Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Keraton Yogyakarta sudah memiliki 10 raja sejak tahun 1755 hingga sekarang.
Di antara semua raja, hanya Sri Sultan Hamengkubuwono X yang memiliki satu istri dan lima anak.

Para raja sebelumnya diketahui memiliki banyak istri, selir, dan anak.
Untuk mengenal lebih lanjut, berikut adalah profil singkat 10 Sultan Yogyakarta.
1. Sultan Hamengkubuwono I
Sultan Hamengkubuwono I bernama asli Raden Mas Sujana.
Sultan yang bergelar Pangeran Mangkubumi ini lahir pada tanggal 6 Agustus 1717. Ia merupakan putra Amangkurat IV Susuhunan Mataram kedelapan.
Hamengkubuwono I memiliki dua permaisuri, 20 selir, dan 32 anak.
Pendiri Keraton Yogyakarta tersebut wafat pada tanggal 24 Maret 1792 di usia 74 tahun.
2. Sultan Hamengkubuwono II
Gusti Raden Mas Sundara atau Sri Sultan Hamengkubuwono II adalah raja kedua Keraton Yogyakarta.
Hamengkubuwono II lahir pada 7 Maret 1750 di daerah Gunung Sindoro.
Raja kedua Yogyakarta ini berkuasa sejak 1792 hingga 1828. Di masa pemerintahan yang kedua dan ketiga, ia dikenal dengan julukan “Sultan Sepuh”.
Hamengkubuwono II memiliki empat permaisuri, 27 selir, dan 80 anak. Ia pun menjadi raja yang paling banyak memiliki anak.
Pada 3 Januari 1828, Hamengkubuwono II tutup usia karena menderita sakit radang tenggorokan. Ia dimakamkan di kompleks pemakaman Kotagede.
3. Sultan Hamengkubuwono III
Sri Sultan Hamengkubuwono III lahir pada 20 Februari 1769, yang bernama asli Raden Mas Surojo.
Hamengkubuwono III merupakan ayah dari Pangeran Diponegoro.
Raja ketiga Keraton Yogyakarta ini bertakhta sejak 1810 hingga 1814.
Diketahui, Hamengkubuwono III mempunyai tiga permaisuri, 24 selir, dan 13 anak.
Hamengkubuwono III wafat pada 3 November 1814 dan dimakamkan di Imogiri.
4. Sultan Hamengkubuwono IV
Gusti Raden Mas Ibnu Jarot atau Sultan Hamengkubuwono IV merupakan putra kedelapan belas Hamengkubuwono III.
Hamengkubuwono IV lahir pada tanggal 3 April 1804. Di usianya yang ke-10, ia naik tahta menggantikan sang ayah pada 1814.
Karena usianya masih sangat belia, Paku Alam I ditunjuk sebagai wali pemerintahannya.
Hamengkubuwono IV memiliki satu permaisuri, 8 selir, dan 16 anak.
Pada 6 Desember 1823, Hamengkubuwono IV wafat dan dimakamkan di Imogiri.
5. Sultan Hamengkubuwono V
Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwono V adalah Gusti Raden Mas Gathot Menol.
Raja ketiga Yogyakarta tersebut lahir pada 24 Januari 1820.
Hamengkubuwono V memerintah sejak 19 Desember 1823 hingga 5 Juni 1855.
Diketahui, sang raja memiliki dua permaisuri, tiga selir, dan 9 anak.
Hamengkubuwono V tutup usia pada 5 Juni 1855 di usia 34 tahun.
Seperti raja-raja sebelumnya, ia dikebumikan di Astana Besiyaran, Imogiri.
6. Sultan Hamengkubuwono VI
Sri Sultan Hamengkubuwono VI lahir pada tanggal 5 Juli 1855. Ia bernama asli Gusti Raden Mas Mustojo dan berjulukan “Sinuhun Mangkubumi”.
Hamengkubuwono VI merupakan penentang keras kebijakan politik perang pasif sang kakak yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Hindia Belanda.
Sultan keenam Keraton Yogyakarta ini mempunyai dua permaisuri, 8 selir, dan 23 anak.
Hamengkubuwono VI wafat pada 20 Juli 1877 dan dimakamkan di Imogiri.
