Menu

Mode Gelap

Headline

Terbesar dalam Sejarah, RedLine dan Vidar Bobol 16 Miliar Data dari Google, Facebook, Apple dan GitHub

badge-check


					Ilustrasi pembobolan 16 miliar data digital dari provider gajah seperti Apple, Google, Facebook dan GitHub oleh malware RedLine dan Vidar, merupakan terbesar dalam sejarah digital. Foto: Forbes.com Perbesar

Ilustrasi pembobolan 16 miliar data digital dari provider gajah seperti Apple, Google, Facebook dan GitHub oleh malware RedLine dan Vidar, merupakan terbesar dalam sejarah digital. Foto: Forbes.com

Penulis: Jacobus E. Lato    |    Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, LOS ANGELES- Inilah rekor terbesar pembobolan data digital terjadi pada tanggal 19-20 Juni 2025 dengan kebocoran lebih dari 16 miliar kredensial login, termasuk akun Google, Facebook, Apple, GitHub, Telegram, dan layanan lainnya, dikonfirmasi sebagai kebocoran data terbesar sepanjang sejarah digital.

Peneliti dari Cybernews dan berbagai sumber menyebut bahwa ini bukan sekadar kebocoran data lama yang didaur ulang, melainkan kumpulan data baru yang sangat besar yang dihasilkan oleh malware infostealer, sehingga menjadi “cetak biru untuk eksploitasi massal” dengan dampak global yang sangat luas.

Sebelumnya, kebocoran terbesar tercatat sekitar 10 miliar password pada 2024, sehingga insiden 16 miliar data login ini jelas melampaui rekor tersebut.

Kebocoran ini ditemukan oleh peneliti keamanan siber yang mengidentifikasi sekitar 30 dataset besar yang berisi dari puluhan juta hingga 3,5 miliar data per set, dengan rata-rata sekitar 550 juta catatan.

Kredensial yang bocor tidak hanya berupa username dan password, tetapi juga mencakup token, cookie, dan metadata, yang membuatnya sangat berbahaya karena dapat digunakan untuk pembajakan akun, pencurian identitas, dan serangan phishing yang sangat terarah.

Data ini diduga dikumpulkan melalui malware infostealer, yaitu program jahat yang secara otomatis mencuri data sensitif dari perangkat yang terinfeksi.

Serangan ini sangat mengancam pengguna, terutama yang menggunakan kata sandi yang sama di berbagai layanan dan pengguna kripto, karena akses ke email dapat membuka akses ke dompet digital dan cadangan frasa benih yang tersimpan di cloud.

FBI dan Google telah menyarankan pengguna untuk segera mengganti kata sandi, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan menggunakan metode keamanan yang lebih kuat seperti passkeys.

Secara khusus, kebocoran ini bukan hanya data lama yang didaur ulang, melainkan data segar yang baru dikumpulkan, sehingga potensi eksploitasi sangat tinggi dan berkelanjutan. Para peneliti keamanan menilai bahwa kebocoran ini merupakan “cetakan” untuk eksploitasi siber global yang masif.

Singkatnya, lebih dari 1 miliar akun pengguna Google, Facebook, Apple, GitHub, dan layanan lainnya telah dibobol oleh hacker menggunakan malware seperti RedLine dan Vidar yang merupakan jenis infostealer, menyebabkan kebocoran data login terbesar yang pernah tercatat.

Pengguna disarankan untuk segera mengamankan akun mereka dengan mengganti kata sandi dan mengaktifkan fitur keamanan tambahan.

Reaksi
Para penyedia layanan digital seperti Google, Apple, Facebook, dan lainnya merespons pembobolan data terbesar ini dengan langkah-langkah keamanan sebagai berikut:

Mendorong pengguna untuk segera mengganti kata sandi mereka, terutama untuk akun penting seperti email dan media sosial, serta menghindari penggunaan ulang kata sandi yang sama di berbagai layanan.

Mengaktifkan dan mempromosikan penggunaan autentikasi multi-faktor (MFA) atau dua faktor (2FA) sebagai perlindungan utama terhadap pembajakan akun akibat kebocoran kredensial.

Menganjurkan penggunaan pengelola kata sandi untuk membuat dan menyimpan kata sandi yang unik dan kompleks bagi setiap akun, sehingga mengurangi risiko pencurian data lebih lanjut.

Mengadopsi teknologi keamanan terbaru seperti passkeys, yang menggantikan kata sandi dengan autentikasi biometrik dan kunci perangkat keras, terutama di ekosistem Apple yang sudah menerapkan fitur ini secara luas.

Mengamankan dan menonaktifkan server yang menyimpan data bocor setelah penemuan basis data yang tidak terlindungi, seperti yang dilakukan oleh peneliti keamanan yang menemukan kebocoran tersebut.

Meningkatkan fitur keamanan untuk mengurangi risiko phishing dan rekayasa sosial, seperti fitur baru di iOS 26 yang memindahkan panggilan dan pesan dari nomor tidak dikenal ke folder terpisah.

Secara keseluruhan, para penyedia layanan digital ini mengimbau pengguna untuk segera mengambil tindakan proaktif dalam mengamankan akun mereka dan terus meningkatkan sistem keamanan untuk mencegah dampak lebih luas dari kebocoran data ini.**

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Keberadaan Warga Turki di Gaza Bakal Berarti Kematian bagi Warga Amerika

14 Oktober 2025 - 17:16 WIB

Mengapa Israel Seharusnya Tidak Boleh Menegosiasikan Soal Sandera Lagi

14 Oktober 2025 - 17:12 WIB

BBM Etanol 10 Persen, Harga Harus Lebih Murah, Namun Tetap Saja Rugi

14 Oktober 2025 - 16:04 WIB

Bupati Lantik Pengurus Baznas: Jalankan Penuh Ikhlas dan Bertanggung Jawab

14 Oktober 2025 - 15:08 WIB

Petrokimia Perkenalkan Pemupukan Petro Spring, Gunakan Drone 8 Jam Rp 6 Juta

14 Oktober 2025 - 14:23 WIB

Kepsek Tampar Siswa Ketahuan Merokok, Orang Tua Lapor Polisi 630 Pelajar Demo

14 Oktober 2025 - 12:39 WIB

Prabowo Hapus PIK 2 dari Daftar Proyek Strategis Nasional, Saham Langsung Anjlok!

14 Oktober 2025 - 11:51 WIB

Ian Douglas Martin Penulis Buku Politik Jatah Preman: Isinya Bikin Merinding

14 Oktober 2025 - 10:58 WIB

Nvidia DGX Spark Superkomputer AI Operasi 1.000 Triliun/Detik, Harga Rp 67 Juta

14 Oktober 2025 - 10:03 WIB

Trending di Headline