Penulis: Roro Menur | Editor: Gandung Kardiyono
KREDONEWS.COM, JAKARTA – Perasaan hati Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, terasa tersayat sembilu saat memandang foto kejadian penjarahan dirumah nya.
Jeritan hati itu tertuang dalam tulisan yang diunggah pada aku Instagram nya, pada Selasa, 2 September 2025.
Salah satu barang yang dijarah adalah lukisan bunga berpigura kesayangan dan hasil karyanya sendiri.

Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.(Instagram.smindrawati)
“Laki-laki berjaket merah memakai helm hitam tampak memanggul lukisan cat minyak Bunga diatas kanvas ukuran cukup besar.
Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari minggu akhir Agustus 2025 dini hari,” tulisan awal Sri Mulyani.
Ia mengira bahwa Lukisan Bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekedar seperti lembaran uang.
“Lukisan Bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi.
Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya,” kenangnya.
Sri Mulyani juga menuliskan rangkaian kata yang menyentuh, Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.
Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional, menurut Sri Mulyani menimbulkan histeria intimidatif yang kejam.
Hilang hukum, Hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan.
Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd…!
Ia juga mengingatkan bahwa adanya korban hilang nya nyawa yang tak tergantikan lebih berharga dibandingkan lukisannya yang lengkap.
“Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan,” ungkapnya.
Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari.
Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia.
Sri Mulyani kembali mengingatkan, dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang, yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu.
Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” pungkasnya.
Bintaro, 2 September 2025.**