Menu

Mode Gelap

Headline

Menteri Bahlil: Indonesia akan Impor Migas dari Amerika di Tengah Tarif 34 Persen

badge-check


					Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Instagram@bahlillahadalia Perbesar

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Instagram@bahlillahadalia

Penulis: Yusran Hakim  |   Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, JAKARTA- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat.

Pernyataan ini disampaikan pada Rabu, 9 April 2025, di Kementerian ESDM, Jakarta. Bahlil menyatakan, “Kita tahu bahwa impor minyak kita kan cukup besar, kami sedang menghitung agar minyak menjadi salah satu komoditas yang bisa kita beli dari AS”.

Rencana ini bertujuan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, yang saat ini menunjukkan surplus sekitar 14-15 miliar dolar AS.

Dalam konteks ini, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Bahlil untuk mengeksplorasi potensi barang yang dapat dibeli dari AS sebagai bagian dari negosiasi terkait tarif impor yang tinggi.

Saat ini, porsi impor minyak mentah Indonesia dari AS hanya sekitar 4% dari total impor. Meskipun ada kekhawatiran tentang biaya transportasi yang lebih tinggi dari AS dibandingkan dengan negara lain seperti Timur Tengah, Bahlil menegaskan bahwa harga LPG dari AS tetap kompetitif. Penambahan volume impor ini tidak akan menghentikan pasokan dari negara lain, tetapi akan mengalihkan sebagian volume impor.

Kebijakan untuk meningkatkan impor minyak dari Amerika Serikat dengan tarif 34% dapat berdampak signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia. Meskipun ada potensi untuk mendapatkan pasokan minyak yang lebih stabil, tarif tinggi akan mengakibatkan pengeluaran devisa yang besar.

Impor minyak yang tinggi, terutama dengan tarif yang mahal, dapat mengurangi cadangan devisa negara. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan impor minyak mentah berhubungan positif dengan cadangan devisa, tetapi juga menciptakan risiko ketika biaya impor melebihi pendapatan dari ekspor.

Faktor-faktor seperti nilai tukar dan harga minyak juga mempengaruhi dinamika ini. Kenaikan nilai tukar dolar AS dapat membuat biaya impor semakin tinggi, yang pada gilirannya dapat menurunkan cadangan devisa. Jika pemerintah tidak mampu menyeimbangkan antara produksi dalam negeri dan kebutuhan konsumsi masyarakat, maka kebijakan ini berpotensi memperburuk situasi ekonomi Indonesia.

Secara keseluruhan, meskipun ada keuntungan dari diversifikasi sumber impor, tarif yang tinggi dan ketergantungan pada impor dapat menimbulkan tantangan bagi stabilitas ekonomi dan cadangan devisa Indonesia.**

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Indonesia Bertaruh pada Turki Supaya Dapat Meningkatkan Kekuatan Udara

19 April 2025 - 12:59 WIB

Orang Kaya yang Satu Ini Menghindari Brand Mewah tapi Norak, Kok Bisa?

19 April 2025 - 09:56 WIB

Ijazah Sudah Kembali Tanpa Tebus Rp 30 Juta, Cici Tantarti: Terima Kasih Pak Eri!

18 April 2025 - 21:36 WIB

11 Jalur KA Jabar akan Diaktifkan Kembali, Anggaran Rp 20 Triliun

18 April 2025 - 20:42 WIB

Pelajaran Hidup Jet Li, Terus dan terus, Tapi Ujungnya Dimana?

18 April 2025 - 20:23 WIB

Jadi Tersangka, Dokter PPDS UI Perekam Mahasiswi Mandi Resmi Ditahan

18 April 2025 - 20:13 WIB

Polisi Tangkap Dokter PPDS UI Perekam Mahasiswi Mandi

18 April 2025 - 19:29 WIB

Strategi Pemasaran Hermes, Pelanggan Diminta Menunggu 6 Tahun, Kok Bisa?

18 April 2025 - 17:44 WIB

Muncul Sosok Pria, Klaim Sebagai Ayah Kandung Anak Lisa Mariana, Kok Bisa?

18 April 2025 - 11:36 WIB

Trending di Headline