Penulis: Jayadi | Penulis: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SEMARANG– Polri telah menyampaikan permohonan maaf terkait insiden kekerasan yang dialami oleh fotografer LKBN Antara, Makna Zaezar.

Kekerasan tersebut dilakukan oleh Ipda Endry Purwa Sefa, yang merupakan anggota Tim Pengamanan Protokoler Kapolri, saat peninjauan arus balik di Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng pada Sabtu (5/4/2025) sore.
Ipda Endry, bersama tim Mabes Polri dan Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto, mengunjungi Kantor LKBN Antara Biro Jateng di Jalan Veteran, Kota Semarang, sekitar pukul 22.00 WIB.
Mereka diterima oleh pihak LKBN Antara Jateng dan mengadakan pertemuan tertutup sebelum memberikan keterangan kepada wartawan yang menunggu di luar.
Baca juga: Tips Memasak Telur Sehat: Suhu, Waktu, dan Teknik yang Tepat
Baca juga:Ulasan Lengkap Plus-Minus Telegram Vs WA, Mengapa Ridwan Kamil Pilih Telegram ke Lisa?
Kombes Artanto menyatakan bahwa institusinya sangat menyesalkan insiden ini. “Ipda Endry ini Tim Pengamanan Protokoler, bukan ajudan.
Sebenarnya tidak perlu emosional kepada wartawan, saat itu kondisi di lapangan crowded,” jelas Artanto setelah pertemuan.
Ipda Endry telah meminta maaf secara pribadi dan terbuka. Namun, penyelidikan internal tetap akan dilakukan. “Kami kepolisian akan selidiki insiden ini; apabila ditemukan ada kesalahan, akan ada sanksi. Penyelidikan oleh Propam Mabes Polri, termasuk juga ada Propam Polda Jateng,” tambahnya.
Di hadapan wartawan, Ipda Endry juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Makna Zaezar sudah memaafkan tetapi berharap agar ada sanksi yang dijatuhkan kepada Endry atas tindakan tersebut.
Direktur Pemberitaan LKBN Antara, Irfan Junaedi, menghargai kehadiran tim Mabes Polri dan Ipda Endry yang datang dari Jakarta untuk menyelesaikan masalah ini.
Perlu dicatat bahwa insiden kekerasan ini terjadi saat Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo meninjau persiapan arus balik di Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng.
Tanpa alasan yang jelas, Ipda Endry, yang mengenakan pakaian dinas biru, melakukan kekerasan dengan memukul dan mengancam wartawan. Insiden ini mendapatkan kecaman dari berbagai organisasi profesi jurnalis seperti PWI, AJI, dan PFI.***