Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, WASHINGTON DC- Pemerintah Tiongkok memberikan reaksi keras terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif impor sebesar 104 persen terhadap barang-barang asal Cina, berlaku pada 9 April 2025.

Reaksi Tiongkok terhadap tarif 104 persen yang diberlakukan oleh Amerika Serikat disampaikan oleh Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, Selasa 8 April 2025 waktu setempat, demikian dikutip dari edition.cnn.com.
Ia menegaskan bahwa ancaman tarif tersebut merupakan langkah unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi. Liu menambahkan bahwa Tiongkok akan “berjuang sampai akhir” untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya.
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Perdagangan Tiongkok menegaskan bahwa mereka akan “berjuang sampai akhir” melawan kebijakan tarif tersebut, yang mereka anggap sebagai bentuk pemerasan dan tekanan dari Amerika Serikat
Sebagai respons langsung, Tiongkok telah mengumumkan akan memberlakukan tarif balasan sebesar 34 persen terhadap produk-produk asal AS, yang mulai berlaku segera setelah pengumuman tarif dari AS.
Tindakan ini menandai eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara kedua negara, yang telah mempengaruhi pasar global dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi.
Pernyataan dari pejabat Tiongkok mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap langkah-langkah agresif AS. Mereka menyebut tindakan Trump sebagai kesalahan besar dan berkomitmen untuk melindungi hak serta kepentingan nasional mereka.
Sementara itu, pasar saham global mengalami penurunan signifikan akibat ketegangan ini, dengan investor menarik dana dari pasar yang dianggap berisiko67.
Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok masih jauh dari penyelesaian, dengan kedua belah pihak bersikeras pada posisi masing-masing.
China bereaksi keras terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan tarif impor sebesar 104% terhadap barang-barang Cina yang akan mulai berlaku pada 9 April 2025.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa mereka akan “berjuang sampai akhir” melawan tarif tersebut, yang mereka anggap sebagai bentuk pemerasan dan tekanan dari Amerika Serikat.
Sebagai tanggapan langsung, Cina telah mengumumkan bahwa mereka akan memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap produk-produk asal AS, yang berlaku segera setelah pengumuman tarif AS.
Tindakan ini menandai eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara kedua negara, yang telah mempengaruhi pasar global dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi. Pernyataan dari para pejabat Tiongkok mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan agresif AS.
Mereka menyebut tindakan Trump sebagai kesalahan besar dan berkomitmen untuk melindungi hak-hak dan kepentingan nasional mereka. Sementara itu, pasar saham global mengalami penurunan yang signifikan sebagai akibat dari ketegangan ini, dengan para investor menarik dana dari pasar yang dianggap berisiko.
Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Cina masih jauh dari kata selesai. **