Menu

Mode Gelap

Headline

Kejadian Bencana Alam, Dedi Mulyadi Sebut 80 Tahun Terakhir Siapa Penjajah Sebenarnya!

badge-check


					Kejadian Bencana Alam, Dedi Mulyadi Sebut 80 Tahun Terakhir Siapa Penjajah Sebenarnya! Perbesar

Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga

KREDONEWS.COM, SUMEDANG- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, resmi dilantik sebagai Ketua Majelis Pembimbing Daerah (Mabida) Gerakan Pramuka Jawa Barat.

Upacara berlangsung khidmat di Balairung Rudini, IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Selasa (9/12/2025), dipimpin langsung Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Budi Waseso.

Pada kesempatan yang sama, Sekda Jawa Barat, Herman Suryatman, turut dikukuhkan sebagai Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) untuk masa bakti 2025–2030.

Pelantikan ini tidak hanya menjadi seremoni formal. Dalam sambutannya, Dedi Mulyadi menyampaikan orasi kebudayaan sekaligus kritik tajam terhadap kerusakan lingkungan.

Ia mengajak anggota Pramuka dan masyarakat merenungkan kembali makna kemerdekaan di tengah degradasi alam yang semakin parah.

Mantan Bupati Purwakarta itu menyinggung sikap diam masyarakat dengan metafora “mematung”.
“Dan semua orang diam, berdiri seperti patung.

Patung dimusyrikan, tapi sikap kita yang mematung, membiarkan kerusakan terhadap Indonesia, dianggap pada sikap yang beriman? Gak bisa.” tegas Kang Dedi.

Ia menilai birokrasi dan masyarakat sering kali hanya bereaksi saat bencana terjadi, lalu kembali abai ketika keadaan normal. Kritiknya juga menyinggung ironi 80 tahun kemerdekaan dibandingkan masa kolonial.

“Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, gunung masih utuh, samudera masih terbentang luas, sungai-sungai jernih. Dia meninggalkan perkebunan yang terhampar… gedung-gedung yang kokoh,” ungkapnya.

Namun setelah merdeka, hutan gundul, sungai keruh, dan infrastruktur rapuh menjadi kenyataan.
“Indonesia merdeka 80 tahun. Gunung gundul… Pertanyaannya adalah, siapa yang penjajah itu?” ujarnya.

Dedi juga menyoroti kerugian ekonomi akibat eksploitasi alam. Menurutnya, keuntungan dari pembabatan hutan atau penambangan tidak sebanding dengan biaya besar yang harus dikeluarkan negara untuk menanggulangi bencana.

“Kita dapat dari pembabatan hutan berapa triliun… Tapi ketika bencana berapa puluh triliun, ratus triliun yang harus kita kerahkan? Rugi.” jelasnya.

Menutup pidato, Dedi menegaskan bahwa kritiknya bukan sekadar retorika politik, melainkan suara hati nurani atas “penjajahan” baru yang dilakukan bangsa sendiri terhadap alam. Ia berharap Gerakan Pramuka Jawa Barat menjadi garda terdepan dalam mengubah mentalitas perusak lingkungan.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Ajang GIA 2025, Pemkab Jombang Raih Anugerah Pemerintahan ‘Sangat Inovatif’

11 Desember 2025 - 18:14 WIB

Tarman Kakek 74 Tahun, Akui Buat Cek Palsu Rp 3 M untuk Memikat Hati Sheila Arika

11 Desember 2025 - 17:30 WIB

Warga Menjarah dan Bakar Truk Satpol PP Pengangkut Bantuan di Kecamatan Langkahan Aceh Utara

11 Desember 2025 - 12:55 WIB

Usai Peringatan Harkordia, KPK Lakukan OTT Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya

11 Desember 2025 - 09:58 WIB

Korupsi SPAM Rp 8,2 M, Kejati Lampung Sita Rumah dan Barang Bupati Pasarawan Rp 45 M Lebih

11 Desember 2025 - 08:50 WIB

Kasus Mutilasi Angelina Saraswati, Polisi Serahkan Tersangka dan Bukti ke Kejaksaan Mojokerto

10 Desember 2025 - 17:23 WIB

Lora UF Terduga Pelaku Pencabulan 15 Santriwati Serahkan Diri ke Polres Bangkalan

10 Desember 2025 - 16:06 WIB

Teriakan Nyaring dari TOA Masjid di Sampang: Kiamat…Kiamat! Pelakunya Berkode RM 075160

10 Desember 2025 - 13:11 WIB

Mendagri Berhentikan Sementera 3 Tiga Bulan Bupati Aceh Selatan, Nekad Umrah Saat Bencana Datang

10 Desember 2025 - 11:44 WIB

Trending di Headline