KREDONEWS.COM, SURABAYA-Salah satu penumpang pesawat naas yang jatuh Minggu pagi mengirim pesan teks tentang pesawat “tidak dapat mendarat karena ada burung di sayapnya,” dalam salah satu pesan teks terakhir yang diketahui dikirim ke anggota keluarga.
Seorang anggota keluarga salah satu penumpang Jeju Air 7C 2216, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dalam pendaratan darurat, menerima pesan teks tersebut beberapa saat sebelum insiden.

Hingga pukul 12:50, 85 korban tewas akibat kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan telah dipastikan. Pihak berwenang khawatir jumlah korban tewas dapat meningkat menjadi 179, sehingga hanya menyisakan dua orang yang selamat dari 181 orang yang ada di dalam pesawat.
Penerbangan Jeju Air 7C2216, sebuah Boeing 737-800 melewati landasan pacu, bertabrakan dengan pagar pembatas, dan terbakar.
Menurut Markas Besar Pemadam Kebakaran Jeonnam, kedua korban selamat adalah anggota kru, satu laki-laki dan satu perempuan.
Tidak ada korban selamat tambahan yang ditemukan di antara para penumpang, dan kondisi reruntuhan pesawat menunjukkan bahwa harapan untuk mendapatkan lebih banyak korban selamat sangatlah tipis, kata otoritas pemadam kebakaran dalam pengarahan kepada keluarga para penumpang.
“Seekor burung tersangkut di sayap pesawat, dan kami tidak bisa mendarat. Baru saja. Haruskah saya meninggalkan pesan terakhir saya?” kata penumpang tersebut dalam percakapan teks pukul 9 pagi dengan seorang kerabat, yang mengatakan kepada News1 setempat bahwa penumpang tersebut tidak dapat dihubungi sejak saat itu. Tidak jelas apa yang terjadi dengan penumpang yang dimaksud.
Pesawat Jeju Air yang membawa 175 penumpang dan enam awak itu, melewati landasan pacu di Bandara Internasional Muan sekitar pukul 9 pagi hari Minggu dan menabrak pagar pembatas. Ledakan berikutnya menyebabkan kebakaran, yang berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran sekitar pukul 9:50 pagi.
Layanan darurat saat ini menyediakan bantuan medis di lokasi kejadian, sementara pemerintah mengoperasikan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat lintas pemerintah sebagai tanggapan terhadap bencana tersebut.***