Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, JAKARATA- Kisruh muktamar PPP ke-10 yang berlangsung di Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu, 27 September 2025, terjadi kericuhan yang melibatkan saling adu mulut, perkelahian, dan lempar kursi antar kader PPP. Kericuhan itu dipicu oleh perbedaan pendapat mengenai calon ketua umum partai.
Saat pidato pembukaan oleh Plt Ketua Umum PPP, Muhamad Mardiono, situasi memanas dengan dua kubu mendukung suara berlawanan yakni “lanjutkan” dan “perubahan”.
Beberapa kader terluka akibat bentrokan fisik yang terjadi, dan suasana memanas berlanjut sampai setelah pembukaan dengan teriakan-teriakan serta pengusiran Mardiono dari kerumunan peserta.
Mardiono menyebut ada pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak tertentu dalam muktamar dan mereka menjadi pemicu kericuhan.
Agenda utama muktamar adalah pemilihan ketua umum baru dan pembentukan struktur partai lima tahun ke depan.
Dua calon ketua umum utama adalah Muhammad Mardiono sendiri dan mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang didukung oleh beberapa DPW dan DPC PPP.
Konflik juga dipandang sebagai akibat dari merosotnya perolehan suara PPP dalam Pemilu 2024 sehingga ketegangan internal meningkat.
Pengamat menyatakan bahwa konflik ini mencerminkan pengurus PPP kehilangan arah dan lupa akan akar pemilihnya sehingga kerap terjadi gesekan internal yang memicu kericuhan.
Wakil Ketua Umum PPP mengimbau kader untuk menahan diri dan menjaga ketertiban sesuai ajaran Islam selama muktamar berlangsung agar konflik tidak makin melebar.
Singkatnya, muktamar PPP di Ancol berlangsung ricuh karena ketegangan internal pemilihan ketua umum yang memecah kubu kader, dipicu oleh persaingan antar calon dan keinginan pihak tertentu memaksakan kehendak dalam partai, dengan bentrokan fisik hingga menyebabkan beberapa kader luka-luka serta situasi makin memanas saat acara pembukaan dan wawancara media dari Mardiono.
-
Muktamar dibuka oleh Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP, Muhamad Mardiono. Saat memberikan pidato pembukaan, suasana langsung memanas karena perbedaan pendapat kader terhadap proses dan calon ketua umum.
-
Peserta muktamar terbagi menjadi dua kubu yang bersuara saling bertolak belakang, yakni kelompok yang meneriakkan “Lanjutkan” kepemimpinan saat ini dan kelompok yang meneriakkan “Perubahan”.
-
Ketegangan berlangsung saat pembukaan dan berlanjut sampai setelah acara. Kader-kader saling adu mulut dan kemudian terlibat perkelahian. Bahkan ada yang melempar kursi dan saling dorong.
-
Saat Mardiono melakukan sesi wawancara dengan media di lokasi, kelompok pendukung dan penolak saling berteriak sorakan berbeda, suasana semakin gaduh. Petugas keamanan berusaha melerai pertikaian, sementara beberapa kader terluka akibat bentrokan fisik.
-
Kericuhan ini diduga dipicu oleh adanya pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak tertentu dalam pemilihan ketua umum, dilatarbelakangi oleh kekecewaan terhadap hasil Pemilu 2024 yang dinilai kurang maksimal.
-
Wakil Ketua Umum PPP mengimbau para kader menahan diri dan menjaga ketertiban sesuai dengan ajaran Islam agar tidak mencederai proses muktamar.
-
Beberapa pengamat politik menyebut kericuhan ini mencerminkan pengurus partai yang kehilangan arah dan lupa akan akar pemilih sehingga konflik internal mudah terjadi.
Singkatnya, kericuhan muktamar PPP di Ancol bermula dari ketegangan antara dua kubu kader pada pidato pembukaan, memuncak jadi bentrokan fisik dan kerusuhan saat sesi wawancara, hingga mengakibatkan sejumlah kader terluka dan suasana kacau selama pembukaan berlangsung.