Menu

Mode Gelap

Headline

Sebelum Ledakan Amunisi Garut, Terjadi Perdebatan Antara TNI dan Sipil

badge-check


					Sebelum Ledakan Amunisi Garut, Terjadi Perdebatan Antara TNI dan Sipil Perbesar

Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga

KREDONEWS.COM, JAKARTA– Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkap adanya perdebatan antara personel TNI dan koordinator pekerja sipil sesaat sebelum insiden ledakan amunisi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perbedaan pendapat itu terkait metode penanganan sisa detonator.

“Terjadi perdebatan singkat antara Komandan Gapusmus dan koordinator pekerja warga atas nama Rustiawan terkait cara menangani sisa detonator,” ujar anggota Komnas HAM, Uli Parulian Sihombing, dalam konferensi pers di kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Menurut Komnas HAM, perdebatan dipicu oleh perbedaan metode. Umumnya, sisa detonator dimusnahkan dengan cara dibuang ke laut untuk mempercepat proses disfungsi. Namun, pada hari kejadian, dipilih metode penimbunan menggunakan campuran urea.

“Biasanya peledak ditenggelamkan ke dasar laut, namun kali ini digunakan metode timbun dengan urea,” jelas Uli, dikutip dari Tirto

Pekerja kemudian menurunkan drum berisi detonator ke dalam lubang di tanah. Beberapa pekerja berada di dalam lubang, sementara lainnya berada di sekitar lokasi untuk mengangkut bahan peledak. Ledakan terjadi tiba-tiba saat proses ini berlangsung.

Akibat ledakan tersebut, 13 orang tewas terdiri dari empat anggota TNI dan sembilan warga sipil.

Komnas HAM menyatakan bahwa kegiatan pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, dilakukan dalam dua gelombang sepanjang 2025. Gelombang pertama berlangsung dari 17 April hingga 5 Mei 2025, dikerjakan oleh Gudang Pusat Amunisi I (Puspalad TNI AD). Gelombang kedua dilaksanakan oleh Gudang Pusat Amunisi III dari 29 April hingga 15 Mei 2025.

Menurut Uli, dalam kegiatan pemusnahan ini, biasanya dilibatkan satu peleton TNI AD, sekitar 30–50 prajurit. Mereka mendirikan tenda untuk tempat tinggal prajurit, penyimpanan amunisi, bahan pendukung, serta dapur umum.

Sebanyak 21 warga sipil turut dilibatkan sebagai tenaga harian lepas. Insiden ledakan yang menewaskan 13 orang terjadi pada hari terakhir dari gelombang kedua kegiatan tersebut.

Diketahui, ledakan terjadi pada 12 Mei 2025, setelah dua sesi pemusnahan amunisi berjalan lancar antara pukul 09.00 hingga 09.30 WIB. Ledakan yang menyebabkan korban jiwa diperkirakan terjadi sekitar pukul 09.30 WIB, diduga berasal dari sisa detonator yang hendak dimusnahkan dengan cara ditimbun.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

CEO Exim Bank Sebut Pesepeda Merusak Ekonomi, Atau Indikator PDB yang Salah

7 Juli 2025 - 18:08 WIB

Hadi Atmaji Pimpin Sidang Paripurna, Bupati Warsubi Jamin Transparansi dan Akuntabilitas APBD

7 Juli 2025 - 17:10 WIB

Wabup dan Sekda Jombang Turun ke Penjahit, Salmanudin: Ndak Ada Keluhan, Malah Dapat Selisih Ongkos Lebih Besar

7 Juli 2025 - 16:02 WIB

Elon Musk Resmi Bentuk Partai Baru America Party, Begini Sikap Politiknya

7 Juli 2025 - 15:58 WIB

Kadishub Budi Winarno Mengevaluasi CFD di Jl. KH Wahid Hasyim Jombang, Pasca Insiden Ambulans Terhambat Masuk RSUD

7 Juli 2025 - 13:24 WIB

Ruang Kelas dan Perpustakaan SDN Jabon 2 Terancam Ambruk, Tahun Ini Hanya ada 2 Pendaftar

7 Juli 2025 - 12:36 WIB

Fixed Mindset: Pola Pikir yang Membatasi Potensi

7 Juli 2025 - 12:16 WIB

Sekali Operasi Pencuri Gondol 4 Mesin Diesel Hand Tractor Milik Petani Kabuh Jombang

7 Juli 2025 - 11:52 WIB

Hadiri Gebyar Jantung Sehat UMKM di Dusun Geneng Gang 3, Hadi Atmaji: Sehat dan Bikin Ekonomi Menggeliat

7 Juli 2025 - 10:13 WIB

Trending di Nasional