Penulis: Aditya | Editor: Aditya Prayoga
KREDDONEWS, SURABAYA– Di balik gemerlap malam dan bisik-bisik sosialita, dua sosok perempuan kerap disamakan: LC (wanita penghibur, ladies club) dan wanita simpanan alias “Ani-ani”. Padahal, keduanya berjalan di jalan berbeda, meski kerap bertemu di persimpangan stigma.

Dua dunia ini sering dipukul rata. Padahal, satu memilih kebebasan dalam stigma, satu memilih kemewahan dalam ketergantungan. Siapa yang lebih salah? tidak dibahas di sini. Tapi mungkin bukan mereka, dunia ini yang terlalu cepat menghakimi.
1. Soal Laki-Laki: Banyak vs Satu
LC melenggang bebas, menari dari meja ke meja. Pria datang dan pergi, tanpa ikatan, tanpa komitmen. Mereka ratu malam yang menghibur, — bukan untuk dimiliki —
Ani-Ani, sebaliknya, diam di satu pelabuhan. Setia pada satu pria — yang biasanya bukan suaminya. Tapi dari kesetiaan semu itu, tuntutan pun datang.
2. Soal Harta: Realistis vs Materialistis
LC tidak banyak menuntut. Cukup ditemani, cukup diberi tip. Mereka tahu batas: “aku bukan milikmu, kau bukan dompetku.”
Berbeda dengan Ani-Ani, yang menjelma menjadi lubang tanpa dasar. Mobil, apartemen, liburan ke Eropa — semua jadi syarat “cinta”–
Baca juga: Muncul Sosok Pria, Klaim Sebagai Ayah Kandung Anak Lisa Mariana, Kok Bisa?
Baca juga: Kontroversi Perilisan Trailer Film Gundik yang Dibintangi Luna Maya
3. Soal Kebebasan: Berdiri di Kakinya vs Bergantung Sepenuhnya
LC tetap bekerja, bahkan jika hanya memanfaatkan malam untuk tambahan penghasilan. Mereka tahu dunia ini keras, dan mereka harus tangguh.
Ani-Ani rela melepas kemandirian. Bergantung pada pria yang belum tentu setia, hidup dari serpihan waktu dan uang.
4. Soal Harga Diri: Dihina tapi Merdeka vs Dimanja tapi Terpenjara
LC mungkin dipandang rendah oleh masyarakat, tapi mereka punya kebanggaan tersendiri. Mereka tidak meminta belas kasih — hanya membayar waktu dengan uang. Setiap malam, mereka tersenyum pada pelanggan, tapi hati mereka tetap milik sendiri.
Sementara Ani-Ani? Ia hidup dalam kemewahan, tapi setiap detiknya dihantui ketidakpastian. Cintanya bisa tak berbalas namun ia tidak bisa kelain hati, hanya menunggu dan berharap sang pria tidak pulang ke istri sah. Ia mungkin diberi berlian, tapi tidak pernah diberi kepastian.
5. Cara Kerja : Berburu dan Menunggu
Mereka tidak meminta belas kasih, hanya membayar waktu dengan uang. Setiap malam, mereka tersenyum berburu pelanggan, mereka tahu ini hanya pekerjaan, memburu pelanggan dan mencari pekerjaan, bukan cinta.
Sementara Ani-Ani? Ia hidup dalam kemewahan tapi dalam penantian, setiap detiknya dihantui ketidakpastian, meskipun hatinya telah ia berikan tapi perhatian dan cinta belum tentu datang.
6. Soal Masa Depan: Sementara atau Selamanya?
LC tahu bahwa dunia mereka fana. Mereka bekerja, menabung, dan suatu hari mungkin keluar dari lingkaran itu. Beberapa beralih ke bisnis, menikah, atau memulai hidup baru. Mereka sadar bahwa lampu klub tidak akan selamanya menyala untuk mereka.
Tapi Ani-Ani? Ia terjebak dalam ilusi “cinta abadi”. Ia berharap suatu hari pria itu akan meninggalkan istrinya — tapi kenyataannya, ia hanya menunggu sampai bosannya tiba. Ketika usia mulai merayap, semuanya bisa menjadi palsu dan hanya meninggalkan harta.
7. Soal Cinta: Jual-Beli Waktu vs Jual-Beli Mimpi
LC tidak menjual cinta — mereka menjual waktu. Mereka tidak berjanji setia, tidak berharap romansa. Ketika pelanggan pergi, mereka hanya kehilangan penghasilan, bukan hati.
Tapi Ani-Ani? Ia menjual mimpi. Ia berpura-pura mencintai, berpura-pura bahagia, demi uang dan status. Tapi di balik itu, ia sendiri tidak tahu apakah perasaannya nyata atau sekadar akting. Ketika hubungan itu berakhir, yang tersisa bukan hanya kehilangan finansial tapi juga luka karena tertipu oleh perasaannya sendiri.
Penutup: Dua Jalur, Satu Nasib yang Rapuh
Baik LC maupun Ani-Ani hidup di tepian masyarakat dilihat dengan sebelah mata, dan dihakimi
Bedanya, LC setidaknya masih punya kebebasan. Ani-Ani? Ia terkurung dalam sangkar emas, menunggu kapan sang tuan bosan dan membuka pintu untuk terakhir kalinya.
Di dunia yang menggilai uang dan cinta palsu, keduanya adalah korban sekaligus pelaku. Tapi satu hal yang pasti sama: tidak ada yang benar-benar menang dalam permainan ini.***