Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SURABAYA– Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menyampaikan bahwa KH Abdurrahman Wahid adalah figur yang sangat peduli pada kaum wanita. Selain dikenal luas sebagai pembela kelompok minoritas, Gus Dur juga memiliki perhatian besar terhadap derajat perempuan.
Saat acara Haul ke-16 sekaligus syukuran Gelar Pahlawan Nasional di Taman Bungkul, Surabaya, Yenny menyebutkan, “Banyak kelompok agama lain (non-Muslim) yang merasa terlindungi dengan sikap Bapak yang menghormati perbedaan, tapi Gus Dur juga punya keistimewaan lain yakni menghormati perempuan,”
Di hadapan Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Jawa Timur, ia menerangkan bahwa ayahnya sangat menghargai keberagaman. Bagi Gus Dur, perbedaan adalah fitrah karena tidak ada manusia yang identik di dunia ini, termasuk mereka yang lahir kembar.
Direktur Wahid Institute ini mengingatkan pesan ayahnya bahwa, “Gus Dur mengatakan penduduk bumi yang 8 miliar itu tidak ada yang sama, bukan hanya agama atau suku, tapi sidik jari pun tidak ada yang sama,”
Ia kemudian menambahkan, “Karena itu Tuhan tidak melihat manusia secara fisik, tapi melihat dari sisi ketakwaan, lho kok kita memusuhi perbedaan,”
Menurut Yenny, Gus Dur percaya bahwa Tuhan bisa saja membuat semua orang seragam jika Dia mau. Namun, keragaman justru menciptakan keindahan tersendiri. Ia pun bertanya, “Bunga yang warna-warni itu indah kan?”
Sikap inklusif ini juga diterapkan Gus Dur kepada wanita. Beliau tidak pernah memandang rendah perempuan. Yenny membagikan cerita masa kecilnya, “Ibu menceritakan kepada saya bahwa sewaktu saya masih bayi, Bapak yang mengangkat saya untuk diantar ke ibu agar disusui,”
Beliau bahkan tidak segan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring dan membersihkan popok. Baginya, yang terpenting adalah menjadi manusia yang berguna tanpa memandang gender. Yenny juga berujar, “Bapak juga bantu ibu berjualan kacang,”
Selain itu, kepeduliannya pada rakyat kecil terlihat saat beliau menjabat sebagai Presiden dengan menaikkan upah pegawai di level bawah.
Yenny mengajak semua orang untuk meniru kebaikan tersebut. “Itulah teladan dari Bapak, karena itu Haul ini bukan sekadar mengharapkan barokah dari para ulama, tapi juga meneladani Bapak, ada tiga teladan penting yakni menghormati perbedaan, menghormati perempuan, dan menghargai wong cilik.
Ia menutup dengan pesan mengenai pentingnya kebermanfaatan hidup, “Ya, hal penting dalam hidup adalah hidup manfaat. Khoirunnas Anfauhum linnas,”
H. Akhmad Jazuli, mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur, berpendapat bahwa Gus Dur sebenarnya sudah lama bertahta sebagai pahlawan di hati masyarakat karena sifat pengayomnya.
Pandangan ini didukung oleh Pdt Simon Filantropa dari GKI yang merasa sangat kehilangan sosok beliau. Pdt Simon berkata, “Senang karena Natal pada 25 Desember, tapi sedih juga, karena Gus Dur wafat pada 30 Desember,”
Acara yang turut dihadiri tokoh seperti Lia Istifhama ini diakhiri dengan kutipan mendalam dari Gus Dur tentang keadilan dan demokrasi, yaitu “Perdamaian Tanpa Keadilan adalah Ilusi” serta “Demokrasi Bisa Terjadi Bila Hak-hak Minoritas Terjamin”.***






