Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Kisah Perang Tanding Tiga Hari Tiga Malam Panembahan Senopati dengan Adipati Pragola

badge-check


					Ilustrasi Panembahan Senopati dengan tombaknya (Ist) Perbesar

Ilustrasi Panembahan Senopati dengan tombaknya (Ist)

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Kekuasaan Kerajaan Mataram di tanah Jawa cukup luas hingga meliputi Pati, Jawa Tengah. Adipati Pragola semula adalah sekutu Panembahan Senopati menaklukkan Madiun.

Adapun perseteruan keduanya bermula karena Panembahan Senopati menikahi putri Bupati Madiun yang memimpin perlawanan terhadap Mataram yaitu Retno Dumilah dan Pragola tidak setuju dengan keputusan tersebut.

Adipati Pragola atau yang dikenal dengan Adipati Jayakusuma merupakan seorang penguasa Kadipaten Pati, Jawa Tengah. Ia adalah putra dari Ki Ageng Penjawi, sang adipati sebelumnya. Adipati Pragola memiliki seorang kakak yaitu Kanjeng Ratu Waskita Jawi atau Ratu Mas yang menjadi permaisuri Panembahan Senopati.

Hubungan antara Adipati Pragola dengan Panembahan Senopati adalah saudara sepupu karena orang tua mereka bersaudara. Panembahan Senopati merupakan putra dari Ki Ageng Pamanahan. Ia menjadi Raja Mataram pertama setelah melepaskan diri dari Kerajaan Pajang.

Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pamanahan adalah kakak beradik. Pragolapati dan Panembahan Senopati adalah cucu Kiai Gede Ngenis. Tak hanya itu, kakak perempuan Pragolapati juga merupakan istri dari Panembahan Senopati. Mereka berdua bersama-sama mengalami suka duka sebagai sahabat.

Hal ini juga terlihat dari peristiwa tukar-menukar kendaraan pribadi. Adipati Pragola mempunyai kendaraan pribadi berwujud seekor lembu bernama Pragola. Lembu Pragola itu pada mulanya adalah kendaraan pribadi Panembahan Senopati, tetapi atas permintaan Panembahan Senopati sendiri lembu tersebut ditukarkan dengan seekor kuda kendaraan pribadi Adipati Pragola yang bernama Juru Taman.

Penyebab Perselisihan

Penyebab pertentangan antara Adipati Pragola dan Panembahan Senopati disebabkan oleh beberapa faktor. Babad Pati mengungkapkan pertukaran kendaraan antara kuda Juru Taman dengan sapi Pragola sebenarnya sangat mengecewakan Adipati Jayakusuma. Hal ini diilustrasikan dengan tembang Kinanthi Pupuh XXII.

Dalam perkembangannya, ketika pertempuran melawan Madiun, Adipati Pragola membantu Panembahan Senopati dalam menumpas pembelotan yang dilakukan oleh bupati-bupati Jawa Timur. Ia berhasil membawa dua orang putri yang disebutnya sebagai putri boyongan dari Gunung Pandan.

HJ. de Graaf, sejarawan Belanda yang dikenal sebagai Bapak Sejarah Jawa, menyatakan bahwa putri Bupati Madiun yang memimpin perlawanan terhadap Mataram yaitu Retno Dumilah akhirnya diperistri oleh Panembahan Senopati.

Pragola merasa tindakan itu sangat tidak tepat mengingat kondisi yang masih belum kondusif. Ia tak terima jika kedudukan kakaknya akan dimadu. Akumulasi kekecewaan inilah yang mendasari keberanian Adipati Pragola untuk tidak menghadap ke Mataram.

Ketidakhadiran Adipati Pragola dalam pisowanan agung di Mataram selama enam tahun menimbulkan kecurigaan akan adanya pembelotan. Adipati Pragola mengirimkan utusan ke Mataram dengan tujuan untuk meminta hak pengurusan atas semua tanah pedesaan di sebelah utara Pegunungan Kendeng.

Tak hanya itu, ia juga meminta 100 mata tombak dengan batangnya. Panembahan Senopati memberikan semuanya, kecuali batang tombak, yang berarti perang.

Dikisahkan oleh Babat Pati, Panembahan Senopati mengirimkan surat kepada adiknya atas saran dari seorang pendeta. Dalam surat tersebut, Panembahan Senopati menuduh Adipati Pragola akan memberontak.

Jalannya Perang Tanding

Di salah satu versi menyatakan bahwa Adipati Pragola dengan pasukannya yang terlatih dalam pertempuran mampu mendominasi perseteruan ini. Bahkan pasukan Pragola mampu mendesak pasukan Mataram hingga daerah Prambanan. Di sini Panembahan Senopati mengutus anaknya Raden Mas Jolang untuk menghadapi pamannya tersebut.

