KREDONEWS.COM, WASHINGTON—Donald Trump akhirnya kembali dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47, hanya lima tahun setelah kekuasaannya diselingi oleh mantan wakilnya, Joe Biden dan berbagai kasus lainnya, termasuk kasus tuntutan atasnya dan upaya pembunuhan atas dirinya saat dia berkampanye.

Gedung Rotunda di Kawasan Gedung Capitol AS berhias megah. Acara dimulai pada Senin, pukul 17 waktu setempat atau sekitar pukul. Diperhitungkan sedikitnya 600 tokoh politik AS menghadiri acara kenegaraan itu.
Acara yang terpaksa dilangsungkan dalam ruang tertutup akibat suhu udara yang sangat dingin itu, disambut meriah oleh pendukungnya. Voice of America melaporkan, ratusan ribu pendukungnya memadati kawasan sekitar tempat acara.
Trump yang pernah menjadi presiden Amerika Serikat ke-45 antara tahun 2017 dan 2021 dengan Joe Biden sebagai wakilnya, kini didampingi oleh tokoh baru, J.D. Vance.
Beberapa sumber melaporkan, Trump seharusnya meletakkan tangannya di atas Alkitab ketika mengucapkan sumpah pelantikannya. Namun, saat pelantikan dia tidak melakukannya, sehingga mendapat kecaman dari beberapa kalangan.
Mengutip Kantor Berita Reuters, BBC.com melapor bahwa Trump memulai hari pelantikannya dengan kebaktian di Gereja St. John, Lafayette Square, gereja bersejarah di Washington DC. Acara itu berlanjut dengan minum teh di Gedung Putih bersama Biden dan istrinya, Ibu Negara Jill Biden.
Seusai pidato pelantikannya, Trump menandatangani dokumen-dokumen penting, lalu menghadiri makan siang yang diselenggarakan oleh Komite Kongres Gabungan untuk Upacara Pelantikan.
Acara ini diikuti seharusnya parade yang dimulai dari gedung Capitol di Pennsylvania Avenue menuju Gedung Putih, namun dibatalkan karena cuaca.
Malam harinya, Trump akan tampil di tiga pesta pelantikan di seluruh kota – Pesta Komandan Kepala Negara, Pesta Pelantikan Liberty, dan Pesta Cahaya Bintang. Ia diperkirakan akan berpidato di ketiga acara tersebut.
Selama hari pertama kekuasaannya, Trump diperkirakan akan menandatangani lebih dari 200 tindakan eksekutif. Ini akan mencakup perintah eksekutif, yang mengikat secara hukum, dan arahan presiden lainnya seperti proklamasi, yang biasanya tidak mengikat.
Perintah eksekutif adalah perintah tertulis yang dikeluarkan oleh presiden kepada pemerintah federal yang tidak memerlukan persetujuan kongres.
Menjelang akhir periode pertama kepresidenannya, Trump didakwa oleh dewan juri federal di Miami dengan empat tuduhan. Pertama, mengambil dan menyembunyikan dokumen rahasia pertahanan nasional dari Gedung Putih setelah dia lengser dari jabatan pada Januari 2021, dikutip dari CNN.
Gagal menjerat Trump dalam kasus itu, Penasihat khusus Departemen Kehakiman (DoJ) Jack Smith mendakwa Trump dengan sejumlah tuduhan baru. Salah satunya terkait konspirasi menghalang-halangi proses hukum.
Kedua, Trump dituding terlibat dalam Serangan di Capito dan dituduh berkonspirasi untuk membatalkan kekalahannya dari mantan wakilnya Joe Biden dalam pemilu 2020.
Jaksa federal menuduh Trump menekan para pejabat AS untuk mengubah hasil pemilu, menyebarkan kebohongan mengenai kecurangan pemilu, hingga mengeksploitasi kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021 guna menunda pengesahan kemenangan Biden.
Ketiga, Trump dituding menyuap bintang porno. Pada 30 Maret 2023, Trump didakwa oleh Jaksa Distrik Manhattan Alvin L. Bragg atas tuduhan pemalsuan catatan bisnis. Pemalsuan catatan itu terkait suap terhadap bintang film dewasa, Stormy Daniels, sebelum pemilihan umum 2016.
Trump diduga menyuap Daniels sebesar 130.000 dolar (sekitar Rp2,1 miliar) untuk tutup mulut mengenai klaim Daniels soal hubungan seksualnya dengan Trump pada 2006.
Keempat, Trump dituding mengintervensi Pemilu di Negara Bagian Georgia karena menelepon Menteri Luar Negeri Georgia Brad Raffensperger untuk mencari elektor yang bisa memenangkan suara untuknya.
Selain berbagai upaya hukum untuk menggulingkannya, Trump pernah mengalami percobaan pembunuhan. Aksi pertama terjadi tatkala Trump hendak memulai pidato kampanyenya di Butler, Pennsylvania, 13 Juli 2024. Dalam insiden itu, ia menderita luka di bagian telinga kanan. Satu orang meninggal dunia dan dua orang terluka parah. FBI pun mengkonfirmasi aksi percobaan pembunuhan itu.
Percobaan Pembunuhan kedua terjadi pada 15 September 2024, ketika Trump sedang bermain golf di West Palm Beach, Florida. Meski dilakukan dengan menggunakan senapan AK-47, agen Secret Service AS pengawal Trump berhasil mencegah serangan tersebut dengan menembak pelaku. Pelakunya Ryan Wesley Routh dari Hawaii. Dia ditangkap setelah melarikan diri. (Jacobus E. Lato dari berbagai sumber).***