Penulis: Jacbbus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, SAN FRANCISCO- Selain HIV (human immuno virus) penyebab AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), setelah muncul prion. Prion bukan virus, melainkan protein abnormal yang bertindak sebagai agen penyebab penyakit menular. Tidak seperti virus atau bakteri, prion hanya terdiri dari protein tanpa materi genetik seperti DNA atau RNA.

Prion dikenal karena kemampuannya mengubah protein normal menjadi bentuk abnormal melalui proses lipatan yang salah, yang kemudian menyebabkan akumulasi protein abnormal di jaringan otak atau sistem saraf.
Prion bisa menginfeksi manusia dan hewan. Jika manusia dan hewan terinfeksi prio, maka penderita akan mengalami gejala mirip zombie. Masih terus mampu begerak meskipun sesungguhnya dalam kondisi mati.
Prion ditemukan pertama kali oleh Stanley B. Prusiner pada tahun 1982 di Universitas California, San Francisco. Prusiner dan timnya berhasil memurnikan protein yang diduga menular dan menunjukkan bahwa agen penyebab penyakit prion tidak mengandung materi genetik, melainkan terdiri dari protein yang salah lipat.
Penemuan ini menandai awal pemahaman baru tentang penyakit neurodegeneratif dan mengubah cara pandang terhadap agen infeksius, yang sebelumnya hanya dikenal berupa bakteri, virus, atau parasit. Prusiner menerima Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1997 atas kontribusinya dalam penelitian ini.
Prion tetap menjadi subjek penelitian intensif, karena sifatnya yang unik dan dampaknya terhadap kesehatan manusia serta hewan.
Infeksi prion mempengaruhi baik hewan maupun manusia, dengan angka prevalensi yang bervariasi tergantung pada jenis penyakitnya.
Infeksi pada Hewan
Chronic Wasting Disease (CWD): Penyakit ini menginfeksi rusa dan spesies cervid lainnya. CWD telah terdeteksi di banyak negara bagian di AS dan beberapa negara lain, dengan prevalensi yang bervariasi tergantung pada area dan populasi hewan. Misalnya, di beberapa daerah, prevalensi CWD dapat mencapai 10% atau lebih dalam populasi rusa tertentu.
Penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE): Juga dikenal sebagai penyakit sapi gila, BSE telah menyebabkan ribuan kasus di Inggris dan negara lain selama wabah besar pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Secara keseluruhan, meskipun infeksi prion jarang terjadi pada manusia, dampaknya terhadap kesehatan hewan dan potensi risiko bagi manusia tetap menjadi perhatian penting dalam penelitian kesehatan masyarakat.
Beberapa informasi terkait:
-
Penyakit Kuru: Kasus penyakit prion yang lebih dikenal di Papua Nugini, terutama di kalangan suku Fore, disebabkan oleh praktik kanibalisme dengan memakan otak manusia yang terinfeksi. Ini menunjukkan bahwa infeksi prion dapat terjadi melalui cara tertentu, tetapi tidak ada bukti bahwa praktik serupa terjadi di Indonesia.
-
BSE (Penyakit Sapi Gila): Di Indonesia, tidak pernah ditemukan kasus Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE), yang merupakan penyakit prion pada sapi. Hal ini dinyatakan oleh Dirjen PKH yang menegaskan bahwa Indonesia bebas dari penyakit tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai penyakit eksotis.
-
Kasus Lain: Terdapat laporan tentang seorang remaja di Indonesia yang mengalami gangguan otak langka, tetapi tidak secara spesifik disebutkan bahwa itu disebabkan oleh infeksi prion.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi risiko dari penyakit prion, hingga saat ini tidak ada catatan kasus infeksi prion pada manusia di Indonesia. **