Menu

Mode Gelap

Life Style

Kisah Korban Krim Pemutih Wajah: Terima Warna Kulitmu Apa Adanya

badge-check


					Korban krim yang mengandung merkuri (air raksa)/Ist Perbesar

Korban krim yang mengandung merkuri (air raksa)/Ist

Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, JAKARTA-Nur Lenny Astia gembira ketika menyadari kulitnya terlihat “glowing”, setelah beberapa kali menggunakan krim wajah yang direkomendasikan teman-temannya.

Tapi kegembiraannya berubah jadi ketakutan ketika bercak-bercak gelap mulai muncul di wajahnya setelah menggunakan krim tersebut siang dan malam, selama dua tahun.

Dia berhenti memakai produk tersebut tapi sudah terlambat.

Perubahan warna kulitnya begitu terlihat jelas sampai dia tidak mau keluar rumah.

Nur sempat depresi sampai harus ke psikolog.

“Tatapan orang itu kayak tatapan yang [buat] sayanya enggak nyaman gitu, itu yang membuat saya tuh kepikiran dan sampai tidak mau interaksi sama orang, enggak mau ketemu orang,” ujarnya.

“Sampai tidak mau interaksi sama orang, enggak mau ketemu orang.”

Ketika dokter kulit yang Nur temui pada tahun 2019 tidak memberikan jawaban yang memuaskan baginya, dia berharap noda-noda hitam di wajahnya akan memudar seiring waktu.

Tapi bercak-bercak tersebut makin gelap.

Pada tahun 2021 Nur menemui dermatologis lain yang memberitah kalau kemungkinan besar perubahan warna kulitnya disebabkan oleh merkuri atau hidrokuinon dalam produk yang telah dia gunakan.

Krim pemutih kulit yang mengandung merkuri atau hidrokuinon dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kesehatan.

Produk kecantikan dengan bahan-bahan tersebut dilarang untuk diperjualbelikan di banyak negara di seluruh dunia.

Sayangnya, Nur tidak bisa memastikan apa saja kandungan “krim Esther M and S” yang dia pakai karena kemasannya tidak memiliki daftar komposisi.

Kecurigaan Nur dan dokternya terbukti setelah dia menonton video peringatan bahaya merkuri dalam krim tersebut di media sosial.

Dia juga menemukan kalau krim yang dibelinya di pasar tradisional di Samarinda, Kalimantan Timur, ternyata sudah dilarang peredarannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia sejak 2011 karena mengandung merkuri.

Meski dilarang BPOM, mereka memperingatkan jika produk kecantikan mengandung bahan berbahaya masih diimpor dan dijual secara tidak sah di Indonesia.

BPOM mengumumkan pihaknya menyita 205.400 produk terlarang dari 69 merek dalam operasi yang digelar pada Oktober dan November 2024.

Kebanyakan produk diimpor dari China, tapi BPOM juga menyita produk dari Korea, Malaysia, Thailand, Filipina dan India.

ABC menemukan krim ‘Esther M and S’ dijual online di beberapa e-commerce, termasuk Shopee dan sudah melaporkannya ke BPOM.

Beberapa tautan sudah diblokir dan ABC sudah menghubungi Shopee untuk memberikan komentar.

ABC tidak dapat menghubungi ‘Esther M dan S’ karena tidak jelas perusahaan mana yang membuat produk tersebut. BPOM pun tidak mengetahuinya.

Tidak jelas apakah krim ‘Esther M dan S’ yang dijual di Shopee adalah produk yang sama yang digunakan oleh Nur lebih dari satu dasawarsa silam.

Bahan umum tapi berbahaya

Nur kini menggunakan TikTok untuk mengedukasi tentang bahaya merkuri dalam produk kecantikan.

Dia juga mengajak pengikutnya untuk “menerima” warna kulit mereka.

“Apapun warnanya mau hitam, mau kulit sawo matang, putih, atau kuning langsat, terima dulu,” katanya.

Kisah Nur menarik perhatian ‘influencer’ Maria Fransisca, influencer dan dokter yang memiliki 2,5 juta pengikut di TikTok.

Dr Maria, yang akrab disapa Dokter Ika, naik daun karena kontennya mengedukasi dan memperingatkan konsumen tentang bahaya zat berbahaya dalam produk kecantikan.

Dalam beberapa videonya, ia menunjukkan bagaimana konsumen dapat memeriksa sendiri apakah suatu produk mungkin mengandung merkuri.

Menurutnya, ciri-ciri produk yang mengandung merkuri antara lain bau yang kuat atau tekstur yang lengket dan licin.

Dr Ika kini bekerja sama dengan Nur untuk membangun kesadaran bahaya merkuri dalam produk kecantikan.

Ia menjelaskan ke ABC bahwa merkuri dalam produk kecantikan efeknya berbeda-beda pada setiap orang.

Inilah yang mungkin menjadi alasan kenapa teman dan keluarga Nur tidak mengalami efek yang sama dengannya meski menggunakan produk yang sama.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merkuri adalah “bahan umum tapi berbahaya” yang ditemukan dalam krim dan sabun pencerah kulit.

Garam merkuri mencegah tubuh memproduksi melanin yang menyebabkan kulit lebih cerah.

Namun, merkuri dalam pencerah kulit dapat “berbahaya bagi kesehatan” dan menyebabkan ruam kulit, perubahan warna, dan bekas luka, seperti yang tertulis di situs web WHO.

Tak hanya itu, menurut WHO, merkuri juga dapat menyebabkan neuropati perifer, kerusakan saraf tepi yang menyebabkan gejala seperti kesemutan, nyeri, dan mati rasa, terutama di tangan dan kaki- depresi, dan psikosis, serta kerusakan ginjal.

Menurut situs web Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA), tingkat keparahan gejala yang timbul akibat paparan merkuri bergantung pada berbagai faktor, antara lain durasi dan tingkat paparan.***

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dian Sastro Pakai Pin One Piece Hadiri Festival Film Toronto

11 September 2025 - 18:47 WIB

Nana Mirdad dan Jennifer Coppen Prihatin Soal Banjir Bali, Begini Kata Mereka

11 September 2025 - 14:13 WIB

Miss Nepal 2018 Kehilangan Ratusan Ribu Followers di Tengah Protes Gen Z

11 September 2025 - 13:54 WIB

Dewinta Illinia Putri Sri Mulyani, Cantik Berprestasi

11 September 2025 - 13:29 WIB

Jennie BLACKPINK Selfie Tanpa Makekeup Bikin Gemes Netizen

10 September 2025 - 20:47 WIB

Pasangan Rokok dan Kopi Ternyata Tak Serasi

10 September 2025 - 20:21 WIB

Miss HK 2025, Mahasiswi S3 Universitas Columbia, Bereaksi Terhadap Video Ciuman di Tepi Kolam Renang yang Bocor

9 September 2025 - 21:03 WIB

Jangan Minum Air Kelapa Langsung dari Buahnya

9 September 2025 - 15:14 WIB

Berbicara pada Diri Sendiri Tanda Kecerdasan, Berikut Ini Cara Mengelola

9 September 2025 - 13:15 WIB

Trending di Life Style