Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, KANADA– Ratusan mobil listrik dan hybrid MG terbakar di stockyard Filipina, tepatnya di First Industrial Township, Kota Tanauan, Batangas. Kebakaran bermula dari area penyimpanan pabrik makanan dan minyak goreng, lalu menyebar ke area terbuka yang menyimpan sekitar 1.000 mobil.
Sedikitnya 200 unit MG, termasuk MG3 Hybrid dan MG4 EV, hangus. Dugaan awal menyebut bahan kimia Spent Bleaching Earth dan cuaca panas sebagai pemicu. MG memastikan insiden ini tidak berdampak pada pasokan kendaraan ke konsumen. Penyebab pasti masih diselidiki.
Namun mengapa pada umumnya kebakaran mobil listrik begitu hebat dan sulit dipadamkam, berikut ini ada 7 penyebab mobil sulit dipadamkan, dikutip dari BlazeStack
1. Intensitas Reaksi Rantai Panas (Thermal Runaway)
Inti dari kebakaran mobil listrik adalah thermal runaway, reaksi berantai yang terjadi saat satu sel baterai terlalu panas. Panas ini menyebar ke sel lain dan menciptakan kebakaran yang berkelanjutan. Reaksi ini tidak butuh oksigen dari luar karena bersumber dari reaksi kimia di dalam baterai. Gas mudah terbakar seperti metana dan hidrogen memperparah api. Karena itu, kebakaran sulit dipadamkan dengan cara biasa. Bahkan setelah padam, panas yang tersisa bisa memicu kebakaran lagi.
Apa yang bisa dilakukan: Periksa pola terbakar dan sisa baterai untuk mengetahui sel yang jadi sumber awal. Ini membantu menentukan apakah penyebabnya kerusakan, cacat produksi, atau kesalahan saat pengisian daya. Libatkan ahli forensik teknik untuk analisis mendalam.
2. Suhu Ekstrem dan Ledakan
Kebakaran mobil listrik bisa mencapai suhu lebih dari 650°C (1.200°F), jauh lebih panas dibanding mobil berbahan bakar bensin. Suhu tinggi ini bisa membuat sel baterai meledak dan mengeluarkan gas mudah terbakar, yang bisa memicu ledakan tambahan dan memperluas kebakaran ke bagian lain kendaraan atau area sekitar.
Apa yang bisa dilakukan: Gunakan kamera termal untuk mendeteksi titik panas. Selalu jaga jarak aman dan gunakan perlengkapan tahan ledakan saat menyelidiki lokasi.
3. Emisi Gas Beracun
Kebakaran EV menghasilkan campuran gas beracun dan mudah terbakar, membahayakan tim pemadam dan penyelidik. Beberapa gas yang perlu diwaspadai:
Hidrogen Fluorida (HF): Terbentuk saat cairan elektrolit baterai terurai. Sangat korosif dan bisa merusak saluran pernapasan.
Karbon Monoksida (CO): Gas mematikan hasil pembakaran tak sempurna.
Metana dan Hidrogen: Sangat mudah terbakar dan bisa menyebabkan ledakan jika terperangkap di ruang sempit.
Apa yang bisa dilakukan: Gunakan detektor gas, alat pelindung pernapasan penuh, dan pastikan ventilasi baik sebelum melakukan pemeriksaan dekat. Dokumentasikan warna atau sisa terbakar yang menunjukkan gas tertentu.
4. Kebakaran Lama dan Risiko Menyala Lagi
Kebakaran EV tidak langsung padam begitu saja. Sisa energi dari sel baterai yang masih utuh bisa membuat api menyala lagi beberapa jam atau bahkan hari kemudian, terutama pada baterai berkapasitas besar seperti bus listrik.
Apa yang bisa dilakukan: Pantau lokasi dengan kamera (termometer) termal secara berkala. Pastikan semua sel telah benar-benar dingin sebelum menyatakan lokasi aman.
5. Air Kurang Efektif
Metode pemadaman seperti air atau busa sering tidak efektif untuk kebakaran EV. Air sulit masuk ke bagian dalam baterai yang tertutup rapat, dan mungkin diperlukan puluhan ribu liter air untuk mendinginkannya.
Apa yang bisa dilakukan: Gunakan alat pemadam khusus seperti pemadam kelas D atau selimut api yang dirancang untuk kebakaran baterai lithium-ion.
6. Desain Baterai yang Terkotak-kotak
Baterai EV terdiri dari banyak modul yang dilindungi dalam kotak-kotak. Meski aman dalam penggunaan normal, desain ini menyulitkan saat terjadi kebakaran.
Panas dan gas bisa terperangkap di antara modul, memperlambat pemadaman. Setiap modul perlu didinginkan secara terpisah.
Apa yang bisa dilakukan: Pahami susunan baterai EV. Analisis bagaimana api menyebar antar kompartemen untuk mengetahui asal dan arah kebakaran.
7. Belum Ada Protokol Pemadaman yang Seragam
Berbeda dengan mobil bensin, metode pemadaman kebakaran EV belum memiliki standar yang seragam. Tiap wilayah punya panduan berbeda—ada yang memakai air banyak, ada yang pakai alat khusus.
Apa yang bisa dilakukan: Ikuti pelatihan khusus EV dan terus perbarui pengetahuan soal metode pemadaman. Bekerjasamalah dengan produsen mobil untuk memahami fitur keamanan di tiap model.
Tantangan | Alasan Kesulitan | Apa yang Dapat Dilakukan Investigator |
---|---|---|
Pemburukan Termal (Thermal Runaway) | Reaksi kimia yang berkelanjutan menyebarkan panas ke seluruh sel baterai. | Periksa sisa baterai untuk pola penyebaran panas dan titik-titik kerusakan. |
Suhu Tinggi dan Ledakan | Kebakaran melebihi 1.200°F, menyebabkan ledakan dan penyebaran api. | Jaga jarak aman; gunakan kamera termal untuk mengidentifikasi titik panas. |
Emisi Gas | Melepaskan hidrogen fluorida, karbon monoksida, dan gas mudah terbakar. | Gunakan detektor gas dan alat pelindung pernapasan; pastikan ventilasi memadai. |
Energi Tersimpan,
Kebakaran Berkepanjangan |
Kebakaran dapat berlangsung selama berjam-jam dan menyala kembali beberapa hari kemudian karena energi sisa. | Awasi dengan kamera termal; dokumentasikan stabilisasi suhu sebelum menyatakan api padam. |
Air Bisa
Memperburuk |
Air tidak dapat menembus kompartemen baterai, Air yang bercampur dengan bahan baterai bisa menimbulkan gas yang dapat terbakar | Gunakan selimut pemadam api atau pemadam Kelas D untuk kebakaran baterai lithium-ion. |
Desain Baterai Terkompartemen | Panas dan gas terperangkap di beberapa modul, memperpanjang penyebaran api. | Fokus pada identifikasi modul awal kebakaran; analisis struktur baterai untuk memperoleh wawasan investigasi. |
Ketiadaan Protokol yang Terstandar | Pedoman pemadaman bervariasi tergantung yurisdiksi dan produsen. | Dapatkan pelatihan mengenai metode pemadaman terbaru; bekerja sama dengan produsen mobil untuk wawasan investigasi. |