Menu

Mode Gelap

Headline

Alasan Alat Berat Tidak Dipakai dalam Evakuasi Ponpes Al Khoziny yang Ambruk

badge-check


					Ega Prastuia, sumber IG Pribadi Perbesar

Ega Prastuia, sumber IG Pribadi

Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga

KREDONEWS.COM, SIDOARJO– Sebagian masyarakat bertanya-tanya, mengapa tim penyelamat tidak menggunakan crane atau alat berat dalam evakuasi runtuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang ambruk pada Senin (29/9/2025) siang. Tragedi ini diduga menimbun 91 orang di bawah reruntuhan.

Anggota Basarnas, Ega Prasutia, menjelaskan bahwa kondisi bangunan masih sangat rapuh dan tidak stabil.

“Penggunaan crane atau alat berat justru bisa memicu runtuhan tambahan yang membahayakan korban maupun tim penyelamat,” ujarnya, dikutip dari IG Pribadinya, 1 Oktober 2025.

Karena itu, evakuasi dilakukan dengan alat khusus yang mengutamakan keselamatan korban dan petugas di lapangan.

Menurut Ega, jenis runtuhan yang terjadi di Ponpes Al Khoziny termasuk kategori pancake collapse, yaitu ketika lantai-lantai bangunan runtuh bertumpuk satu di atas lainnya.

Pola ini sangat berbahaya karena material yang bertumpuk tidak stabil sehingga membutuhkan penopang (shoring) sebelum dilakukan pemindahan material. Jika tidak, evakuasi justru bisa memicu runtuhan susulan yang memperburuk kondisi korban.

Proses evakuasi dilakukan dengan sistem shifting atau rolling agar petugas bisa bekerja optimal mengejar golden time, yaitu masa kritis kemungkinan korban masih selamat.

“Semoga semua korban dapat segera dievakuasi, dan petugas di lapangan diberikan keselamatan,” kata Ega.

Berdasarkan laman FireHause, reruntuhan pancake memiliki karakteristik lantai bangunan menumpuk ke bawah tanpa hancur menjadi puing yang tersebar, menciptakan ruang kosong yang sempit dan sulit dijangkau.

Selain pancake, dikenal pula jenis runtuhan lain seperti Lean To, V-Shape, dan Cantilever, masing-masing dengan tingkat risiko berbeda.

– Lean To: Bagian bangunan roboh dan bersandar ke dinding lain membentuk ruang kosong segitiga. Ruang ini memungkinkan adanya ruang bernapas untuk korban.

– V-Shape: Reruntuhan membentuk ruang segitiga di tengah bangunan akibat atap atau lantai roboh ke bagian tengah.

– Cantilever: Bagian bangunan menjuntai atau menggantung tanpa penopang yang kuat, rawan ambruk susulan jika ada getaran atau tekanan.

Dalam kasus Ponpes Al Khoziny, penggunaan metode manual dengan alat khusus dianggap paling aman dibandingkan penggunaan alat berat. Evakuasi masih terus berlangsung dengan harapan dapat menyelamatkan korban yang tertimbun.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Produk UMKM Jombang Mejeng Ajang Jatim Fest, Yuliati: Laku Rp 75 Juta/ Hari

2 Oktober 2025 - 21:29 WIB

Alat Berat Mulai Bongkar Reruntuhan Bangunan Pondok Al Khoziny Buduran

2 Oktober 2025 - 20:20 WIB

Netizen Sorot Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Lantai 2, 3 dan 4 Melet

2 Oktober 2025 - 16:19 WIB

Bupati Warsubi Pantau Langsung MBG di SMPN 1 Sumobito: Harus Tepat Sasaran

2 Oktober 2025 - 15:52 WIB

SMP Al Furqon Gelar Karya Assesmen 2025: Ada Batik BadongO dan Robotik

2 Oktober 2025 - 15:24 WIB

Kasus Dua Vs Satu, Jaksa Ajukan Tuntutan Hukum 5 Tahun Penjara di PN Mojokerto

2 Oktober 2025 - 14:43 WIB

Punya Kekayaan Rp 242 M, KPK Tahan Mantan Dirut PT PGN Hendi Prio Santoso

2 Oktober 2025 - 13:47 WIB

Realisasi Rp 37.9 T, DPMPTSP Gresik Raih Juara I Investasi Award dari Gubernur

2 Oktober 2025 - 11:47 WIB

Gempa Magnetudo 6.9 Hantam Cebu Philipina: Tercatat 69 Orang Tewas

2 Oktober 2025 - 11:23 WIB

Trending di Headline