Penulis: Mayang Kresnaya Mahardhika | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, GARUT- Bupati Garut, Jawa Barat, Abdusy Syakur Amin menyampaikan bahwa hingga September 2025 terdapat lonjakan kasus perceraian di wilayah Garut dengan jumlah mencapai sekitar 6.000 gugatan.
Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata ada lebih dari 20 pasangan yang bercerai setiap hari selama 2025, menandai tingginya tingkat perceraian yang menjadi alarm sosial serius bagi daerah tersebut.
Angka ini munul sejak September 2025 dalam sebuah pertemuan dengan perwakilan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Garut. Acara tersebut digelar di Ruang Rapat Pamengkang, Kecamatan Garut Kota, pada hari Selasa, 7 Oktober 2025.
Hingga November 2025, berdasarkan data yang ada dan perhitungan tren dari kasus perceraian tahunan di Garut, diperkirakan total jumlah janda di Garut mencapai lebih dari 18.000 orang.
Angka ini didapat dengan asumsi penambahan sekitar 6.000 janda baru yang berasal dari perceraian sepanjang tahun 2025, ditambah akumulasi janda dari tahun-tahun sebelumnya yang juga sangat tinggi, dengan tren tahunan kasus perceraian mencapai sekitar 6.000 sampai 7.000 kasus per tahun dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya, pada tahun 2024 tercatat sekitar 7.000 kasus perceraian yang menghasilkan janda baru, dan jumlah ini terus bertambah setiap tahun sehingga total janda di Garut sudah puluhan ribu orang jika dijumlahkan kumulatif sampai saat ini.
Dalam pertemuan itu, Bupati Syakur menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan mahasiswa untuk mencari solusi atas persoalan sosial yang serius ini, yang tidak hanya berdampak pada individu tapi juga keluarga dan masyarakat luas.
Bupati Syakur menyoroti bahwa masalah perceraian ini tidak sekadar persoalan privat melainkan mencerminkan persoalan sosial yang kompleks, termasuk lemahnya ketahanan keluarga, tekanan ekonomi, dan pergeseran nilai sosial.
Ia menegaskan bahwa problem ini sudah “membatu” dan tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah saja, melainkan memerlukan komunikasi dan kolaborasi dari berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Lonjakan kasus perceraian ini menjadi sinyal bahwa ketahanan keluarga di Garut sedang menghadapi ujian berat dan berdampak pada banyak aspek sosial seperti kesejahteraan anak, kondisi ekonomi keluarga, dan masa depan komunitas secara umum.
Bupati meminta generasi muda dan masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi dalam menangani persoalan ini agar laju perceraian dapat ditekan.
Data yang disampaikan oleh Bupati Garut juga menunjukkan tren peningkatan angka perceraian dari tahun-tahun sebelumnya, menegaskan bahwa fenomena ini menciptakan kebutuhan mendesak untuk strategi lintas sektor yang solid guna memperkuat pondasi sosial dan ketahanan keluarga di Garut. **







