Penulis: Sri Muryanto | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, LUMAJANG– Kondisi Jembatan Besuk Koboan di Lumajang setelah terkena awan panas guguran dari Puncak Semeru yang meluncur sejauh 14 kilometer pada Kamis, 20 November 2025, menunjukkan bahwa jembatan tersebut terdampak material vulkanik dan awan panas yang datang dari letusan Gunung Semeru.
Sungai Besuk Koboan di sekitar jembatan dipenuhi material vulkanik akibat awan panas guguran. Meski demikian, tidak ada laporan korban jiwa dari peristiwa ini dan akses di area tersebut cenderung ditutup untuk keamanan warga oleh petugas terkait seperti BPBD, TNI, dan polisi yang terus memantau kondisi di lapangan.
Demikian keterangan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Isnugroho. Dia mengimbau masyarakat diimbau untuk menjauhi zona berbahaya dan berhati-hati saat beraktivitas di sekitar sungai maupun jembatan yang terdampak.
Situasi ini merupakan bagian dari peningkatan aktivitas erupsi Gunung Semeru yang terus diamati oleh petugas terkait untuk memastikan keselamatan publik.
Jembatan Besuk Koboan di Lumajang mengalami kerusakan ringan akibat tumpukan abu vulkanik dari awan panas guguran Gunung Semeru yang meluncur sejauh 14 kilometer.
Meskipun jembatan masih berdiri dan arus kendaraan di sekitarnya terpantau lancar, kondisi jalur di sekitar jembatan menjadi licin dan tidak aman karena material vulkanik bercampur hujan serta adanya bau belerang dan asap tebal.
Petugas telah menutup total akses ke jembatan untuk keselamatan, mengingat kondisi tersebut membahayakan dan perlu penanganan lebih lanjut. Jadi, secara struktural kerusakan jembatan tidak parah, tetapi ada dampak signifikan dari material vulkanik yang menumpuk di sekitar jembatan dan jalurnya.
Jembatan Besuk Koboan, juga dikenal sebagai Jembatan Gladak Perak, awalnya dibangun pada tahun 1998.
Jembatan ini mengalami kerusakan parah akibat erupsi Gunung Semeru pada Desember 2021, lalu dibangun kembali dan selesai pada awal 2024 dengan konstruksi rangka baja tipe Pratt Truss sepanjang 140 meter.
Pembangunan kembali jembatan ini dilakukan dengan penunjukan langsung kontraktor PT Adhi Karya untuk mempercepat proses pasca bencana, dan jembatan baru ini kini menjadi akses penting penghubung Lumajang dan Malang.
Sejarah Jembatan Gladak Perak, yang kini dikenal juga sebagai Jembatan Koboan, bermula dari pembangunan awal oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sekitar tahun 1925 hingga 1940. Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan antara Kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang sebagai jalur utama penghubung kedua wilayah tersebut.
Jembatan ini mengalami kerusakan berat akibat diterjang lahar dan erupsi Gunung Semeru, terutama saat erupsi besar pada tahun 2021 yang menyebabkan jembatan tersebut hancur dan akhirnya harus dibangun kembali.
Pembangunan kembali dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan konsep modern dan konstruksi rangka baja terbaru yang cepat dan kokoh, selesai sekitar awal tahun 2024.
Secara keseluruhan, jembatan ini memiliki sejarah panjang dari masa penjajahan Belanda, masa pasca kemerdekaan, hingga rekonstruksi pasca bencana erupsi Semeru, yang kemudian menjadikannya sebagai simbol rekonstruksi dan kebanggaan wilayah setempat. **








