Menu

Mode Gelap

Internasional

Pemerintah AS Berikan Jutaan Dolar Kepada Kaum Ikhwanul Muslimin Malaysia

badge-check

Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia dan pejabat tinggi jaringan kaum radikal Islam Virginia (AS), bertemu dan memeluk mendiang pemimpin teroris Ismail Haniyeh pada tahun 2024, hanya beberapa bulan setelah Haniyeh dan kelompok terornya merencanakan, melancarkan, dan menyiarkan pembunuhan dari rumah ke rumah lebih dari seribu warga Israel, termasuk anak-anak, dalam serangan 7 Oktober 2023. Rekannya, pemimpin teror Hamas, Khaled Mashal, juga hadir dalam acara itu. (Foto: AFIQ HAMBALI)

Terjemahan dari artikel asli: US Government Provides Millions to Malaysia’s MB

Sam Westrop*

 

Departemen Luar Negeri AS menggelontorkan lebih dari $290.000 (setara Rp 4, 7 miliar) kepada Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), cabang Ikhwanul Muslimin di Malaysia yang terkait dengan teror, antara tahun 2022 dan 2024. Pemberikan dana itu bahkan dilakukan ketika kelompok itu berjanji mendukung pembunuhan warga sipil Israel oleh Hamas pada 7 Oktober, 2023. Sekaligus mendukung penculikan keluarga Bibas.

Departemen federal AS juga sudah menyetujui tambahan $1 juta (setara Rp 16,5 Triliun) kepada Universitas Islam Internasional Malaysia, sebuah institusi kaum radikal Islam penting di Timur Jauh yang digunakan oleh kelompok teroris Hamas sebagai tempat perekrutan.

Baik Universitas Islam Internasional Malaysia maupun ABIM memiliki pendiri yang sama: perdana menteri anti-Yahudi yang pro-teror saat ini, Anwar Ibrahim.

Malaysia adalah sekutu utama Hamas. Negeri jiran Indonesia itu mengirim teroris ke negara di Timur Jauh tersebut pada tahun 2014 untuk mendapatkan pelatihan paralayang—sebuah taktik yang digunakan oleh kelompok teror Hamas dalam serangan terornya pada 7 Oktober, 2023.

Menurut catatan pengeluaran federal, dana AS untuk ABIM dikeluarkan untuk melawan upaya disinformasi rezim Tiongkok di wilayah itu terkait penindasan terhadap kaum Muslim Uighur. Diyakini bahwa ini adalah pertama kalinya Pemerintah AS memberikan dana langsung kepada cabang Ikhwanul Muslimin di luar negeri.

 

Pendiri ABIM Anwar Ibrahim (kiri) bersama pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin Sheik Yusuf Al-Qaradawi (tengah).

“ABIM dikenal sebagai Gerakan Pemuda Islam Malaysia. Didirikan pada tahun 1971 dan tentang lembaga itu seorang akademisi Universitas Georgetown (AS) menulis sebagai “saudara kandung Ikhwanul Muslimin yang diakui di Malaysia.” Ikhwanul Muslim sendiri adalah gerakan kaum radikal Islam berbahaya yang dianggap oleh para pembuat kebijakan Barat sebagai pendorong utama radikalisasi dan teror.

Situs web ABIM sendiri bahkan menuliskan klaim: “Model awal yang menginspirasi berdirinya banyak gerakan seperti ABIM tentu saja adalah Ikhwanul Muslimin di Mesir.”

Perdana Menteri Ibrahim yang beraliran radikal tetap terlibat dalam pembentukannya. Secara terbuka ia pun mengungkapkan memberikan konsultasi untuk kelompok itu.

Pada Agustus lalu misalnya, ia memuji ABIM karena “membentuk pemikiran dan cita-cita generasi muda” dan berperan sebagai “suara moral kaum Islam radikal”

 

Pemimpin teror Hamas, Khaled Meshal, bertemu dengan para pejabat ABIM. Di sana, ia menyatakan harapannya untuk melancarkan “intifada keempat.” Para pejabat ABIM dengan antusias menggambarkan pemimpin teror Hamas itu “sebagai pemimpin terampil, berbudi luhur, dan rendah hati …. seorang pemimpin besar, yang menduduki posisi yang sebelumnya didahului oleh tokoh-tokoh seperti [pendiri Hamas] Sheikh Ahmad Yasin dan Dr. Abdul Aziz Rantisi.”

