Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, JAKARTA-Selama lebih dari lima abad, patung Qin Hui, mantan kanselir Dinasti Song, dan istrinya telah ditampar, ditendang, dan diludahi oleh jutaan orang. Boleh dikata ini dendam kesumat yang abadi
Di jantung Kota Hangzhou, yang selalu berhadapan dengan makam megah seorang jenderal pemberani yang pernah mereka jebak dan eksekusi, terdapat patung Qin Hui dan istrinya, dua tokoh paling dibenci dan dibenci dalam sejarah Tiongkok.
Mereka digambarkan berlutut, dengan kepala tertunduk dan tangan terikat di belakang punggung, dipermalukan selamanya atas pengkhianatan mereka.
Namun, hukuman itu belum cukup bagi patung-patung besi cor tersebut, karena mereka juga harus menanggung tamparan, pukulan, dan tendangan dari ratusan, terkadang ribuan, orang setiap hari.
Untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa besar penyiksaan yang diterima Qin Hui dan istrinya, perlu diketahui bahwa patung-patung mereka telah diganti 11 kali sejak patung aslinya dipasang pada akhir abad ke-15, dengan yang terakhir diganti pada tahun 1979.
Qin Hui adalah seorang kanselir Dinasti Song pada abad ke-12 yang terbukti berperan penting dalam mengatur perdamaian antara Dinasti Song dan Jin. Namun, dia bukanlah pahlawan nasional, justru sebaliknya.
Menurut sejarawan modern, untuk membuka perundingan damai dengan Dinasti Jin yang dipimpin Jurchen, Qin Hui menjebak Jenderal Yue Fei atas ketidakpatuhan dan pengkhianatan, dan mengeksekusinya di penjara.
Jenderal Yue telah meraih kemenangan besar melawan Jurchen, dengan berani membela Dinasti Song dari penjajah, dan dia secara anumerta menjadi martir dan simbol kesetiaan di Tiongkok. Di sisi lain, Qin Hui menjadi salah satu tokoh politik paling dibenci dalam sejarah negara itu.
Sulit untuk menggambarkan betapa dibencinya Qin Hui dan istrinya di Tiongkok. Salah satu camilan goreng terpopuler di Tiongkok, yóutiáo, yang berarti “setan goreng minyak”, terdiri dari dua lembar adonan yang disambung dan digoreng dalam minyak panas, konon terinspirasi oleh pasangan tersebut. Orang-orang memang senang menghukum mereka dengan cara apa pun, tetapi patung merekalah yang paling sering dilecehkan.
Sejarah Tiongkok memang kompleks dan rumit, dan pendapat mengenai pengkhianatan Qin Hui beragam. Namun, hal itu tidak terlalu berarti setelah berabad-abad berlalu. Dia dan istrinya akan selamanya menanggung perlakuan kejam dari rakyat yang hanya menghargai kesetiaan, keadilan, dan tidak membiarkan pengkhianat lolos.***











