Menu

Mode Gelap

News

Berjumpa Bekantan, Primata Berkelompok yang Menghindari Kawin Sedarah

badge-check


					Berjumpa Bekantan, Primata Berkelompok yang Menghindari Kawin Sedarah Perbesar

KREDONEWS.COM, KARUINGMasuk ke dalam hutan Taman Nasional kita akan temui kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Untuk fauna ada Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), bekantan  (Nasalis larvatus), Owa-owa (Hylobates agilis), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Dari banyak jenis itu, yang paling mudah dijumpai adalah bekantan. Itulah catatan jurnalis Kredonews.com, Gandhi Wasono seperti di bawah ini.

Ketika asyik menikmati suasana teduh, didukung cuaca sedikit mendung tiba-tiba Jeki spontan menghentikan laju perahu. Tangannya segera  menunjuk ada rombongan bekantan diatas pohon besar yang ada sebelah kanan badan perahu.

Sekelbat mata saya pun tertuju ke ara sana, ada sekitar 20-an ekor primata dengan bulu berwarna coklat keemasan melintas bergantian di satu dahan besar. Pemandangan langka itu hanya berjarak sekitar 50 meter dari perahu.

Bekantan pada umumnya hidup dalam kelompok yang disebut “one-male group,” di mana satu jantan dewasa memimpin beberapa betina dan anak-anak. Terdapat juga kelompok “all-male” yang terdiri dari beberapa jantan dewasa. Jantan muda biasanya meninggalkan kelompok mereka untuk bergabung dengan kelompok jantan lain guna mencegah perkawinan sedarah (inbreeding)

Bekantan menggunakan suara untuk berkomunikasi, dan hidung besar mereka berkontribusi pada resonansi suara, yang mungkin berfungsi untuk menarik perhatian betina. Bekantan adalah herbivora yang mengonsumsi dedaunan, buah-buahan, dan biji-bijian. Mereka memiliki sistem pencernaan yang unik yang memungkinkan mereka mencerna makanan berserat tinggi, meskipun ini menyebabkan perut mereka terlihat buncit.

Cukup lama iring-iringan bekantan dewasa dan anak-anak tersebut bergantian lewat sebelum menghilang masuk ke rerimbunan hutan. Dan alhamdulillah pemandangan menarik itu sudah saya rekam melalui kamera yang sudah saya siapkan.

“Bukan hanya bekantan kadang ada orang-utan nampak di atas sana,” jelas Jeki sang pemandu wisatawan tersebut.

Tetapi kami agak susah membidik dengan posisi fokus maksimal, karena perahu yang kami tumpangi tidak cukup tenang alias terus bergoyang-goyang. Dari sekian puluh jepretan hanya beberapa saja yang cukup bagus.

Menurut Jeki yang juga ketua kelompok Simpul Wisata Desa sebuah lembaga desa Karuing yang bertugas untuk mengurus para wisata, kadang kalau beruntung juga terdapat orang-utan liar berada disana.

“Tetapi, karena sekarang air lagi tinggi orang-utan tidak akan mendekati sungai tetapi justru masuk ke tengah hutan, karena orang-utan adalah salah satu primata yang tidak bisa berenang,” kata Jeki.

Setelah puas berlama-lama di atas perahu dan menikmati senja di hutan Karuing, sebelum hari gelap dan hujan tiba mesin ces dihidupkan kembali lalu keluar kembali ke desa. Tapi pengalaman saya yang pernah memasuki beberapa taman nasional di Indonesia hutan di Karuing dan taman nasional Sebangau memiliki kelebihan yang tak dipunyai oleh daerah lain.

Banyak yang bisa ditawarkan kepada wisatawan yang datang ke Karuing. Selain susur sungai di tengah hutan, juga bisa treking menjelajah hutan melihat lebih dekat flora dan fauna di alam bebas.

“Bagi penyuka fotografgi alam liar kawasan Karuing adalah surga. Disini tersaji mulai reptilia mulai ular piton, ular hijau, burung betet, rangkong badak, kangkareng perut putih, julang emas, juga sempur hutan sungai dan masih banyak lagi,” kata Nurdin Razak, ahli ekowisata sekaligus photographer alam liar.

Abi dan teman temannya termasuk anak-anak yang santun dan mudah bergaul. Mereka ramah dan suka menyapa kepada orang yang baru dikenal. Merekalah gerenasi muda yang akan mengembangkan Karuing. Foto: Gandhi Wasono

Masyarakat Ramah

Selain keindahan alam ada satu hal yang menarik dari Karuing adalah perilaku masyarakatnya yang ramah. Bukan hanya mereka yang dewasa saja tetapi sampai anak-anak pun juga demikian.

Saya punya pengalaman, ketika hari pertama datang di desa pas di depan masjid tiba-tiba ada seorang anak datang menghampiri. Si anak mengenakan busana muslim dengan senyum mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan. “Salam kenal om nama saya Abit,” katanya ramah.

Jujur, seketika itu saya membatin betapa si anak ini percaya dirinya tinggi dan santun. Sejurus kemudian, saya diajak duduk di teras masjid oleh bocah yang duduk di bangku kelas 5 SD itu dan diajak ngobrol. Dia tanya asal saya dan apa keperluan saya datang ke desanya.

Tak lama kemudian, kawan-kawannya yang dari dalam masjid keluar juga menjabat tangan dan ikut bergabung berbincang dengan topik bola olahraga yang dia gemari. Bahkan dia menanyakan satu persatu pemain timnas.

“Om sudah pernah bertemu dengan mereka,” kata Abit yang membuat saya agak gelagapan karena saya tidak menguasai dunia bola.

Saya kerap bepergian ke berbagai daerah tapi saya sangat jarang bahkan belum pernah menemukan ada anak-anak yang rasa percaya diri dan adabnya begitu tinggi. Dan perilaku yang demikian bukan hanya Abit saja tapi juga anak-anak yang lain.

Sejak perkenalan pertama itu kalau pagi hari sebelum berangkat sekolah Abit juga anak-anak lain abis memunguti mangga kuweni matang yang berjatuhan kemudian mengantarkan ke penginapan. Kebetulan Karuing adalah surganya mangga kuweni.

Saya merasakan selama dua pekan di Karuing, tak hanya menyenangkan tetapi meninggalkan kesan mendalam tak mudah dilupakan.**

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Raihan Fahrizal dari Bandung Kini Jadi Pria Model Internasional Louis Vuitton dan YSL

24 Januari 2025 - 00:28 WIB

Warga Kendal Ngawi Temuan Koper Merah Berisi Mayat Perempuan

24 Januari 2025 - 00:03 WIB

Longsor di Wonosalam Jombang, Satu Korban dalam Pencarian Satu Lagi Meninggal Dunia

23 Januari 2025 - 21:50 WIB

KPK Ungkap BI Terlibat Dugaan Korupsi Dana CSR, Triliunan Rupiah Mengalir ke Komisi XI DPR RI

23 Januari 2025 - 21:08 WIB

Trenggongo Sebut Denda Administrasi Pagar Laut di Tangerang Rp 18 Juta/ KM

23 Januari 2025 - 20:30 WIB

Trending di Headline