Menu

Mode Gelap

News

76 Tahun Dr. Soebandi Gugur, Widorini: Ibuku Janda RR Soekesi Berbekal Mesin Jahit Membimbingku Jadi Dokter

badge-check


					Suasana tabur bunga di makam nomor dua TMP Patrang, Jember, memperingati 76 Tahun Letkol. dr. RM Soebandi Gugur,  diikuti civitas akademika UDS, pimpinan RSUD Dokter Soebandi, Jember, mahasiswa dan SMK dr. Soebandi. Foto: kredonews.com/ priyo suwarno Perbesar

Suasana tabur bunga di makam nomor dua TMP Patrang, Jember, memperingati 76 Tahun Letkol. dr. RM Soebandi Gugur, diikuti civitas akademika UDS, pimpinan RSUD Dokter Soebandi, Jember, mahasiswa dan SMK dr. Soebandi. Foto: kredonews.com/ priyo suwarno

Penulis: Priyo Suwarno  |  Editor: Hadi S. Purwanto

KREDONEWS.COM, JEMBER – Hari ini tanggal 8 Februari 2025 adalah hari peringatan ke 76 tahun Letkol. dr. RM Soebandi  gugur dalam penyergapan pasukan Belanda di dusun Plalangan, desa Karang Kedawung, Mumbulsari, Jember, Jawa Timur, tanggal 8 Februari tahun 1949.

Untuk memperingati dan manandai peristiwa sejarah besar di Jember itu, Universitas Dokter Soebandi (UDS) telah melakukan acara ritual tahunan peringatan gugurnya seorang doker muda, berusia 32 tahun, saat menghembukan nafas terakhir akibat berondongan tembakan peluruh di sekujur tubuhnya.

Dokter Soebandi, kala itu menjabat sebagai wakil komandan Brigade III Damarwulan merangkap Residen Militer (setingkat Korem)  Jember, gugur bersama komandan Brigade III Damarwulan,  Letkol. Moch Sroedji.

Dwi tunggal itu  merupakan pejuang yang telah rela mengorbankan jiwa raganya demi mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia, keduanya gugur pada Agresi  II, saat Belanda menyergap pasukan Damarwulan 8 Februari 1949.

Acara peringatan itu dilaksanakan di TMP Patrang, dimana sekitar 100 mahasiswa dan pelajar SMK UDS, pimpinan RSUD Dokter Soebandi, Jember,  dan kepala dinas kesehatan Pemkab Jember,  melakukan upacara bendera dan tabur bunga di makam.

Bertindak sebagai inspektur upacara dihadiri pula dua putri mendiang dokter Soebandi, Widyastuti, 78, dan dokter Widoritni, Mars, 76 tahun.

 

(Kiri ke kanan) Ibu Widyastuti, Ibu dokter Widorini, Rektor UDS Rektor UDS, Andi Eka Pranata, S. ST.,S.Kep.,Ners. M. Kes, ketua yayasan pendidikan Jember Internasional School (YP JIS) Lulut Sasmito, S Kes, M.Kes, upacara tabur bunga di TMP Patrang memperingati 76 Tahun Letkol. dr. RM Soebandi Gugur, Rabu 5 Februari 2025. Foto: kredonews.com/priyo suwarno

Dokter Widorini  memberikan amanah terkait acara tabur bunga untuk ayahndanya, mendiang dokter Soebandi. Dia mengatakan bahwa kedua orang tuanya dr Soebandi dan ibu RR Soekesi, mempunyai tiga putri, “Semuanya perempuan” kata drokter Rini, panggilan akrab Widorini, anak bungsu.

“Ada dua kakak saya, pertama namanya Widyasmani. Kaka saya pertama meninggal dunia tahun 1990, mengalami kecelakaan di Jogjakarta. Kala itu dalam perjalanan dari jakarta ke Jember, tetapi mengalami kecelakaan di Jogja,” kata dokter Rini.

Sedangkankan kakak kedua, Widyastuti, sekarang berusia 78 tahun hadir bersama dirinya pada acara acara itu. Kakak beradik putri dr Soebandi itu tampil ke depan untuk memberikan sejarah riwayat perjuangan ayahnya.

“Pada saat ayah saya meninggal, saya masih berumur sebelas bulan. Sesungguhnya saya ini tidak pernah mengenal ayah saya. Saya mengenal ayah saya hanya dari cerita ibu Soekesi. Saya sekarang tahu inilah ayah saya!” kata Widorini di depan peserta upacara bendera di TMP Patrang, 5 Februari 2026.

Saat itu ayahnya gugur, kakak sulungnya baru berusia 4 tahun, sedangkan Widyastuti masih berusia sekitar dua tahun, ungkap Widorini. Lebih dari itu, ibundanya saat itu  menyandang status janda pada usia 27 tahun, “Dan sampai wafat beliau tidak pernah menikah lagi. Saking cintanya kepada almahum ayah saya, serta bertekad membesarkan anak-anaknya,” kata Widorini.

