KREDONEWS.COM, DAMASKUS- Bashar al-Assad, Presiden Suriah yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade, dilaporkan telah meninggalkan negara tersebut pada 8 Desember 2024, saat pasukan pemberontak mulai menguasai ibu kota, Damaskus.
Kepergian Assad terjadi setelah serangan cepat oleh oposisi, yang berhasil merebut kontrol atas sejumlah wilayah strategis di Suriah, termasuk Damaskus dan Homs.
Sebelum melarikan diri, Assad sempat bertemu dengan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran di Damaskus, menunjukkan bahwa ia masih berusaha mendapatkan dukungan dari sekutu dekatnya
Namun, saat situasi semakin genting, ia dikabarkan menggunakan pesawat untuk meninggalkan Damaskus.
Pesawat tersebut awalnya terbang menuju wilayah pesisir Suriah, yang merupakan basis kuat sekte Alawite Assad, tetapi kemudian berbalik arah dan hilang dari radar. Hingga saat ini, keberadaan pasti Assad belum diketahui.
Pasca kepergian Assad, situasi di Suriah menjadi sangat tidak stabil. Pemberontak telah mengklaim bahwa mereka telah “membebaskan” Damaskus, dan ribuan orang merayakan di jalanan ibu kota
Sementara itu, Perdana Menteri Suriah yang baru dilantik menyatakan komitmennya untuk menjaga ketenangan di negara tersebut dan siap bekerja sama dengan kepemimpinan baru yang akan dipilih oleh rakyat
Keberangkatan Assad menandai akhir dari rezim keluarga Assad yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun. Banyak pihak internasional memantau situasi ini dengan cermat, sementara beberapa negara seperti Amerika Serikat menyatakan tidak akan campur tangan secara langsung dalam konflik ini.
Dengan situasi yang terus berkembang dan ketidakpastian mengenai nasib Assad dan keluarganya, banyak yang bertanya-tanya tentang masa depan Suriah pasca-rezim Assad.**