Penulis : Jayadi | Editor : Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM-KOREA:Komentator voli Korea Lee Jung-chul tiba-tiba menuding pelatih Jung Kwan-jan Red Sparks, Ko Hee-jin, melakukan kecurangan setelah memilih Megawati Hangestri melalui kuota Asia di V-League selama dua musim beruntun.

Saat ini Megawati Hangestri dijuluki “mesin skor” Red Sparks, telah mencetak 709 poin dari 29 penampilan dan dua kali meraih MVP berturut-turut di V-League 2023/2024.
Kesuksesannya turut membawa tim meraih rekor 13 kemenangan beruntun. Namun, Lee Jung-chul justru mempertanyakan statusnya sebagai pemain kuota Asia. Di kanal YouTube *Off the TV,
Lee Jung Chul menegaskan: “Red Sparks curang! Ya itu pada dasarnya adalah keuntungan yang tidak adil.
Tapi ternyata, Lee Jung-chul tidak menuduh terhadap Ko Hee-jin curang itu hanya sebatas gurauan saja. Ia pun memuji kejelian ko Hee Jin dalam melihat potensi Megawati Hangestri.
“Pelatih Ko Hee-jin membuat pilihan yang luar biasa. Sebagai lawan spiker, dia menduduki peringkat teratas dalam statistik ofensif,” kata Lee.
“Melihat hal tersebut, (kami) menyebutnya sebagai ‘keuntungan yang tidak adil’ sebagai pemain kuota Asia,” ujar Lee Jung-chul.
Lee Jung Chul menambahkan bahwa adil jika ia mengatakan Megawati pemain Asia dengan prestasi pemain asing. “Sebenarnya adalah sebuah pernyataan yang adil, dia memang sebaik itu,” pujinya.
Sebelumnya banyak kritikan yang disampaikan sistem KOVO yang membedakan pemain Asia dengan Pemain Asing berdasarkan performa, bahkan juga membedakan gaji kuota Asia dan asing
Adalah sebuah pernyataan yang adil yang menegaskan bahwa Megawati layak diperlakukan setara pemain asing, baik secara performa maupun gaji yang didapatkan.
Polemik ini menggarisbawahi kontradiksi dalam kebijakan KOVO. Di satu sisi, Red Sparks dituduh memanfaatkan aturan kuota Asia untuk membayar Megawati dengan gaji lebih rendah, meski performanya “menyerupai pemain asing”.
Di sisi lain, keputusan Ko Hee-jin dinilai brilian karena berhasil mengidentifikasi potensi Megawati yang justru menjadi kunci kesuksesan tim, juga terhadap sistem KOVO yang dianggap merendahkan nilai pemain Asia, sekalipun kontribusi mereka setara dengan kuota asing.
Tanda tanya besar tetap menggantung: apakah ini kecurangan tim, kejelian Ko Hee Jin atau kegagalan sistem KOVO?***