7. Sultan Hamengkubuwono VII
Gusti Raden Mas Murtejo atau Sri Sultan Hamengkubuwono VII lahir pada 4 Februari 1839. Ia dikenal dengan sebutan Sinuwun Behi dan Sultan Ngabehi (Sultan Sugih).
Hamengkubuwono VII naik tahta menggantikan sang ayah pada 13 Agustus 1877. Di masa pemerintahannya, banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta.
Masa pemerintahan tersebut juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta.
Diketahui, sang raja memiliki tiga permaisuri, 18 selir, dan 78 anak.
Pada 30 Desember 1931, Hamengkubuwono VII wafat di usia 92 tahun dan dimakamkan di Imogiri.
8. Sultan Hamengkubuwono VIII
Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwono VIII adalah Gusti Raden Mas Sujadi. Ia lahir pada 3 Maret 1880.
Hamengkubuwono VIII berkuasa sejak 8 Februari 1921 hingga 22 Oktober 1939.
Sang raja diketahui memiliki dua permaisuri, 6 selir, dan 41 anak.
Hamengkubuwono VIII wafat pada 22 Oktober 1939 di kereta api di daerah Wates saat menjemput Gusti Raden Mas Dorojatun dari Belanda.
9. Sultan Hamengkubuwono IX
Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah Sultan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pertama.
Hamengkubuwono IX lahir pada 12 April 1912. Ia memerintah sejak 18 Maret 1940 hingga 2 Oktober 1988.
Diketahui, sang raja memiliki 5 permaisuri, 4 selir, dan 22 anak.
Hamengkubuwono IX wafat pada 2 Oktober 1988 di Washington D.C. pada usia 76 tahun. Ia dimakamkan di Imogiri.
10. Sultan Hamengkubuwono X
Nama asli Sultan Hamengkubuwono X adalah Bendara Raden Mas Herjuno Darpito. Ia lahir pada 2 April 1946.
Hamengkubuwono X telah bertahta sejak tahun 1989 hingga kini.
Selain itu, sang raja juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ketiga sejak 3 Oktober 1998.
Hamengkubuwono X memiliki satu permaisuri dan 5 anak.
Mengapa Punya Banyak Istri?
Pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram, kepemilikan selir sebagai permaisuri adalah hal lumrah yang digunakan sebagai taktik dalam mempertahankan kekuasaan yang kerap disebut sebagai perkawinan politik.
Demi mempertahankan kekuasaannya, Raja Mataram pun tidak luput untuk memilih berbagai selir, terutama dari Jawa Timur. Raja Mataram memilih perempuan dari Jawa Timur sebagai selir karena persepsi bahwa daerah tersebut banyak memiliki perempuan cantik yang kerap menjadi bahan perbincangan di lingkungan istana.
Diketahui bahwa terdapat 11 kabupaten di Jawa yang dikenal memiliki banyak sekali perempuan menawan sejak masa kerajaan Mataram Islam, termasuk Jawa Timur yang meliputi wilayah seperti Banyuwangi, Malang, Blitar, dan Lamongan.
Tak hanya cantik, Raja Mataram juga melihat sifat yang dimiliki perempuan yang akan dijadikannya sebagai selir. Pada masa itu, perempuan dari Jawa Timur sangat terkenal memiliki sifat anggun dan lemah lembut sehingga beberapanya dijadikan sebagai selir Raja Mataram.
Sebagai taktik politik, para perempuan yang dijadikan Raja Mataram sebagai selir pun tidak berasal dari latar belakang yang sembarangan. Kebanyakan selir merupakan putri berdarah bangsawan sebagai simbol loyalitas antar kerajaan.
Meskipun begitu, terdapat juga selir yang berasal dari kalangan keluarga biasa-biasa saja sehingga tak jarang terjadi perebutan tahta karena mereka berharap dapat mengangkat derajat setelah memiliki anak sebagai calon pewaris tahta sang raja.
Ternyata, persaingan sengit tak hanya terjadi di dalam dinding istana. Bahkan, para calon selir yang akan dibawa menuju keraton juga memiliki semacam seleksi yang menjadikan mereka semacam komoditas.***