Lembaga Kajian The Investigative Project on Terrorism  (Proyek Investigasi Terorisme) menggambarkan ABIM sebagai bagian dari “lobi Hamas” Malaysia, dengan mengutip dukungan ABIM terhadap para operator Hamas.

Pada tahun 2015, ABIM mengumumkan bahwa “kepemimpinannya … yang dipimpin oleh Presidennya, mengadakan pertemuan dengan Khaled Meshal, Kepala Biro Politik Hamas di Palestina, dalam kunjungan resminya ke Kuala Lumpur minggu ini.”

ABIM melaporkan bahwa Meshal “menghargai dukungan kuat dari masyarakat Malaysia” dan menyatakan harapannya untuk “melancarkan intifada keempat.”

Para pejabat ABIM dengan antusias menggambarkan pemimpin teror Hamas “sebagai pemimpin yang terampil, berbudi luhur, dan rendah hati…. seorang pemimpin hebat, yang menduduki posisi yang sebelumnya didahului oleh para pendiri Hamas seperti Sheikh Ahmad Yasin dan Dr. Abdul Aziz Rantisi.”

Pada tahun 2023, ABIM secara terbuka mendukung serangan 7 Oktober 2023. Lembaga Pendidikan itu membagikan gambar dan video Hamas di media sosialnya, dan menyatakan “dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina.” Hingga saat ini, ABIM tetap terbuka mendukung Hamas.

ABIM memuji “sifat manusiawi” Hamas setelah menangkap keluarga Bibas, termasuk seorang bayi yang baru berusia 9 bulan. Hamas kemudian membunuh anak-anak tersebut.

 

Beberapa tahun sebelumnya, Khaled Meshal dari Hamas juga berpidato di Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), sebuah pusat penting perkembangan ideologi kaum radikal Islam.

Sebagaimana dicatat oleh Pusat Informasi Intelijen dan Terorisme Meir Amit, Hamas “melaksanakan kegiatan sosial dan budaya yang luas bagi mahasiswa di Universitas Islam Internasional Malaysia.”

Beberapa di antaranya “direkrut masuk dalam sayap militer-teroris Hamas” dan “dikirim untuk mengikusi kursus di Turki (dengan biaya Hamas), diberi uang oleh Hamas, dan kemudian dikirimkan ke Yudea dan Samaria (wilayah Gaza).”

Pada tahun 2025, hibah untuk ABIM dibatalkan sesuai dengan perintah eksekutif Pemerintahan Trump. Namun, kontrak dengan IIUM masih didanai. Departemen Luar Negeri dan Pertahanan AS mengotorisasi pemberian bantuan hampir sebesar $950.000  (setara Rp 15, 675 miliar) untuknya.

Hibah pertahanan sebetulnya dikeluarkan untuk berbagai program militer dan teknologi, sementara Departemen Luar Negeri memilih IIUM untuk “menyediakan dan menjalankan program pencegahan ekstremisme kekerasan di berbagai segmen bagi pemuda Malaysia.” Sekaligus untuk “menyediakan program dan pelatihan peningkatan kapasitas virtual dan fisik bagi CSO (baca: Petugas Layanan Pelanggan), LSM, dan otoritas keagamaan dalam menangani kelompok rentan yang rentan terhadap radikalisasi…”

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menjabat sebagai presiden IIUM selama satu dekade. Ibrahim juga tokoh terkemuka kaum Islam radikal Amerika. Peran itu diperolehnya, setelah lama menjabat sebagai pejabat tinggi jaringan Safa, sebuah jaringan amal, bisnis, dan lembaga pemikir kaya yang saling terkait di Virginia.

