Penulis : Jayadi | Editor : Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM-JAKARTA:Masyarakat dapat berbelanja dengan harga lebih murah melalui program operasi pangan yang digelar di 4.500 gerai kantor pos di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan bahan pangan dengan harga terjangkau menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1446 Hijriah.

Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal R Djoemadi, menegaskan bahwa keterlibatan PosIND dalam operasi pasar ini adalah bagian dari komitmen perusahaan dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan pasokan pangan bagi masyarakat.
“Sebagai perusahaan dengan jaringan luas di seluruh Indonesia, PosIND siap berkontribusi dalam memastikan bahan pangan pokok dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat,” ujar Faizal dalam keterangan tertulis, Kamis (27/2/2025).
“Kami akan memanfaatkan infrastruktur dan kapabilitas logistik kami untuk mendukung kelancaran operasi pasar ini, sehingga masyarakat dapat memperoleh bahan pangan dengan harga yang wajar menjelang Ramadhan dan Idulfitri 2025,” tambahnya.
Komoditas yang dijual dalam operasi pasar ini meliputi beras SPHP seharga Rp 12.000 per kilogram (HET Rp 12.500), bawang putih Rp 32.000 per kilogram (HET Rp 40.000), dan daging kerbau beku Rp 75.000 per kilogram (HET Rp 80.000). Selain itu, tersedia pula gula konsumsi Rp 15.000 per kilogram (HET Rp 18.500), MinyaKita Rp 14.700 per liter (HET Rp 15.700), serta daging ayam ras Rp 34.000 per kilogram (HET Rp 40.000).
Program ini telah dimulai sejak Senin (24/2/2025) dan dijadwalkan berlangsung hingga 29 Maret mendatang.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa operasi pasar tahun ini digelar lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Dulu biasanya satu minggu setelah Ramadhan atau tiga hari setelahnya baru operasi pasar. Ini kita lakukan sebelumnya, satu minggu sebelum bulan suci Ramadhan.
Kita mendahului supaya kita bisa beri warning kepada seluruh saudara-saudaraku pedagang, tolong dengarkan baik-baik, ikuti aturan pemerintah,” ujar Amran saat memantau operasi pasar di Kantor Pos Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (25/2/2025).
Ia juga menegaskan bahwa langkah ini merupakan instruksi langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
“Presiden ingin agar kita bisa beribadah di bulan suci Ramadhan dengan tenang dan menikmati harga yang baik. Oleh karena itu, kami semua bergerak cepat,” kata Amran.
Mengenai PT Pos Indonesia sebelum menjual sembako pernah jaya di jaman Belanda bahkan setelah Indonesia merdeka. Berikut ini adalah sejarah Pos Indonesia dari era Belanda masa kejayaan hingga mati suri, dikutip dari beberapa sumber,
1. Pengaruh Kedatangan Eropa
– Pengiriman surat berkembang pesat di Hindia Belanda setelah kedatangan orang Eropa.
– Surat digunakan untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka.
– Sering terjadi perampokan dalam pengantaran surat, sehingga pesan tidak tersampaikan.
2. Pendirian Kantor Pos
– Tahun 1746, Gubernur Jenderal GW Baron van Imhof mendirikan kantor pos di Batavia.
– Tujuan: menjamin keamanan surat, terutama bagi pedagang di luar Jawa.
– Surat disimpan di kantor pos untuk menghindari perampokan.
3. Faktor Peningkatan Layanan Kantor Pos
– Pembukaan Jalan Raya Anyer-Panarukan (1809) mempersingkat waktu pengiriman dari 4 hari menjadi 1 hari.
– Kehadiran kereta api sejak 1864 mempercepat pengiriman surat.
– Pembukaan Terusan Suez (1869) memotong waktu pengiriman ke Eropa dari lebih dari 1 tahun menjadi 10 bulan.
4. Dominasi Dinas Pos
– Dinas Pos menjadi pemain utama di sektor perdagangan non-hasil bumi (menurut J. Stroomberg dalam *Hindia Belanda 1930*).
– Penggabungan Dinas Pos dan Telegraf menjadi Posten Telegrafdienst meningkatkan efisiensi pengiriman.
– Tahun 1928, lebih dari 500 kantor pos mengelola ratusan ribu surat di Hindia Belanda.
5. Peran Setelah Kemerdekaan Indonesia
– Setelah merdeka, pengiriman surat tetap populer sebagai cara komunikasi murah.
– Tahun 1961: Posten Telegrafdienst menjadi PN Postel.
– Tahun 1965: PN Postel berganti menjadi PN Pos dan Giro.
6. Masa Kejayaan PN Pos & Giro
– Tahun 1968-1971, PN Pos & Giro mencatat keuntungan Rp 17 juta.
– Era Soeharto: pembangunan jaringan pos dan telekomunikasi semakin memperkuat monopoli perusahaan.
7. Persaingan dan Kemunduran
– 1990-an: muncul pesaing swasta yang mengurangi dominasi bisnis surat.
– Tahun 1995: PN Pos & Giro dipisah menjadi PT Pos Indonesia dan PT Telkom.
– Bisnis surat semakin menurun seiring kemajuan teknologi.
8. Transformasi PT Pos Indonesia
– Tahun 2000 menjadi titik terendah PT Pos Indonesia akibat penurunan bisnis surat, karena persaingan dari perusahaan swasta sejenis dan kemajuan digital.
– Saat ini, PT Pos Indonesia berusaha bangkit dengan mengembangkan usaha baru seperti pengiriman barang, pelayanan, dan properti Pos Properti Indonesia.***