Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Dikepung Belanda Pangeran Diponegoro Menjebol Tembok Rumah Tegalrejo Menggunakan Tenaga Dalam

badge-check


					Tembok jebol dihantam Pangeran Diponegoro Perbesar

Tembok jebol dihantam Pangeran Diponegoro

Penulis: Satwiko Rumekso | Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Setelah hubungan yang tegang antara Belanda dan Pangeran Diponegoro, maka Belanda berinisiatif melumpuhkan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya.

Pada 20 Juli 1825,istana mengutus dua bupati senior untuk memimpin pasukan Jawa – Belanda menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo.

Pada 20 Juli 1825 itu, pasukan Belanda mengepung kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Bangunan ini merupakan kediaman Permaisuri Sultan Hamengku Buwono I, Kanjeng Gusti Ratu Ageng yang merupakan eyang buyut Diponegoro. Diponegoro merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan selirnya yang bernama R.A. Mangkarawati.

Sejak kecil, Pangeran Diponegoro lebih suka pada kehidupan merakyat sehingga membuatnya tinggal di Tegalrejo bersama nenek buyut atau permaisuri dari Sultan Hamengku Buwono I, daripada tinggal di Keraton.

Mengetahui dikepung Pangeran Diponegoro menjebol tembok sebelah barat kediamannya di Tegalrejo kemudian bersama pengikutnya menuju Gua Selarong.

Proses dijebolnya tembok untuk meloloskan diri Pangeran Diponegoro memiliki tiga versi. Ada yang mengatakan tembok tersebut dijebol oleh Pangeran Diponegoro menggunakan tenaga dalam, ada juga yang mengatakan dijebol dengan bantuan kaki kuda, dan ada juga yang mengatakan tembok tersebut dijebol dibantu dengan Laskar Diponegoro.

Entah mana yang benar tetapi cerita lisan lebih percaya pada kesaktian Sang Pangeran.

Rumah Istimewa

Tegalrejo seperti yang sampaikan sejarawan Peter Carey dalam bukunya Kuasa Ramalan Jilid I (2012) merupakan rumah yang istimewa.

Di antara para pangeran lain, memang Diponegoro merupakan putra raja yang paling kaya. Hal ini sesuai dengan kesaksian seorang Belanda yang bernama Brumund ketika dia memeriksa reruntuhan rumah itu setelah dibakar oleh pasukan Kolonial Belanda.

Pembakaran itu sendiri dikarenakan untuk melampiaskan rasa kecewa pihak Kolonial Belanda akibat tidak dapat menangkap Diponegoro hidup atau mati pada 20 Juli 1825.

Pada tahun 1840-an Brumund melaporkan Kampung Tegalrejo dengan penuh kekaguman. Dalam laporannya Brumund mengatakan “……..Sekurang-kurangnya saya tahu tidak ada pemukiman pangeran di Yogyakarta yang dapat dibandingkan dengan pemukiman di Tegalrejo.

Rumah-rumah pangeran sekarang (tahun 1840-an) kebanyakan terbuat dari kayu dan bangunannya rendah, ukurannya kecil, dan sederhana. Namun pemukiman Diponegoro besar, luas, bangunannya tinggi dan semuanya terbuat dari tembok. Sepanjang kedua sisinya terdapat rentetan rumah-rumah tembok.

Di sanalah tempat menginap teman-teman Diponegoro dan tempat para ulama yang datang berkunjung. Ada juga beberapa gudang untuk menyimpan hasil-hasil pertanian Tegalrejo seperti padi dan palawija. Tempat-tempat singgah bagi para pengikut dan pembantu Diponegoro juga dibangun di sekitar pemukiman Tegalrejo. Pengikut lainnya lebih suka tinggal di desa yang mengelilingi hunian Sang Pangeran (kadaleman Pangeran).”

Brumund juga menceriterakan dengan detail tentang tata letak bangunan rumah hunian Diponegoro. Terdapat bangunan pendopo khas Jawa atau balai pertemuan besar yang terbuka tanpa dinding dan serambi yang biasanya digunakan untuk pertunjukan wayang kulit.