Jaringan ini didirikan oleh para ideolog Ikhwanul Muslimin. Kini lembaga itu dijalankan oleh sekelompok kecil tokoh kaum radikal Islam berpengaruh yang sebelumnya diselidiki karena mendanai aksi teror. Ibrahim adalah ketua lembaga unggulan Safa, International Institute of Islamic Thought (Institut Pemikiran Islam Internasional —IIIT), yang turut mendirikan dan menjalankan IIUM Malaysia.

IIUM dan IIIT memiliki pendiri yang sama: AbdulHamid AbuSulayman, yang pernah digambarkan oleh seorang investigator federal sebagai salah satu “pendukung setia” IIIT untuk organisasi teror Hamas dan Jihad Islam Palestina.

IIIT dan IIUM yang didirikan Safa merupakan organisasi yang dianggap dekat dengannya (sister company). IIIT menyediakan beasiswa dan para pejabat kampus kepada IIUM. Seorang pendiri IIUM karena itu dengan bangga mengatakan”keputusan untuk tidak menjadi universitas sekuler dan bagaimana mereka berhasil mencapainya dengan dukungan dari International Institute of Islamic Thought.”

IIUM pernah menerbitkan artikel yang menggambarkan kebangkitan Perdana Menteri Ibrahim sebagai hasil dari kemitraan IIUM dan IIIT. Ditulis bahwa jika Ibrahim terpilih, “tentara dan warga sipil di daerah pemilihan itu pasti mendapatkan keuntungan dari jalan yang sama dengan yang pernah diraih IIUM dan IIIT di Malaysia.”

Pembayar pajak AS mendanai kemerosotan Malaysia yang kini menganut Islamisme. Dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh Safa dan IIUM pada tahun 2023, Perdana Menteri Ibrahim menyatakan bahwa “silabus pendidikan Islam” di Malaysia akan “direformasi” dan bahwa “peradaban Islam” akan ditanamkan di “setiap jenjang pendidikan.”

IIUM bukan satu-satunya entitas Safa yang menerima dana dari Departemen Pertahanan AS. Sejak 2021, catatan pengeluaran federal menunjukkan bahwa perusahaan Safa lainnya, CommunityForce Incorporated, sudah mendapatkan persetujuan untuk menerima kontrak dari federal AS senilai $28 juta (atau sekitar Rp 462 miliar) . Sebagian besar dana itu berasal dari Departemen Pertahanan AS, untuk program-program seperti “Sistem Manajemen Otomatis Modernisasi dan Keberlanjutan Angkatan Udara AS”.

Salah satu pejabat layanan pelanggan CommunityForce adalah Mohammad Omar Ashraf. Ia operator kunci jaringan Safa. Rumahnya tercantum dalam daftar tempat tinggal yang akan digeledah sebagaimana tercantum dalam surat pernyataan federal tahun 2003 dengan tuduhan sebagai “sekelompok individu … yang diduga memberikan dukungan material kepada teroris, pencucian uang, dan penggelapan pajak melalui penggunaan berbagai perusahaan nirlaba terkait dan badan amal yang tampak berada di bawah kendali mereka.”

Pejabat CommunityForce lainnya adalah Firas Barzinji, yang juga pengacara untuk lembaga-lembaga jaringan Safa lainnya. Selain itu, dia juga terlibat dengan kelompok-kelompok lain yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin seperti Masyarakat Islam Amerika Utara.

Firas putra mendiang Jamal Barzinji, seorang anggota Islam radikal terkemuka Amerika dan anggota Safa. Tentang dia, agen federal David Kane menyatakan: “Saya yakin Barzinji tidak hanya terkait erat dengan Jihad Islam Palestina sebagaimana dibuktikan oleh hubungannya dengan [terpidana pemodal PIJ Sami] Al-Arian. Termasuk dibuktikan dalam dokumen yang disita di Kota Tampa (AS) pada tahun 1995 yang mencerminkan korespondensi langsung antara Barzinji dan Al-Arian), tetapi juga dengan HAMAS.”

ABIM memuji “sifat manusiawi” Hamas setelah menangkap keluarga Bibas, termasuk seorang bayi yang baru berusia 9 bulan. Hamas kemudian membunuh anak-anak tersebut.

