Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Pangeran Sambernyawa Tebas Kepala 600 Serdadu VOC, 250 Kali Perang Tak Pernah Kalah

badge-check


					Pangeran pilih tanding yang cerdik dan sakti Perbesar

Pangeran pilih tanding yang cerdik dan sakti

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Pangeran Sambernyawa adalah nama yang diberikan oleh Nicolaas Hartingh, utusan VOC, kepada Raden Mas Said, seorang pangeran Mataram Islam yang gagah dan ulet melawan penindasan Belanda dan keraton Mataram sendiri.

Nama asli Pangeran Sambernyawa adalah Raden Mas Said, yang lahir pada 7 April 1725 di Kartasura.

Ia adalah anak dari Pangeran Arya Mangkunegara, calon penerus kesultanan Mataram yang anti-VOC.

Karena sikapnya itu, ayahnya diasingkan ke Sri Lanka oleh VOC, dan Raden Mas Said dibesarkan oleh neneknya, Raden Ajeng Sumanarsa.

Perjuangan Raden Mas Said dimulai ketika ia ikut serta dalam pemberontakan Sunan Kuning melawan VOC dan Pakubuwana II pada tahun 1742.

Sebagai panglima perang, ia mendapat gelar Pangeran Perang Wedana Pamot Besur.

Ia menikah dengan Raden Ayu Kusuma Patahati.

Ia juga ikut serta dalam pemberontakan Pangeran Mangkubumi (kelak menjadi Sultan Hamengkubuwana I) yang menuntut haknya sebagai penerus takhta Mataram.

Pada tahun 1755, setelah Perang Jawa Ketiga berakhir dengan Perjanjian Giyanti, Raden Mas Said merasa kecewa oleh Pangeran Mangkubumi yang menerima separuh wilayah Mataram dari VOC dan Pakubuwana III.

Ia pun melanjutkan perlawanannya dengan membentuk pasukan yang disebut Mataram Islam Surakarta (MIS).

Selama 16 tahun, ia memimpin sekitar 250 pertempuran melawan VOC, Pakubuwana III, dan Hamengkubuwana I.

Ia dikenal sebagai pemberontak yang tangguh, cerdik, dan berani. Ia juga mendapat dukungan dari rakyat Jawa yang menginginkan kemerdekaan dan syariah.

Ia sempat menguasai beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Madiun, Kediri, Blitar, dan Malang.

Bukan tanpa alasan Raden Mas Said mendapat panggilan Sambernyawa, semua tak lepas karena kemampuan tempurnya yang mampu menewaskan banyak musuh dalam setiap pertempuran.

Hal itu tertuang dalam Babad Lelampahan yang diulas dalam laman Etnis dimana sekutu Sultan Hamengkubuwono I berhadapan dengan 1500an pasukan gabungan VOC dengan pribumi yang berkhianat.

Diceritakan pada pertempuran pertama Pangeran Sambernyawa itu berhasil dipukul mundur dan masuk ke dalam hutan. Pada saat peristiwa peperangan di Hutan Seto Kepyok ia dikejar oleh 2 datasemen VOC dan juga sejumlah pasukan Mataram Danureja, Raden Ronggo serta tentara asing.

Dia dan prajuritnya dikepung oleh 1.000 pasukan musuh, pasukan musuh mengepung kampung.

Terus terkepung, Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa masih sempat mendatangi warung bubur jenang katul.

Masih panas, Raden Mas Said langsung menyantap bubur itu tepat di bagian tengah hingga ia kaget kepanasan.

“Pangeran, kalau makan jenang katul itu jangan langsung di tengah, tapi dari pinggir dulu terus muter, jadi sampai tengah kan sudah adem,” kata si penjual bubur, seperti dikutip Hops.ID, Minggu, 18 November 2023.

Sesaat setelah itu, rekan tempur Sultan Hamengkubuwono I ini kembali bentrok dengan pasukan musuh dan ia tiba-tiba ingat perkataan si penjual bubur jenang katul tadi.

Pangeran Sambernyawa sukses membabat hampir semua pasukan musuh dari pinggir atau tepi lokasi ia dikepung dan melingkar.

Sebanyak 600 orang musuh tewas di tangan Raden Mas Said, sedangkan pasukannya hanya tewas 3 orang.

Dari situlah nama Pangeran Sambernyawa yang juga pernah bersekutu dengan Sultan Hamengkubuwono I santer ditakuti oleh pihak VOC dan musuh lainnya

Jauh sebelum masa perang gerilya digelorakan, strategi perang Pangeran Sambernyawa terbukti ampuh membuat pasukan VOC kocar-kacir. Dalam beberapa literatur sejarah menuliskan ilmu perang Pangeran Sambernyawa adalah ‘dhedemitan, weweludhan, jejemblungan’ yang artinya tidak menampakkan diri saat musuh terlihat kuat, menyerang ketika musuh lengah dan secepatnya menyembunyikan diri.

Berkat taktik itu, Pangeran Sambernyawa selalu berhasil lolos dari pasukan VOC. Sementara benteng pertahanan Pangeran Sambernyawa adalah rasa cinta masyarakatnya yang secara sukarela menjadi pagar hidup bagi pemimpin yang mereka hormati. Meski akhirnya benteng terakhir Pangeran Sambernyawa itu luluh lantak oleh tentara Belanda.

Pangeran Sambernyawa dalam menyemangati pasukannya memiliki semboyan Tiji Tibeh (mati siji mati kabeh atau mukti siji mukti kabeh), yang artinya mati satu mati semua atau makmur satu makmur semua.

Dalam sejumlah literatur disebutkan, Pangeran Sambernyawa menggunakan semboyan Tiji Tibeh untuk membakar semangat pasukannya saat bertempur.

Dengan kedigdayaan inilah kemudian Raden Mas Said mendapat sebutan Pangeran Sambernyawa (penyambar nyawa) atau penebar maut bagi musuhnya dalam medan pertempuran.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Pasukan Pangeran Diponegoro Kalah Akibat Keteledoran Kiai Mojo

19 Mei 2025 - 17:09 WIB

Cerita Hari Ini: Sentot Alibasyah Panglima Muda Pangeran Diponegoro yang Hilang Pamor karena Uang

18 Mei 2025 - 19:05 WIB

Cerita Hari Ini: Hulptroepen, Satuan Hindia Belanda Asal Minahasa Musuh Berat Pangeran Diponegoro

17 Mei 2025 - 19:42 WIB

Cerita Hari Ini: Mengenal Sayid Husain Ba’abud, Kepala Resimen Khusus Pengawal Pangeran Diponegoro

16 Mei 2025 - 07:25 WIB

Cerita Hari Ini: Pangeran Joyokusumo Panglima Perang Peranakan di Jajaran Pangeran Diponegoro

15 Mei 2025 - 12:11 WIB

Cerita Hari Ini: Pangeran Diposono Berontak ke HB IV, Kerahkan Rampok dan Jin, Dihukum Cekik Sampai Mati

14 Mei 2025 - 11:15 WIB

Cerita Hari Ini: Ditagih Dokumen Perjanjian oleh HB IV, Pangeran Diponegoro Malah Membakarnya

13 Mei 2025 - 12:25 WIB

Cerita Hari Ini: Dikepung Belanda Pangeran Diponegoro Menjebol Tembok Rumah Tegalrejo Menggunakan Tenaga Dalam

12 Mei 2025 - 15:02 WIB

Cerita Hari Ini: Sumpah Ati Rata Persekutuan Rahasia Pangeran Diponegoro Memulai Perang

11 Mei 2025 - 12:51 WIB

Trending di Uncategorized