamatan nuklir.
Ini bukan main-main, karena ada sokongan kuat dari Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa lebih dari 200 ahli nuklir Rusia akan terus bertahan dan bekerja di fasilitas nuklir Bushehr di Iran selatan.
Putin menegaskan bahwa Rusia tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Iran dalam program nuklir sipilnya, termasuk pembangunan dua unit tambahan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, dan telah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk menjamin keamanan selama proses tersebut. Ia juga menegaskan bahwa Iran belum meminta bantuan militer dari Rusia meskipun ketegangan dengan Israel meningkat.
Iran sedikitnya memliki lima lokasi pusat pengembangkan nuklir, yaitu:
Iran memiliki beberapa fasilitas nuklir utama yang menjadi bagian dari program nuklirnya, antara lain:
Natanz: Fasilitas pengayaan uranium terbesar yang memiliki dua pabrik pengayaan, yaitu Fuel Enrichment Plant (FEP) bawah tanah dan Pilot Fuel Enrichment Plant (PFEP) di atas tanah. FEP dapat menampung hingga 50.000 sentrifus, dengan sekitar 16.000 terpasang dan 13.000 beroperasi untuk memurnikan uranium hingga 5 persen. PFEP digunakan untuk pengayaan hingga 60 persen.
Fordow: Terletak di bawah pegunungan dekat Qom, fasilitas ini dibangun secara rahasia dan berada di kedalaman sekitar 80-90 meter, sehingga sulit dihancurkan. Fordow memiliki sekitar 2.000 sentrifus yang sebagian besar adalah tipe IR-6 canggih, dengan hingga 350 sentrifus melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen. Kesepakatan nuklir 2015 melarang pengayaan di Fordow, namun Iran tetap melakukannya.
Isfahan: Pusat teknologi nuklir yang mencakup Fuel Plate Fabrication Plant dan uranium conversion facility, yang mengolah uranium menjadi uranium heksafluorida untuk pengayaan di Natanz dan Fordow. Isfahan juga memproduksi bahan bakar untuk reaktor nuklir dan memiliki aktivitas pembuatan logam uranium yang sensitif.
Khondab (Arak): Reaktor riset air berat yang berpotensi menghasilkan plutonium, bahan yang dapat digunakan untuk senjata nuklir. Reaktor ini sebagian sudah dibangun dan menjadi bagian dari program nuklir Iran.
Bushehr: Pembangkit listrik tenaga nuklir yang juga merupakan bagian dari program nuklir Iran, meskipun tidak secara khusus disebutkan sebagai fasilitas pengayaan uranium utama.
Jadi, secara garis besar, Iran memiliki setidaknya lima fasilitas nuklir utama yang diketahui: Natanz, Fordow, Isfahan, Khondab (Arak), dan Bushehr.
Fasilitas-fasilitas ini menjadi target serangan dan pengawasan internasional karena peranannya dalam program nuklir Iran yang kontroversial, dengan Natanz, Fordow, dan Isfahan menjadi yang paling utama dalam pengayaan uranium.
Serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Natanz tidak bisa dikatakan salah sasaran secara teknis, karena Natanz merupakan fasilitas utama pengayaan uranium Iran yang sangat penting dalam program nuklirnya. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan serius, termasuk penghancuran seluruh aula pengayaan di atas tanah dan infrastruktur daya yang berdampak pada fasilitas pengayaan bawah tanah yang vital.
Namun, serangan ini juga menimbulkan kontroversi karena fasilitas nuklir, termasuk Natanz, secara internasional dianggap sebagai instalasi yang harus dilindungi dari serangan militer karena risiko kontaminasi radiasi dan dampak lingkungan yang serius. Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menegaskan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh diserang dalam keadaan apa pun karena membahayakan manusia dan lingkungan, meskipun ia mengakui kerusakan yang terjadi dan kesiapan IAEA untuk membantu mengamankan lokasi tersebut.
Dari sisi intelijen internasional, belum ada bukti konkret bahwa Iran sedang menjalankan program senjata nuklir aktif, sehingga serangan Israel lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa Iran bisa segera memproduksi bahan fisil untuk senjata nuklir. Israel mengklaim serangan itu sebagai tindakan pelestarian nasional untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, sementara Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Kesimpulannya, serangan Israel mengenai sasaran yang memang penting dalam program nuklir Iran, tetapi tindakan militer terhadap fasilitas nuklir seperti Natanz tetap kontroversial dan berisiko tinggi dari perspektif hukum internasional dan keselamatan nuklir.
Iran memiliki beberapa fasilitas nuklir utama yang menjadi bagian dari program nuklirnya, antara lain:
Natanz: Fasilitas pengayaan uranium terbesar yang memiliki dua pabrik pengayaan, yaitu Fuel Enrichment Plant (FEP) bawah tanah dan Pilot Fuel Enrichment Plant (PFEP) di atas tanah. FEP dapat menampung hingga 50.000 sentrifus, dengan sekitar 16.000 terpasang dan 13.000 beroperasi untuk memurnikan uranium hingga 5 persen. PFEP digunakan untuk pengayaan hingga 60 persen.
Fordow: Terletak di bawah pegunungan dekat Qom, fasilitas ini dibangun secara rahasia dan berada di kedalaman sekitar 80-90 meter, sehingga sulit dihancurkan. Fordow memiliki sekitar 2.000 sentrifus yang sebagian besar adalah tipe IR-6 canggih, dengan hingga 350 sentrifus melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen. Kesepakatan nuklir 2015 melarang pengayaan di Fordow, namun Iran tetap melakukannya.
Isfahan: Pusat teknologi nuklir yang mencakup Fuel Plate Fabrication Plant dan uranium conversion facility, yang mengolah uranium menjadi uranium heksafluorida untuk pengayaan di Natanz dan Fordow. Isfahan juga memproduksi bahan bakar untuk reaktor nuklir dan memiliki aktivitas pembuatan logam uranium yang sensitif.
Khondab (Arak): Reaktor riset air berat yang berpotensi menghasilkan plutonium, bahan yang dapat digunakan untuk senjata nuklir. Reaktor ini sebagian sudah dibangun dan menjadi bagian dari program nuklir Iran.
Bushehr: Pembangkit listrik tenaga nuklir yang juga merupakan bagian dari program nuklir Iran, meskipun tidak secara khusus disebutkan sebagai fasilitas pengayaan uranium utama.
Jadi, secara garis besar, Iran memiliki setidaknya lima fasilitas nuklir utama yang diketahui: Natanz, Fordow, Isfahan, Khondab (Arak), dan Bushehr.
Fasilitas-fasilitas ini menjadi target serangan dan pengawasan internasional karena peranannya dalam program nuklir Iran yang kontroversial, dengan Natanz, Fordow, dan Isfahan menjadi yang paling utama dalam pengayaan uranium.