Penulis : Jayadi | Editor : Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM-JAKARTA:Daya Anagata Nusantara (Danantara) dibentuk sebagai langkah transformatif Indonesia untuk — mengkonsolidasi kekuatan ekonomi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) — Melalui Perubahan Ketiga UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang disahkan DPR pada 4 Februari 2025, Danantara diformalkan sebagai – sovereign wealth fund (SWF) — atau dana kekayaan negara.

Tujuannya Danatara adalah mengoptimalkan pengelolaan aset negara melalui investasi strategis, sekaligus menjadi instrumen untuk memperkuat ketahanan ekonomi jangka panjang.
Dalam rapat terbatas Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka (17/2/2025), Prabowo Subianto menegaskan bahwa Danantara akan menjadi konsolidasi semua kekuatan ekonomi kita yang ada di pengelolaan BUMN.
Nama Danantara sendiri memiliki makna filosofis:
– Daya: Energi atau kekuatan,
– Anagata: Masa depan,
– Nusantara: Tanah Air Indonesia.
Kombinasi ini mencerminkan visi Indonesia untuk membangun kekuatan ekonomi yang berkelanjutan dan berdaulat. Sebagai badan pengelola investasi, Danantara akan memanfaatkan aset BUMN untuk proyek infrastruktur, energi terbarukan, dan sektor strategis lainnya, sesuai mandat revisi UU BUMN.
Pembentukan Danantara sejalan dengan praktik global di mana banyak negara menggunakan sovereign wealth fund (SWF) untuk menstabilkan ekonomi, mendiversifikasi pendapatan, dan membiayai pembangunan jangka panjang.
Berikut contoh negara yang sukses mengimplementasikan sistem ini beserta manfaatnya, dikutip dari Reuters
1. Norwegia – Government Pension Fund Global (GPFG) – $1,7 Triliun
– Dibentuk dari pendapatan minyak dan gas, GPFG menjadi SWF terbesar di dunia. Dana ini diinvestasikan secara global di saham, obligasi, dan real estate.
Manfaat utama:
– Menjaga stabilitas ekonomi Norwegia dari fluktuasi harga minyak.
– Menjamin kesejahteraan generasi mendatang melalui prinsip keadilan antargenerasi.
2. China – China Investment Corporation (CIC) – $1,3 Triliun.
– CIC mengelola surplus devisa China untuk investasi global di sektor teknologi, energi, dan keuangan.
Manfaat utama:
– Memperkuat pengaruh ekonomi China di pasar global.
– Mendukung perusahaan milik negara (state-owned enterprises) dalam ekspansi internasional.
3. Uni Emirat Arab – Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) – $1 Triliun
– ADIA mengubah pendapatan minyak UEA menjadi portofolio investasi global yang terdiversifikasi.
Manfaat utama:
– Mengurangi ketergantungan ekonomi pada sektor migas.
– Membiayai transformasi UEA menjadi pusat bisnis dan pariwisata dunia.
4. Singapura – Temasek Holdings & GIC – Lebih dari $800 Miliar
– Temasek Holdings: Fokus pada pengembangan sektor strategis seperti teknologi dan infrastruktur.
– GIC: Mengelola cadangan devisa untuk investasi jangka panjang.
Manfaat: Meningkatkan daya saing Singapura melalui inovasi dan pengelolaan aset yang efisien.
5. Amerika Serikat – Alaska Permanent Fund
– Dana ini mengalokasikan keuntungan minyak Alaska untuk dividen tahunan warga negara bagian. Manfaat:
– Mengurangi kesenjangan ekonomi melalui redistribusi pendapatan.
– Memastikan masyarakat menikmati hasil sumber daya alam.
6. Qatar Investment Authority – $525 Miliar
Investasi Qatar di sektor properti, keuangan, dan teknologi global memperkuat posisinya sebagai pemain ekonomi strategis di Timur Tengah.
7. Hong Kong Monetary Authority – $510 Miliar.
Portofolio investasi Hong Kong mendukung stabilitas finansial dan integrasi dengan pasar global.
Relevansi Global bagi Indonesia
Keberhasilan negara-negara di atas menunjukkan bahwa sovereign wealth fund bukan sekadar alat investasi, tetapi — strategi geopolitik dan ekonomi — untuk mengamankan posisi kompetitif di panggung global.
Bagi Indonesia, Danantara memiliki potensi untuk meniru kesuksesan Norwegia dalam mengelola sumber daya alam atau mengadopsi model Singapura dalam mendorong inovasi.
Tantangannya adalah memastikan transparansi, tata kelola yang kuat, dan alokasi dana yang tepat sasaran agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh rakyat. Dengan belajar dari praktik terbaik global, Danantara bisa menjadi motor transformasi ekonomi Indonesia menuju visi “Anagata” (masa depan) yang berkelanjutan.***