Mengetahui keponakannya sendiri yang menghadapinya, Pragolapati terlihat santai. Meski Raden Mas Jolang sekuat tenaga menghadapi Pragolapati, tapi kemampuan pamannya itu tidak bisa dia tandingi. Pragola akhirnya melukai pelipis Raden Mas Jolang hingga berdarah dan memnyuruh keponakannya itu mundur.
Mengetahui dia tidakakan mampu mengalahkan pamannya, Raden Mas Jolangpun kembali ke Mataram. Dari sini disebutkan bahwa pasukan Pragola juga kembali dan tidak meneruskan serangan ke Mataram. Akhirnya Pragola hidup menetap di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Gunungpati, salah satu kecamatan yang ada di Kota Semarang.

Namun, ada versi lain juga yang mengatakan bahwa sebenarnya Pati telah difitnah oleh salah satu petinggi Mataram. Hal ini menimbulkan pergerakan Mataram untuk datang ke Pati. Akhirnya terjadilah perang tanding antara Pragola dengan Panembahan Senopati selama tiga hari.

Mereka perang tanding selama tiga hari dengan berbagai macam senjata, tombak, pedang, dan keris. Akan tetapi, dua orang kakak beradik ini sama-sama saktinya.

Setelah tiga hari berperang, mereka memutuskan untuk berhenti dan mandi di sumur yang ada di dekat mereka. Adipati Pragola mendapat firasat berupa sinar (tejo) yang mengisyaratkan jika dirinya akan kalah dalam peperangan tersebut. Kemudian, ia memerintahkan Sutawanengpati untuk membunuh seluruh istri dan anaknya.

Panembahan Senopati meminta nasihat kepada Kiai Juru Martani. Dalam nasehatnya, Kiai Juru Martani mengatakan bahwa kelemahan orang Pati adalah jika mereka sesumbar dan menampakkan dadanya, maka kesaktian yang dimiliki akan hilang.

Panembahan Senopati pun mengikuti nasihat Kiai Juru Martani dan ia berhasil memenangkan peperangan ini. Adipati Pragola terbunuh setelah tombak Senopati mengenai dadanya

Namun, setelah kematian Adipati Pragola, Panembahan Senopati cukup menyesal. Hal ini karena dia telah membunuh keluarga sekaligus sahabatnya sendiri. Kekecewaan Pragola serta hasutan dari petinggi Mataram telah membuat ia membunuh adik iparnya sendiri. Padahal, dalam beberapa tembang dikisahkan bahwa meski kecewa dan terfitnah, setiap Pragola akan melakukan perang tanding ia akan menghaturkan sembah penghormatan kepada kakak iparnya.

Begitulah sedikit kisah dan versi perseteruan antara Pragolapati dan Panembahan Senopati. Dua orang sahabat bahkan keluarga yang berseteru. Berjuang demi membela kehormatan masing-masing dan memiliki jiwa kesatria dalam pertempuran. Namun, konon karena sakit hati, dahulu rakyat Pati sangat membenci Mataram dan berpantangan untuk menikah dengan orang Mataram.

Hal ini karena mereka kehilangan penguasa yang sangat mereka cintai, Pragolapati sang pemimpin yang berjiwa kesatria dan welas asih. Sedangkan Panembahan Senopati kembali mengembangkan Mataram menjadi kerajaan yang kuat. Namanya terukir pula dalam sejarah sebagai sosok raja yang kuat dan tegas. ***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Gagal Taklukan Batavia, Baurekso dan 744 Pasukannya Dihukum Mati Sultan Agung

10 Maret 2025 - 09:53 WIB

Cerita Hari Ini: VOC Memprovokasi Mataram dengan Mengalahkan Ratu Kalinyamat

9 Maret 2025 - 14:42 WIB

Cerita Hari Ini: Raja Mataram Ternyata Punya Abdi Dalem Raksasa Ghaib yang Sakti

8 Maret 2025 - 09:41 WIB

Cerita Hari Ini: Akal Bulus Sultan Agung Menaklukkan Giri Kedaton

7 Maret 2025 - 16:59 WIB

Cerita Hari Ini: Tak Hanya Perang, Sultan Agung Ciptakan Kalender Jawa

6 Maret 2025 - 10:38 WIB

Planet Mars Pernah Memiliki Lautan dan Pantai

5 Maret 2025 - 04:46 WIB

Cerita Hari Ini: Sultan Agung `Menyerang` Mekah Gara-gara Ini

5 Maret 2025 - 04:31 WIB

Cerita Hari Ini: Menyerbu Tiga Kali Sultan Agung Gagal Taklukkan Blambangan

4 Maret 2025 - 09:42 WIB

Cerita Hari Ini: Intel Mataram Beri Informasi Keliru ke Adipati Tuban Sehingga Sultan Agung Akhirnya Menang

3 Maret 2025 - 17:33 WIB

Trending di Uncategorized