Opini : Adi | Editor : Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM-JOMBANG: Tagar #KaburAjaDulu telah menjadi perbincangan hangat di media sosial, mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah di Indonesia.
Akar Masalah dari #KaburAjaDulu
1. Tekanan Ekonomi; Kenaikan harga kebutuhan pokok, pengangguran, dan kesenjangan sosial membuat masyarakat, terutama generasi muda, merasa frustasi.
2. Ketidak puasan politik dan kebijakan:.pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat, seperti isu korupsi, atau minimnya transparansi.
3. Mental Health: Stres akibat beban hidup memicu keinginan untuk “kabur” sebagai metafora pelarian dari realita.
Tagar ini sebenarnya adalah Kritik Digital, Budaya baru di era digital yang merupakan kritik tidak langsung melalui media sosial lewat humor atau sindiran. Meskipun kritik ini dinilai sakarme yang keras sifatnya, mestinya kritik ini yang bisa ditablnggapi dengan bijaksana.
tagar #kaburajadulu, juga bukan berarti kabur dari Indonesia, bisa diartikan secara positif sebagai:
1. Melarikan Diri dari Toxicity – Menjauh dari lingkungan negatif demi kesehatan mental.
2. Rehat Sejenak – Mengambil jeda untuk menyegarkan pikiran sebelum kembali menghadapi tantangan.
3. Pindah ke Kesempatan Lebih Baik – Berani meninggalkan situasi stagnan untuk pertumbuhan diri.
4.Liburan Dadakan – Spontan pergi berwisata demi kebahagiaan dan keseimbangan hidup.
5. Menghindari Konflik yang Tidak Perlu – Memilih damai daripada debat yang tidak produktif.
Namun para pejabat publik memberi tanggapan yang berbeda mulai yang ringgan hingga berat. Tanggapan pejabat pemerintah terhadap fenomena ini bervariasi, mulai dari kritik hingga pengakuan terhadap aspirasi masyarakat.
Tanggapan Menteri ATR/BPN Nusron Wahid
Menteri Agraria dan Tata Ruang, Nusron Wahid, menilai bahwa tagar tersebut menunjukkan kurangnya sikap patriotik di kalangan warganet. Ia berpendapat bahwa jika ada masalah, seharusnya masyarakat dan pemerintah bekerja sama untuk menyelesaikannya, bukan memilih untuk “kabur”.
Nusron mengajak masyarakat untuk tidak hanya mengeluh tetapi juga berkontribusi dalam mencari solusi bagi masalah yang ada di Indonesia. Ia menekankan bahwa pemerintah terbuka terhadap kritik dan siap berdialog dengan masyarakat
Pendapat Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi
Hasan Nasbi, Kepala Komunikasi Kepresidenan, memberikan tanggapan yang lebih mendukung bagi mereka yang ingin merantau. Ia menyatakan bahwa pemerintah tidak melarang warganya untuk merantau ke luar negeri, selama mereka mematuhi prosedur yang berlaku dan memiliki keahlian yang diperlukan.
Hasan menekankan pentingnya memiliki keterampilan agar dapat mendapatkan pekerjaan yang baik di luar negeri
Sikap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Gerungan
Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan, menunjukkan sikap yang lebih santai terhadap tagar tersebut. Ia bahkan menyatakan bahwa jika seseorang ingin “kabur”, maka silakan saja, bahkan menyarankan agar mereka tidak kembali lagi.
Pernyataan ini memicu berbagai reaksi dari publik dan menunjukkan adanya ketidakpahaman terhadap keresahan yang dirasakan oleh masyarakat.
Solusi Potensial
Menanggapi #KaburAjaLagi, Solusi Potensial adalah sebagai berikut:
1. Respons Pemerintah: hsrusnya meningkatkan transparansi kebijakan dan dialog publik, contoh pagar laut hari ini masih misteri.
2. Memperkuat program bantuan sosial dan penciptaan lapangan kerja.
3. Ketimpangan hukum terkait korupsi, tunjukkan tindakan secara tegas.
4. Masyarakat Sipil harusnya juga melakukan edukasi tentang partisipasi
– Politik yang konstruktif.
– Mengalihkan tagar menjadi gerakan nyata, misal: petisi, aksi donasi, atau volunteer
– Konten kreatif yang menginspirasi solusi, bukan sekadar keluhan.
– Membangun komunitas yang fokus pada pemberdayaan ekonomi dan pendidikan.***