Memang Sang Pangeran menyukai pertunjukan wayang kulit. Ketika Diponegoro menikah dengan Raden Ayu Maduretno pada September 1814, digelar pertunjukan wayang kulit dan tayuban untuk menghibur para tamu dan para pengikutnya.

Brumund juga menyoroti adanya tembok-tembok yang tinggi yang mengelilingi pekarangan rumah dan banyak juga pohon buah-buahan yang ditanam di sekitar hunian itu.

Memang setelah Ratu Ageng Wafat, dalam Babad Diponegoro, Sang Pangeran menceriterakan bahwa beberapa bangunan diperbaiki dan diperbesar agar dapat menampung tamu-tamu yang datang ke Tegalrejo yang semakin melimpah, khususnya para santri lelono dan para ulama yang datang ke Tegalrejo untuk diskusi masalah agama.

Dalam Babad Diponegoro dikatakan jumlah orang yang ikut ibadah di Tegalrejo melampaui jumlah orang yang ikut ibadah semasa Ratu Ageng masih hidup. Bisa jadi karena kebutuhan untuk menampung para jemaah inilah, kemudian Sang Pangeran berniat membangun masjid yang lebih layak di Tegalrejo. Tetapi sayang, masjid belum benar-benar selesai dibangun, sudah pecah Perang Jawa.

Diponegoro memang memimpikan adanya sebuah masjid yang besar dan representatif di Tegalrejo sehingga di kawasan itu menjadi pusat pendidikan agama yang akan membawa banyak keberkahan di Tegalrejo dan masyarakat sekitarnya.

Bagimana nasib hunian Tegalrejo setelah Diponegoro di pengasingan?

Brumund mengatakan bahwa bekas pemukiman itu dimanfaatkan oleh paman Diponegoro yang bernama Panembahan Mangkurat yang dulu bernama Pangeran Mangkubumi (sebelum tahun 1830) untuk dimanfaatkan sebagai kebun buah-buahan dan sayuran.

Memang Pangeran Mangkubumi diawal Perang Jawa bersekutu dengan Diponegoro memerangi Kolonial Belanda, tetapi seiring dengan banyaknya para panglima Diponegoro yang gugur dan menyerah, maka Pangeran Mangkubumi kembali ke Keraton Yogyakarta.

Setelah itu, kawasan Tegalrejo dimanfaatkan fungsinya oleh Pangeran Mangkubumi, kemudian kawasan itu akhirnya diambil alih oleh residen Belanda untuk Yogyakarta yang bernama Reinier de Fillietaz Bousquet (menjabat 1845-1848). Pemukiman itu akhirnya digunakan sebagai tempat pengembalaan kuda-kuda milik Kolonial Belanda.***

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Pujangga Keraton Ini Menolak Gaji 1.000 Gulden dari Belanda

31 Mei 2025 - 11:50 WIB

Cerita Hari Ini: PB IX Berseteru dengan Ronggowarsito Gara-gara Ramalan

30 Mei 2025 - 14:15 WIB

Alasan Sapi dan Babi Dilarang Dimakan, Dosa Buang Sampah Sembarangan Menurut Pendekatan Materialisme

30 Mei 2025 - 10:47 WIB

Cerita Hari Ini: PB IX Raja Solo Memakai Kalung Salib, Begini Kisahnya

29 Mei 2025 - 12:43 WIB

Cerita Hari Ini: PB VIII, Raja Pertama Mataram yang Memilih Tak Punya Selir

28 Mei 2025 - 12:29 WIB

Cerita Hari Ini: Tanam Paksa Belanda Menyebakan Ratusan Ribu Orang Mati Kelaparan

27 Mei 2025 - 13:45 WIB

Cerita Hari Ini: Tanam Paksa Memberi Keuntungan Belanda 832 Juta Gulden, Pegawai Pribumi Rame-rame Korupsi

26 Mei 2025 - 11:01 WIB

Cerita Hari Ini: Mangkunegaran Akhirnya Tak Bisa Netral dan Berperang Melawan Pasukan Diponegoro

25 Mei 2025 - 14:56 WIB

Wanita Meninggal 8 Menit dan Mengatakan Jiwa Tak Pernah Mati

24 Mei 2025 - 16:48 WIB

Trending di Uncategorized