Bagaimana susahnya, seorang perempuan muda, yang ditinggal oleh suaminya, harus mengurusi dan membesarkan tiga anak sekaligus tanpa ada penghasilan apapun, kecuali harus bekerja keras, “Hanya berbekal mesin jahit, ibu saya berjuang sendiri menghidupi anaknya,” kata dia. Mesin jahit ‘alat penghidupan’ ibu Soekesi itu, sekarang disimpan di museum Dokter Soebandi di kampus UDS.

Dengan segala keterbatasna dan kemampuan yang ada dari ibunya, Widorini bersyukur dirinya bisa sukses meraih sarjana kedokteran, “Kakak saya kuliah di Jakarta, saya kuliah di Surabaya, dan sekarang menjadi dokter. Bukan tiba-tiba, tetapi dengan segala perjuangan sagat kerja keras dan belajar terus,” kata Widorini memberi semangat kaum pelajar dan mahasiswa.

Widorini berharap generasi muda di Jember bisa meneladani nilai kejuangan ayahnya sebagia bagian pengabdian dan perjuangan untuk terus membangun Indonesia Emas 2025.

Pada saat itu, seluruh peserta meletakkan karangan bunga di tugu pahlawan TMP Patrang, sebagai tanda hormat dan meneladani nilai kejuangan para pahlawan yang gugur membela kemerdekaan dan kejayaan Indonesia. Dilanjutkan, tabur bunga di makam Letkol. dr. RM Soebandi yang berada di posisi nomor dua. Mereka berdoa dan memberi hormat atas jasa-jasanya.

Sebanyak seratus orang lebih dari civitas akademika Universitas Dokter Soebandi, pimpinan RSUD Dokter Soebandi Jember, mahasiswa dan siswa SMK, meletakkan karangan bunga di tugu TMP Patrang, 5 Februari 2025. Foto: kredonews.com/ priyo suwarno

Sesungguhnya, makam nomor satu dan nomor duadi TMP Patrang itu  sudah disiapkan untuk makam dwi tunggal Komandan Brigade III Damarwulan Letkol. Moch. Sroedji yang telah mendapat gelar sebagai Mahaputra Indonesia, namun pihak keluarga tetap mempertahankan makam lama keluarga untuk mendiang Letkol. Moch Sroedji di pemakaman umum Kreongan, Jember.

TMP Patrang merupakan ‘tempat peristirahatan’ ketiga untuk bersemayam dokter Soebandi, karena sebelum dimakamkan di TMP Patrang, telah dikebumikan di pemakaman umum Kreongan selanjutnya dapindahkan ke TMP Patrang. Sebelumnya jasaf mendiang Soebandi dimakmkan bersama pejuang lain di dusun Plalangan, Karang Kedaung, pasca penembakan. Setahun kemudian baru bisa diindentifaksi dan ditemukan oleh sejawatnya, kemudian dimakmkan di TPU Kreongan.

“Kami sekeluarga tetap tunduk dan patuh kepada pemerintah Indonesia, saat negara memerintahkan ayah saya dipindahkan ke TMP Patrang. Kami  rela dan bahkan mendukung niat negara untuk memberikan tempat terbaik bagi pejuangnya,” kata doker Rini seperti diungkap dalam buku biografi: Letkol. dr. RM Soebandi: Jejak Kepahlawanan Dokter Pejuang, buah karya jurnalis Gandhi Wasono M, yang diterbitkan oleh keluarga dr Soebandi  dan IDI Jember tahun 2018 silam. **

 

 

 

 

 

 

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gegara Bela Letkol Teddy, Jenderal Maruli Dikirimi Surat Terbuka, Polemik Makin Panjang

15 Maret 2025 - 04:33 WIB

Kasus Sujud dan Menggonggong, Ivan Sugainto Mengaku Sudah Minta Maaf ke Sekolah dan Orang Tua Korban

15 Maret 2025 - 00:23 WIB

Di Depan Mahasiswa HKBP Nommensen Menteri Komdigi Meutya Hafid Bicara Soal Literasi Digital dan Judol

14 Maret 2025 - 22:16 WIB

Satpol PP Tegas Cabut Tiang Listrik Fiber Optik Tidak Punya Izin di Jl Pattimura Jombang

14 Maret 2025 - 21:30 WIB

Komdigi Dukung Penuh Penegak Hukum Usut Dugaan Korupsi Proyek PDNS

14 Maret 2025 - 21:11 WIB

Mencengangkan Jumlah Video Porno Dibuat Eks Kapolres Ngada NTT, Ada yang di Bawah Umur

14 Maret 2025 - 20:46 WIB

Korban PHK Masih Dapat BPJS Selama Enam Bulan

14 Maret 2025 - 20:13 WIB

Menteri Komdigi Meutya Hafid: Indonesia Berada pada Fase Transformasi Digital yang Signifikan

14 Maret 2025 - 16:39 WIB

Maruli Bela Kenaikan Pangkat Teddy, Lha Kog Susi Pudjiastuti Ikut Komen, Netizen Auto Gaduh

14 Maret 2025 - 13:33 WIB

Trending di Headline