Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM. JAKARTA-Sutradara Joko Anwar kembali menunjukkan taringnya sebagai salah satu sineas papan atas Indonesia lewat karya terbarunya Pengepungan di Bukit Duri.
Film bergenre aksi-thriller ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 17 April 2025, mengusung judul internasional The Siege at Thorn High.
Dengan durasi 1 jam 58 menit, film ini merupakan proyek ke-11 Joko dan menjadi kolaborasi perdananya dengan studio Hollywood, Amazon MGM Studios, bersama rumah produksi lokal Come and See Pictures.
Naskah Pengepungan di Bukit Duri ternyata telah digarap sejak 2007, namun baru bisa direalisasikan tahun ini agar cerita yang diangkat lebih matang dan kontekstual dengan situasi sosial terkini.
“Apresiasi profesi guru sangat rendah di Indonesia. Seiring berjalannya tahun (dikira) akan lebih baik, ternyata nggak, ternyata anggaran guru dipotong, ternyata masalah-masalah itu tetap ada, akhirnya film ini difilmkan,” ujar Joko Anwar.
Film ini mengambil latar Jakarta di tahun 2027, saat situasi sosial sedang di ambang kehancuran. Diskriminasi, kekerasan, dan kebencian menjadi bagian dari keseharian masyarakat.
Di tengah kekacauan tersebut, hadir tokoh utama bernama Edwin, diperankan oleh Morgan Oey—seorang guru seni pengganti yang ditugaskan untuk mengajar di SMA Duri, sekolah yang dikenal sebagai tempat pembuangan anak-anak bermasalah.
Namun misi Edwin lebih dari sekadar mengajar. Ia diam-diam berusaha menepati janji kepada kakaknya yang telah meninggal: menemukan keponakannya yang hilang.
Selama ini, ia telah menyusuri berbagai sekolah di Jakarta Timur, dan tinggal SMA Duri yang belum ia telusuri. Sayangnya, sekolah ini bukan tempat biasa.
Kekerasan fisik dan perundungan sudah menjadi makanan sehari-hari, bahkan para guru pun hidup dalam ketakutan terhadap murid-murid mereka.
Kondisi semakin memburuk ketika Edwin akhirnya menemukan keponakannya, namun mereka justru terjebak dalam sekolah saat kerusuhan besar melanda kota.
Bersama rekan guru lainnya, Diana (Hana Pitrashata Malasan), Edwin harus berhadapan dengan murid-murid brutal yang menjadikan mereka sasaran kekerasan.
Ketegangan pun mencapai titik nadir ketika sekolah berubah menjadi medan tempur, dan Edwin dipaksa memilih antara bertahan hidup atau menyerah dalam kekacauan.
Pengepungan di Bukit Duri bukan hanya menyuguhkan ketegangan khas film thriller.
Joko Anwar dengan jeli menjadikan film ini sebagai refleksi atas berbagai isu sosial — mulai dari ketidakadilan dalam sistem pendidikan, maraknya kekerasan di lingkungan sekolah, hingga rendahnya penghargaan terhadap profesi guru.
“Film ini difilmkan karena masalah-masalah itu tetap ada,” kata Joko, dikutip dari Antara.
Dengan visual sinematik yang dijanjikan, dan naskah yang sudah diracik sejak belasan tahun lalu, Pengepungan di Bukit Duri berpotensi menjadi salah satu film Indonesia paling berkesan di tahun 2025 — terutama bagi penonton yang rindu akan sajian aksi penuh emosi sekaligus kritik sosial yang menggugah.
Film Pengepungan di Bukit Duri tayang di bioskop Indonesia pada 17 April 2025.***