Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, ATHENA- Plato adalah filsuf dan matematikawan Yunani kuno yang lahir sekitar 427 SM di Athena dan meninggal sekitar 347 SM. Ia berasal dari keluarga aristokrat Athena dan merupakan murid dari Socrates serta guru dari Aristoteles. Plato dikenal sebagai pendiri Akademi Platonik di Athena, yang dianggap sebagai sekolah tinggi pertama di dunia Barat.

Karya-karya Plato berbentuk dialog filosofis dengan tokoh utama Socrates, dan ia adalah orang pertama yang menulis tentang jiwa sebagai esensi hidup dan pikiran manusia. Salah satu gagasan terpentingnya adalah Teori Bentuk atau Ide, yang menyatakan bahwa dunia yang kita alami hanyalah bayangan dari dunia Ide yang abadi dan sempurna
Pernahkah kita membayangkan… bagaimana jika kehidupan yang kita jalani saat ini hanyalah semacam dunia virtual? Bagaimana jika semua yang kita lihat, rasakan, dan alami hanyalah bayangan dari kenyataan yang lebih sejati realitas yang sebenarnya belum kita pahami? Pemikiran ini sebenarnya sudah pernah muncul ribuan tahun lalu melalui seorang filsuf besar, Plato, lewat konsep Alegori Gua.
Alegori gua Plato bercerita tentang sekelompok tahanan yang sejak kecil terikat dalam sebuah gua. Mereka hanya bisa memandang ke dinding gua di depan mereka, tempat bayangan berbagai benda diproyeksikan oleh cahaya api di belakang. Bayangan-bayangan itulah yang mereka anggap sebagai kenyataan.
Suatu ketika, salah satu tahanan berhasil keluar. Awalnya ia terhuyung silau oleh cahaya, namun perlahan ia mulai melihat dunia luar: matahari, pepohonan, langit. Di situ ia sadar bahwa apa yang selama ini mereka anggap “kenyataan” di dalam gua, hanyalah ilusi. Ketika ia kembali ke dalam gua untuk menceritakan kebenaran ini, ia justru ditolak karena mereka lebih nyaman dengan ilusi yang sudah lama mereka kenal.
Alegori ini sesungguhnya mengajak kita merenungkan: mungkinkah dunia yang kita alami saat ini hanyalah “bayangan” dari sesuatu yang lebih dalam dan sejati? Dunia yang kita tangkap lewat pancaindra mungkin hanyalah permukaan dari kenyataan yang lebih besar.
Menariknya, banyak pengalaman spiritual dan praktik meditasi atau kontemplasi yang seolah memperkuat gagasan ini. Ada praktisi meditasi yang melaporkan pernah mengalami “kematian sejenak”, hanya beberapa detik, saat kesadaran mereka terasa lepas dari tubuh. Dalam momen itu, mereka melihat gambaran yang jauh berbeda dari dunia fisik yang kita kenal, seolah mengintip ke dalam “realitas lain” di balik layar dunia ini.
Bukan tidak mungkin, pengalaman “kematian sejenak” ini justru memberi bocoran kecil tentang kehidupan yang sejati dunia yang lebih terang, lebih luas, dan mungkin lebih nyata dibanding apa yang kita alami saat ini.
Mungkinkah lewat pengalaman semacam itu, kita sebenarnya sedang mengintip keluar dari “gua” Plato? Mungkinkah hidup setelah kematian yang sesungguhnya atau dimensi kesadaran lain, justru merupakan realitas yang lebih sejati, sementara dunia yang kita jalani ini hanyalah ilusi sementara?
Bagaimana menurut kamu? Apakah mungkin selama ini kita masih hidup di dalam “gua”, tanpa benar-benar menyadarinya?, komen ya.***