Penulis: Agus Raka | Editor: Gandung Kardiyono
KREDONEWS.COM, YOGYAKARTA – Putu PW Winata tidak hanya menggambar pemandangan, ia menggambarkan perasaannya tentang alam, kata kurator Arif Bagus Prasetyo.

Putu PW Winata, pelukis kelahiran Denpasar, Bali tamatan ISI Yogyakarta. (Foto.Ist)
Sebagai seorang pelukis yang mengkhususkan diri pada seni abstrak dan sering mengambil tema alam, selama dua tahun terakhir, Putu PW Winata yang berasal dari Denpasar, Bali, yang pernah belajar di ISI Yogyakarta, fokus mempelajari Desa Jatiluwih di Tabanan dengan sangat mendalam.
Ia berbincang dengan Pemimpin Desa dan pemimpin sistem pengairan tradisional yang sudah ada sejak lama, serta berhubungan langsung dengan penduduk setempat.
Dari semua interaksi itu, ia menemukan banyak hal menarik: seperti empat belas ritual penting yang dilakukan setiap kali waktu tanam tiba, dan juga isu tentang status Warisan Dunia UNESCO yang kini terpaksa harus menghadapi tuntutan zaman yang semakin berkembang.
Segala hasil pengamatan, studi, dan perasaan yang ia rasakan dalam dua tahun terakhir ini, ia tuangkan dengan jujur sebagai seorang seniman.
Ia telah memamerkan sekitar 72 lukisan di kanvas dan 48 karya di kertas daur ulang, baik dalam pameran grup maupun pameran tunggal. Karya-karyanya telah dipamerkan dari Bali, Yogyakarta, Jakarta, Thailand, hingga New York.
Namun, menurutnya, hanya menjadi seniman dengan karya dua dimensi tidaklah cukup untuk menggambarkan Jatiluwih.
Putu PW Winata akhirnya memutuskan untuk membuat video yang mendokumentasikan proses melukis dengan latar hamparan terasering Jatiluwih saat matahari terbit.
Dalam karya yang melibatkan berbagai media ini, ia bekerja sama dengan komposer Ary W Palawara dari Palawara Music Company, yang menciptakan lagu paduan suara yang indah untuk menambahkan makna visual pada karyanya.
Di acara seni besar tahunan, Art Jakarta, yang berlangsung dari 3 hingga 5 Oktober 2025 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, D Gallerie memamerkan Putu PW Winata yang menceritakan semua pengalaman perjalanannya di pematang terasering Jatiluwih melalui karya terbarunya, termasuk serangkaian lukisan di kanvas dan sebuah video dokumentasi berjudul “Melukis Suara Alam Pagi Jatiluwih” **