 

Perdana Menteri Anwar Ibrahim adalah mitra yang tidak menyenangkan bagi Amerika Serikat. Ibrahim sebelumnya menyerang sebuah firma hubungan masyarakat yang “dikendalikan Yahudi”, menuduh konspirasi “Zionis” mempengaruhi lawan-lawannya, dan “terlibat langsung menjalankan pemerintahan.” Ia juga karena itu membanggakan upayanya untuk “menghapus nama ulama Islam ternama Dr. Shaikh Yusuf Qardhawi dari daftar hitam teroris [AS].”

Almarhum Dr. Sheikh Yusuf Qardhawi menjabat sebagai pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin. Yang paling terkenal sheik itu, menurut Lembaga Kajian Counter-Extremism Project, Adalah karena ia menganjurkan “dilakukan pembunuhan terhadap orang Amerika, kaum gay, dan Yahudi melalui tulisan, pidato, dan fatwa-fatwanya.”

Pada tahun 2022, Ibrahim mengunggah video di Twitter yang memperlihatkan dirinya berbicara dengan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok teroris Hamas yang ditetapkan AS. Dalam bahasa Inggris, Ibrahim menyatakan bahwa kemenangan dalam Pemilu itu sendiri juga merupakan kemenangan bagi “Palestina dan umat” dan ia berjanji untuk “bekerja sama, insya Allah, untuk memulihkan citra dan peran umat yang hilang.”

Belakangan Ibrahim pun berbicara kepada pemimpin politik Hamas, Khaled Meshal, mantan ketua Biro Politik Hamas.

Setelah serangan 7 Oktober 2023, Ibrahim menegaskan kembali dukungannya kepada Hamas, memuji teroris pembunuh anak-anak sebagai “pejuang kemerdekaan” dan bertemu kembali pada tahun 2024 dengan mendiang pemimpin teror Hamas, Ismail Haniyeh.

Ibrahim, dan organisasinya, ABIM dan IIUM, seharusnya tidak didanai oleh Pemerintah AS. Seharusnya dia ditetapkan sebagai teroris dan diberi sanksi. Bukan didanai. Malaysia saat ini merupakan bagian dari poros kejahatan Islam Sunni yang berbahaya, dan karena itu harus ditentang.

  • Sam Westrop memimpin Islamist Watch sejak Maret 2017. Sebelumya, ia menangan Stand for Peace, seorang organisasi kontra-ekstremisme yang berbasis di London, Kerajaan Inggris.
Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jaga Bersih Lingkungan, DLH Jombang Rutin Green Mart dan Timbang Sampah

17 November 2025 - 08:50 WIB

Puluhan Warga Ikuti Pelatihan Budidaya Ternak Lele 10 Hari di Kedungdowo Ploso

17 November 2025 - 08:17 WIB

Pick Up Bermuatan Mangga Seruduk Trailer di Perak Telan Dua Korban Jiwa

17 November 2025 - 07:41 WIB

Cilacap Belum Selesai! Kini Longsor Besar Timpa 20 Rumah Warga di Banjarnegara

16 November 2025 - 22:30 WIB

MWC NU Kraksaan Bersama Lintas Iman Lakukan Gerakan Tanam 1.000 Pisang Raja di Hutan Probolinggo

16 November 2025 - 22:01 WIB

BILA Award 205 Petrokimia Gresik Raih Penghargaan: Ecosystem Pergudangan dan Kemasan Terbaik

16 November 2025 - 21:39 WIB

Sekelompok Remaja 13 Tahun Ciptakan Kondom Pintar, Dapat Penghargaan

16 November 2025 - 20:25 WIB

Disimpan Dalam Pembalut, Dua Wanita Dipergoki Bawa Sabu Saat Besuk ke Lapas Narkotika Jakarta

16 November 2025 - 18:12 WIB

Muhammad Hisyam Remaja 13 Tahun Meninggal, Akibat Perundungan dalam Kelas SMPN 19 Tangerang

16 November 2025 - 17:28 WIB

Trending di Headline